[caption id="attachment_344770" align="aligncenter" width="450" caption="Semeru dan Desa Ngadas dari sebelah barat."][/caption]
Tertantang mengikuti Kompasiana Blog Trip: Jejak Para Riser untuk mencari pengalaman baru, maka seusai dari Malang Selatan, kami berempat pun kembali ke Gubuk Klakah dan Ngadas di wilayah timur Malang. Tujuan hanya satu, kembali menikmati tantangan menembus belantara lereng Semeru dari barat ke timur dan selatan selama 12 jam dengan mengendari gerobak tua keluaran 94.
Menembus lereng Semeru hingga kaki Semeru di Pantai Watu Godek lalu menuju Pantai Bambang sebenarnya bukanlah sebuah perjalanan fantastis. Beberapa kompasianer & kompasianerwati yang suka berpetualang sudah pernah mempostingkan pengalamannya. Apalagi masyarakat Suku Tengger sekitar Ranu Pani dan Senduro sering melakukannya. Tetapi perjalanan kali ini kami berempat bukan menggunakan sepeda motor dan sedang dalam puncak musim hujan. Info yang kami dapat ada beberapa titik longsor yang membuat jalan licin dan menyempit serta kabut dan gerimis cukup mengurangi jarak pandang.
[caption id="attachment_344771" align="aligncenter" width="500" caption="Semeru diliputi mendung dan gerimis dilihat dari Desa Ngadas."]
Minggu, 28 Desember 2014 jam 6.10 kami pun melaju dengan hanya kecepatan 30 – 40 km perjam, sesuai dengan permintaan putri kami agar dapat menikmati pemandangan. Walaupun mendung dan gerimis menemani, kami tetap percaya diri dengan target 3 jam sudah harus sampai di Pasirian, Lumajang tanpa istirahat. “Bapak harus kuat, jangan kalah dengan Mbak Sulung…”kata Si Tengah membakar semangat.
[caption id="attachment_344773" align="aligncenter" width="450" caption="Siap-siap...."]
[caption id="attachment_344776" align="aligncenter" width="400" caption="Bekal."]
Tepat di lereng Semeru gerimis makin deras dan cukup gelap. Harapan tak berpapasan atau tertutup praoto membawa hasil bumi terpenuhi, kecuali beberapa pick up yang harus mengantar petani dan hasil buminya.
Jalan sempit yang hanya 3,5 m, cukup rusak, licin, dan tikungan tajam menurun menyebabkan hanya bisa memacu tak lebih dari 25 km perjam. Cuaca yang tak mendukung pun sulit bagi Si Bungsu untuk mengabadikan pemandangan ditambah lagi dia menghibur diri dengan berceloteh tentang keinginan sekolah di PL Muntilan. Atau bernyanyi-nyanyi dengan kakak dan ibunya yang merinding menikmati sensasi perjalanan akhir tahun untuk ambisi bapaknya…… Hemmm, bapaknya memang egois!
[caption id="attachment_344787" align="aligncenter" width="450" caption="Jam 10 pagi telah sampai di kaki Semeru di Pasirian."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H