Mohon tunggu...
Arelya Duta Fortuna
Arelya Duta Fortuna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Kurang Tidur bagi Kesehatan Serta Kaitannya dalam Perspektif Islam

28 Juni 2021   18:00 Diperbarui: 29 Juni 2021   07:18 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam agama Islam banyak sekali aturan dan larangan yang tentunya memiliki alasan yang baik. Bahkan dalam hal-hal kecil pun telah ditentukan aturan atau anjuran yang baik saat akan melakukan suatu kegiatan, tidak terkecuali perihal tidur.

Tidur pada umumnya dianggap sebagai suatu kondisi yang terjadi pada seseorang, tetapi sebenarnya tidur merupakan sebuah perilaku yang memiliki tahapan-tahapan tertentu. Tahap-tahap tidur dimulai dari merasa mengantuk, tidur non-REM hingga fase REM.

Siklus tidur manusia diatur oleh jam tubuh (body clock). Jam tubuh atau body clock ini, berperan sebagai pembentuk siklus sirkadian. Jam tubuh terletak di dalam otak yaitu pada bagian nucleus suprachiasmatic yang mempunyai periode 24 jam. Selama satu periode, pada umumnya manusia mempunyai waktu tidur normal selama 6-10 jam. Pola tidur manusia dipengaruhi oleh umur. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018) kebutuhan tidur manusia dewasa yang berumur antara 18-40 tahun adalah 7-8 jam per hari.

Tidur memiliki peran penting bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, kita menghabiskan sekitar sepertiga hidup kita untuk tidur. Allah SWT juga telah memberikan kapan waktu yang baik untuk tidur. Sebagaimana dijelaskan dalam surah berikut :

Dalam Al-Qur'an telah dijelaska pada surah Al-Qasas ayat 73 :

وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْن

Artinya : Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

Mengutip dari Carlson (2012) dalam bukunya yang berjudul 'Fisiologi Perilaku' bahwa peran utama tidur adalah sebagai pemeliharaan kemampuan kognitif seseorang agar tidak mengalami gangguan kognitif. 

Tidur bukan hanya sekedar untuk istirahat, tapi jauh dari itu ada proses perbaikan pada seluruh organ tubuh. Saat tidur yang terjadi tidak hanya mengistirahatkan otot. Namun, saat tidur tubuh juga mengalami perbaikan (fungsi restoratif) dan detoksifikasi (mengeluarkan racun). Selain itu, tidur juga memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi hormon-hormon imunitas (kekebalan tubuh).

Di dunia modern yang serba cepat seperti sekarang ini, mengurangi waktu tidur demi mengerjakan pekerjaan yang tertunda pun sudah menjadi kebiasaan. Aktivitas yang padat membuat seseorang terpaksa harus merelakan waktu tidurnya. Namun, jika hal ini terjadi dalam jangka panjang akan menimbulkan dampak negatif pada otak dan tubuh kita.

Berikut ini dampak kurang tidur bagi tubuh manusia :

  • Gangguan Mood

Saat seseorang kekurangan tidur bagian otak khususnya pada amygdala akan mengalami peningkatan aktivitas hingga 60%. Amygdala merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai pengendali emosi seseorang. Jika amygdala mengalami peningkatan aktivitas yang cukup tinggi akan menyebabkan seseorang sulit untuk mengendalikan emosinya.

  • Menurunnya Tingkat Konsentrasi

Pengurangan jam tidur menyebabkan kegagalan melatonin pada jam tidur biologis. Efek atas kegagalan itu adalah hambatan terhadap sistem dan aktivasi Ascending Reticulary Activity System (ARAS) yang mempengaruhi kesadaran. Fisiologi tidur terjadi peningkatan dari level melatonin yang diikuti oleh penurunan kortisol, IL-6 dan orexin, yang berperan dalam memperbaiki fungsi kognitif. Pelepasan orexin yang gagal akan menyebabkan timbulnya rasa mengantuk dan penurunan konsentrasi yang akhirnya menyebabkan penurunan kognitif.

  • Menyebabkan Kesalahan Persepsi atau Halusinasi

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Horne (1978) seseorang yang tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup dalam jangka waktu tertentu berpotensi mengalami distorsi perseptual atau bahkan halusinasi.

Halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi auditorik, seperti mendengar suara yang sebenarnya tidak ada. Namun, jika sudah semakin parah halusinasi yang dialami bisa sampai merasakan adanya sentuhan atau kontak fisik yang disebut sebagai halusinasi taktil.

  • Memicu Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas sehingga dapat berkaitan dengan molekul-molekul lain dan merusak sel tempat mereka berada. Hal ini menyebabkan intensitas proses oksidasi sel-sel pada tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak.
Ramanathan et al. (2002) melakukan penelitian dan ia menemukan bukti bahwa kekurangan tidur untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan peningkatan radikal bebas pada otak dan dapat menyebabkan stres oksidatif

  • Sulit mengingat

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa tidak tidur semalaman dapat meyebabkan gangguan kemampuan kognitif seseorang. Otak membutuhkan tidur agar dapat berfungsi pada tingkat efisiensi puncak (Harrison dan Horne,1998,1999). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa otak tidak bekerja secara maksimal ketika seseorang kekurangan tidur sehingga dapat menyebabkan kesulitan mengingat atau bahkan linglung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun