foto : Djacka/Airin; Editor foto: Djacka
Judul : Menanti Senja Di Tepi Pantai 2 (Memegang Janji Senja)
penulis : Djacka Artub
Penerbit : DjackArtub's Mobile Blog
Tiga musim telah berlalu..
Musim semi kembali tiba, di pantai Boom Tuban ini aku masih tetap setia memegang sebuah janji yang terucap di tepi pantai ini..
Ya... Meski penantian ini mungkin hanyalah harapan hampa tanpa kepastian,, Seperti awan-awan jingga dalam lamunan senja, seolah-olah memudar dalam angan, dan seakan-akan seperti daun-daun yang mengurai dari dahan karena sebuah janji yang perlahan terlupa..
Namun Ada berjuta kehangatan yang terasa, dari setitik cahaya kasih sayang yang perlahan mulai menghilang.
Dalam pendar cahaya lampu merkuri, ku nikmati hembusan semilir angin laut yang menerpa pucuk dan dahan pepohonan, yang menimbulkan gemerisik suara daun-daun cemara.
Seperti sebuah nyanyian lagu rindu yang menghapus tawa, yang menyatukan rasa kehilangan dalam bait-bait senja yang memerah, lalu tenggelam dalam lamunan dan kesedihan yang tergores di garis cakrawala..
Tapi..... janjiku takkan padam...
Aku hanya ingin Senja tau... Aku ingin Senja melihat bahwa aku akan tetap setia menantikannya di bibir pantai ini saat menjelang petang di musim semi..
Walau mentari senja telah hilang karena tenggelam dalam peraduan malam, tapi rasa rindu ku pada Senja tak kan pernah padam..
Malam mulai gelap..
Hanya seberkas cahaya pendar lampu merkuri yang masih menerangi bibir pantai... Sebuah tepukan tangan di pundak membuyarkan lamunanku...
Seorang lelaki tua dengan senyumnya yang ramah menyapaku yang terduduk lesu dalam lamunan..
"Nak... Hari sudah malam... apa yang sedang kamu pikirkan hingga kamu lupa waktu....?" suara serak bapak tua itu membuatku gelagapan dan memandang ke arahnya.
Aku hanya tersenyum tanpa berucap sepatah katapun.
"Semua yang terjadi telah menjadi kehendak yang kuasa... Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berserah diri atas semua kehendak-NYA...
Lihatlah langit malam yang gelap di atas sana.. Biarlah mentari senja pergi tenggelam dalam peraduan.. Namun esok hari, secercah cahaya mentari pagi akan kau temui.. Begitulah kehidupan.. Ada gelap, pasti ada terang.. semua hadir silih berganti.." Pak tua itu kembali berucap dan kemudian pergi saat aku masih terdiam.
Aku berpikir, mungkin ada benarnya juga kata pak tua tadi.. Di dunia ini tak ada sesuatu pun yang kekal abadi... Senja pun akan tenggelam dalam pelukan malam.. Malam pun akan berakhir, berganti pagi.. Dan begitu seterusnya hingga hari kiamat kan tiba..
Tapi.... Senja memang telah hilang dalam kelam... Tetapi apakah rasa rindu ini salah...?? Apakah memegang janji itu juga salah...??
Tanpa aku sadari, mataku mulai membasah, sayu dalam lelah..
"Senja......
Anggunmu selalu membayang di hati yang merindu...
Cantikmu menghalau mahkota bunga-bunga di taman yang mulai bermekaran...
Senja....
Kata-kata indahmu meninggalkan berkas angan dan asa... Seperti syair yang mengabarkan sebuah cahaya,, yang kemudian hilang ditelan kelam...
Tetapi kau telah berjanji bukan...?
Aku akan tetap memegang janji itu sampai kau datang. . .”
Malam semakin memberatkan langkah cahaya.. Rasanya tubuhku mengulai.. Seperti terbaring diatas tumpukan berduri..
Akan tetapi aku harus tetap bertahan..
Bukankah aku harus setia menunggu Senja dibibir pantai ini saat menjelang petang..??
Menunggu janji Senja untuk menemuiku hingga Senja kan datang memenuhi janjinya..
Aku akan tetap selalu setia menunggu..
“Aku pasti akan kembali...., tunggulah disini... Aku akan datang bersama mega yang memerah di musim semi... Aku janji...”
Kata-kata Senja itu masih selalu kuingat... Aku akan selalu setia menunggu Senja disini...Pada musim semi ditepi pantai Boom ini...#original posted : www.arektuban.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H