Wargasekitar SMPK Kanisius, Muntilan menyebutnya sebagai buah Apel Belanda. Nama yang cukup aneh di telingaku dan memang rasanya baru kali ini kulihat. Kucoba mencari tahu di Google juga tak menemukan. Bahkan dengan sebutan Apel Belanda yang muncul juga apel manalagi dan apel anna yang warnanya kuning dan merah yang banyak ditanam di Batu, Malang, dan Pasuruan. Pohonnya setinggi kurang lebih 20m dengan pangkal pohon diameternya sekitar 80 cm dengan kerimbunan selebar hanya 5 m saja. Usianya, menurut tuturan salah satu warga di situ sekitar 90 tahun berdasarkan saat penanamannya di masa sebelum kemerdekaan oleh salah seorang guru dari Belanda.
Bentuk dan warna bunga, penulis kurang tahu pasti sebab pada saat itu pohon sedang berbuah lebat. Sedang para penghuni menyebut bunganya berwarna putih agak kuning tapi ada yang menyebut putih agak merah muda.
Buah yang masih muda warnanya coklat muda dengan bulu-bulu lembut bagaikan beledru. Ketika mulai masak warnanya berubah coklat kemerahan atau merah maron dan tetap berbeledru. Jika telah masak betul akan menyebarkan bau harum sedikit tajam seperti durian tapi ada juga yang tajam bagaikan buah mangga kuweni ( Jawa: poh kuweni ). Apalagi jika dipecah, warnanya menjadi tajam.
Bentuk buahnya bulat seperti apel manalagi atau apel hijau seukuran 7 – 9 cm. Kulitnya yang empuk sehingga mudah dipecah atau dibelah cukup dengan tangan seperti memecah buah genitu. Tekstur daging buahnya berserat seperti durian dan lembut serta kesat ( Jawa: kêsêt ). Rasanya manis dan sedikit gurih tanpagetah. Bijinya seperti biji buah manggis.
Menurut penulis dan beberapa teman dari Jogja yang saat itu bertamu ke sana, buah ini sebenarnya cukup nikmat untuk dimakan. Hanya saja cukup mengherankan, mengapa buah yang telah masak dibiarkan berjatuhan dan terserak di halaman tak dimanfaatkan dengan baik. Apakah mereka bosan ( Jawa: mblêngêr ) atau tak suka. Ataukah karena memang lidah anak jaman sekarang berbeda dengan anak jaman dulu yang serba kekurangan? Entahlah. Tapi yang jelas jika buah yang enak ini tidak dibudidayakan dengan aneka produknya.
Bagaimana kandungan gizinya, masih perlu dicari dan diteliti. Apakah pohon Apel Belanda ini juga ditanam di sekitar Muntilan atau di Jogja dan Jawa Tengah serta tempat lain, penulis kurang tahu jelas. Tapi berdasarkan info dari warga di luar SMPK Muntilan, belum ada yang membudidayakan. Beberapa waktu yang lalu, warga SMPK Muntilan membagikan sekitar seratus bibit kepada warga sekitar untuk dibudidayakan dan bisa juga untuk penghijauan baik di lahan gundul atau perumahan. Semoga bisa menjadi salah satu pohon dan buah yang bermanfaat.
[caption id="attachment_353313" align="aligncenter" width="450" caption="Berbuah lebat hingga pucuk."]
Foto-foto dokumen pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H