Mohon tunggu...
Yudi Lesmana
Yudi Lesmana Mohon Tunggu... -

Ora neko-neko

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Relawan Jokowi-JK: Utamakan Holopis Kuntul Baris, Hindari Political Myopia

4 Juni 2014   21:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:21 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tim Serdadu Perjuangan Pemenangan Jokowi-JK/Foto Istimewa

Jakarta- Salah satu lembaga survey menyebutkan selisih elektabilitas Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta hanya terpaut 3,44 persen. Kendati Jokowi-JK masih unggul atas Prabowo-Hatta, namun hasil survey itu memberikan pesan dan catatan terhadap tim pemenangan, dan para relawan pasangan nomor urut 2 dalam Pipres 2014 itu.

Selain mengandalkan mesin partai koalisi, para relawan Jokowi-JK harus bekerja keras, fokus dalam menjalankan pembagian tugas untuk menggarap berbagai segmen pemilih. Utamakan prinsip “Holopis Kuntul Baris”, hindari political myopia.

“Selain tim sukses, keberadaan para relawan sangat penting untuk pemenangan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014. Para relawan Jokowi-JK merupakan simbol rakyat yang pro perubahan Namun, saya harap bentuk dukungan para relawan bukan hanya sebatas seremonial semata. Para relawan harus terkoordinir secara baik dengan target segmen pemilih sehingga bisa berjalan efektif. Relawan harus mengetahui siapa yang menjadi target kontituennya. Jangan semua relawan membidik sasaran yang sama karena tidak akan menambah suara,” ujar Darmadi Durianto, Dosen Pasca Sarjana Kwik Kian Gie School Of Businnes kepada kompasiana di Jakarta, Rabu, (4/6/2014).

Menurut Anggota DPR RI terpilih periode 2014 - 2019 dari PDI Perjuangan ini, target segmen pemilih menjadi penting setiap relawan Jokowi-JK. Sebab, tanpa target yang jelas, maka hasilnya tidak akan optimal dan sporadis hanya menunjukan kulit tanpa ada isinya. Dengan koordinasi yang baik dalam pembagian tugas semua lini bisa dikuasai secara baik.

“Setiap relawan juga harus mendapat pembekalan untuk bisa mencounter berbagai black campaign terhadap Jokowi-JK yang terus gencar. Kemudian bisa menyampaikan pesan, menjadi opinion makers, dan opinion changer. Seperti mencounter isu SARA dengan menjelaskan bahwa Pilpres 2014 itu bukan perang antar agama seperti yang disebutkan salah satu tokoh yang mengaku reformis,” papar Ketua Serdadu Perjuangan pemenangan Jokowi-JK ini.

Political Myopia

Dalam perjuangan, lanjut Darmadi Durianto, jangan terjebak political myopia, yakni cara pandang politik yang hanya melihat secara dekat tidak mampu melihat jauh.Hanya melihat secara sempit dengan kacamata kuda. Seharusnya dengan helicopter view sehingga bisa melihat secara luas dari berbagai sudut.

“Banyak ditemukan relawan dibawah yang belum mampu menjadi opinion makers dan opinion changer akhirnya menjadi destructive. Relawan harus berjuang dengan efektif dan utamakan holopis kuntul baris, berjuang secara gotong royong,” terang pakar pemasaran terkemuka ini.

Lebih lanjut dia menjelaskan, ‘Holopis kuntul baris’ merupakan ungkapan yang pernah dilontarkan Bung Karno untuk menyemangati bangsa Indonesia agar bergotong royong, bekerjasama untuk menangani hal besar. Sebab, dengan semangat gotong royong masalah apapun pasti terselesaikan.

“Pilpres berbeda dengan Pilgub, jangan tertuju hanya disatu wilayah tertentu seperti Jakarta saja. Masih banyak wilayah lain dengan berbagai segmen yang bisa jadikan target untuk blusukan menyampaikan visi misi sekaligus menepis berbagai opini yang sangat keliru terhadap Jokowi-JK,” terang pakar pemasaran terkemuka ini.

Dengan lugas Darmadi Durianto juga menepis berbagai tudingan terhadap Jokowi yang terus dihembuskan kepada masyarakat.

Jokowi Capres Boneka

Banyak masyarakat termakan opini jika Jokowi itu hanya capres boneka. Padahal faktanya, Jokowi mendapat mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri berdasarkan aspirasi rakyat yang menginginkan salah satu Walikota terbaik di dunia ini untuk bisa menata negara. Dengan sikap kenegarawannya putri Bung Karno ini memberikan rumah besarnya yakni PDI Perjuangan sebagai kendaraan politik bagi Jokowi.

“Apakah ada Ketua Umum Parpol di negeri ini seperti Ibu Mega yang memberikan mandat sebagai capres?. Apakah selama Pak Jokowi menjadi Gubernur DKI atau Walikota Solo, Ibu Mega pernah melakukan intervensi terhadap berbagai kebijakan Pak Jokowi? Pak Jokowi itu sosok yang mempunyai prinsip yang tinggi, tidak bisa diatur oleh siapapun. Hal itu pernah dibuktikan saat menjadi Walikota Solo yang berbeda pendapat dengan mantan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo yang notabenenya atasannya dan sesama kader PDI Perjuangan,” ungkapnya.

Sesuai aturan partai, kata dia, Jokowi yang dikehendaki rakyat untuk maju sebagai capres harus mendapat restu terlebih dahulu dari Megawati selaku Ketua Umum PDI Perjuangan.

Jokowi Hanya Pencitraan

Setiap yang dilakukan Jokowi, jelas Darmadi, selalu mendapat perhatian media, popularitasnya sehingga terus meroket. Semua itu bukan rekayasa media atau setingan seperti acara gosif selebritas untuk menaikan rating. Jokowi menjadi daya tarik media karena prestasinya, dan sikap merakyatnya yang jarang ditemui pada sosok seorang pemimpin. Kedekatannya dengan rakyat menjadikan Jokowi menjadi news maker yang selalu menarik untuk diberitakan media sekaligus memiliki daya tarik bagi masyarakat.

“Salahkah Pak Jokowi? Jika Pak Jokowi hanya pepesan kosong tidak mungkin bisa menjadi magnet media. Pak Jokowi tidak mencari media hanya untuk pencitraan. Jika ingin melihat pencitraan yang nyata, silahkan tanya kepada mereka yang minta diliput media atau beriklan bertahun-tahun hanya untuk menjadi seorang presiden,” bebernya.

Jokowi Tidak Amanah

Dia juga menepis tuduhan jika Jokowi tidak amanah terhadap warga Jakarta dan Solo lantaran meninggalkan jabatan untuk meraih jabatan yang lebih tinggi.

“Salahkah jika ada siswa berprestasi harus pindah kelas unggulan? Salahkah jika karyawan naik jabatan karena prestasi dan dedikasinya terhadap perusahaan sangat baik? Itulah Pak Jokowi, karena prestasinya nyata, salahkah bila rakyat menghendaki Pak Jokowi menjadi presiden? Tentu tidak. Marilah berkata jujur adakah perubahan selama Pak Jokowi memimpin Solo dan Jakarta?. Jika Pak Jokowi tidak amanah, tidak mungkin ada perubahan di Jakarta dan Solo. Prestasinya itu membuat rakyat mendambakannya menjadi pemimpin negara ini. Adakah capres lain yang amanah, dan terbukti pernah memimpin rakyat? Tolong sebutkan buktinya jika memang capres selain Pak Jokowi itu amanah,” tanya dia.

Darmadi pun berpendapat yang menyebutkan Jokowi tidak amanah dan berbagai isu tanpa bukti hanyalah pihak-pihak yang kebakaran jenggot karena Jokowi maju sebagai capres. Seolah sudah kehilangan cara untuk menjatuhkan kredibilitasnya kemudian muncul isu Jokowi antek asing, Jokowi koruptor, dan berbagai isu-isu lainnya yang menjurus fitnah.

“Mari kita rapatkan barisan, masyarakat yang pro perubahan jangan mudah goyah atas pilihannya. Berpikir cerdas demi Indonesia Baru yang Hebat dan Bermartabat. Jangan bingung saat Pilpres nanti, No.1 datang ke TPS No.2 coblos Jokowi-JK,” pesannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun