Perjalanan dari Jogja ke Malang pada siang hari memang menjemukan dan melelahkan. Jalanan macet dan pandangan menantang matahari ke arah timur semakin membosankan. Perut cepat lapar dan haus. Kalau sudah seperti ini, jalan satu-satunya adalah istirahat dan makan. Sayang sekali, perjalanan selama 7 jam ini sulit menemukan makanan yang banyak sayurnya selain lalapan. Daging dan ikan melulu. Pecel atau urap-urap dan nasi jagung sulit didapatkan. Pagisarapan gudheg di emperan toko sekitar Teuku Cik Di Tiro tanpa banyak daging sudah lumayan. Siang terpaksa mencicipi sate kelinci di lereng Lawu menuju Madiun. Wal hasil saat istri dan anak-anak makan, aku cuma makan pisang sambil mojok depan warung dengan sledhat-sledhut ngudud klembak menyan.
Ketika sampai di Malang, mencari kuliner yang banyak sayurnya, apalagi pada sore hari, juga sulit. Tapi mata menjadi sedikit terbelalak saat di Sumberpucung ada kuliner yang agak berbeda. Mentog pedas. Sesuatu yang agak lain dan perlu dicoba. Daging kambing, sapi, ayam, ikan, kelinci, dan belut bukanlah hal yang luar biasa. Daging mentog dan angsa ( Jawa: banyak ) kata orang banyak kototnya dan alot jika tak pandai mengolah. Namun karena perut harus diisi, sedikit terpaksa mau tidak mau harus mencicipinya. Ternyata heemmmm lumayan nikmat hanya saja bumbunya masih belum membuat kejutan selain opor dan kare serta digoreng.
Menu lain:
Jika dalam perjalanan ke Malang Selatan cobalah mampir di Warung Pak Nardi di Sumberpucung sekitar 3 km utara Bendungan Sutami atau Karangkates. Selain mentog pedas juga tersedia lele dan ikan goreng. Tentang minuman masih tak ada bedanya dengan tempat lain, seperti the, kopi, jae, dan jeruk nipis. Silakan mencoba…