Mohon tunggu...
Djacka Artub
Djacka Artub Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tidak ada suatu kebetulan dalam hidup,, semua sudah di atur oleh Tuhan.. Namun kita tidak harus hanya berdiam diri berpangku tangan.. Segala sesuatu memerlukan proses dan perjuangan..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti Senja Di Tepi Pantai 3 (Rindu Berlabuh Dalam Tangis…

31 Agustus 2014   13:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:01 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto : Djacka/Airin; Editor foto: Djacka


  • Judul : Menanti Senja Di Tepi Pantai 3 (Rindu Berlabuh Dalam Tangis Senja)
  • Karangan : Djacka Artub

"Semilir angin membawa sebuah cerita,,Cerita lalu tentang sebuah perjalanan cinta....
Dinginya malam dan panasnya sengatan terik sang mentari,,menjadi saksi akan kerinduan yang membara karna sebuah janji setia yang terucap di sudut bibir senja yang memerah...
Hanya cahaya rembulan dan sinar bintang gemintang yang masih setia menemani malam yang sepi di bibir pantai...
Beban rasa terasa dalam hati yang nelangsa,,
saat hati merindu dalam penantian yang sia-sia....
Senja....
Dengarlah tangis hati,,
Lihatlah aku masih setia menantimu di sini..... di pantai ini....
Aku ingin berjumpa meski hanya sekejap
untuk pengobat rindu yang nestapa...

Senja....
Ku titipkan rindu pada angin lalu
Semoga kau mengerti dan kembali menyapaku...
Terik mentari memayungi kota Tuban.. Di musim semi ke empat, aku kembali datang ke pantai Boom Tuban untuk menanti sebuah janji di tepi pantai...Aku tak memperdulikan omongan orang tentang diriku, karena telah membuang waktuku begitu saja hanya karena sebuah janji yang tak pasti..
Ya.... Aku tak perduli lagi orang mencemoohku.. Aku tak perduli terik mentari dan terpaan hujan yang terkadang menerpaku dalam penantian yang tak berujung.. Aku tak perduli hembusan angin menggigilkan seluruh tubuhku.. Aku tak perduli... Yaaa... Aku tak perduli..Karena yang ku lakukan hanyalah bentuk kesetiaan yang terpatri pada sebuah janji..
Gema adzan ashar berkumandang dari masjid Agung Tuban, aku yang tadinya duduk di bawah pohon beringin di tengah-tengah alun-alun kota tuban segera menuju masjid yang berada di seberang jalan samping alun-alun untuk sholat ashar berjamaah..Setelah sholat ashar, aku segera bergegas menuju ke pantai yang tak jauh dari alun-alun kota Tuban. Hanya menyeberang jalan raya, aku sudah sampai di depan pintu gerbang menuju pantai boom Tuban.
Hari semakin menjelang senja,, burung-burung camar berterbangan kian kemari kembali ke sarang.. Perahu-perahu nelayan berjejer rapi tertambat di bibir pantai..Sungguh pemandangan yang indah, namun tak mampu menghibur hati yang gundah gulana dalam penantian yang tak bertepian....
Mendung bergelayut hitam pertanda akan turun hujan.. Namun di ufuk barat, warna jingga telah mulai menampakkan pesonanya diantara awan yang bergelayut manja..Aku menghela nafas dalam-dalam, kurasakan sapuan angin menembus sela-sela rambutku, dan seakan merasuk dalam rongga dadaku..Aku sudah lelah hidup dalam penantian...Ratusan hari aku menunggu, namun tak jua ku temui Senja yang telah hilang dalam kelam.. Hari-hari selalu aku lewati dengan do'a dan pasrah.. Hingga akhirnya aku mulai menyerah.
"Kanda......." sebuah suara lembut memanggil dan membuyarkan lamunanku pada tepian pantai..Masih melekat dalam ingatanku pemilik suara itu.... Ya... Akhirnya Senja datang menemuiku di tepi pantai ini... Pantai Boom Tuban yang menjadi tempatku menanti Senja...
Ku tatap lekat wajah Senja, namun tak ku lihat gurat senyum terlihat di sudut bibir Senja... Hanya butiran bening kristal menderai membasah pada wajah yang nampak lelah....
"Kanda..... Maafkan Senja... Sungguh Senja tak mengira jika kepergian Senja di saat itu, menyisakan penderitaan yang mendalam bagi Kanda.. Namun Kanda masih tetap setia menanti di tepi pantai ini..." ku lihat derai air mata senja menetes deras bersamaan dengan rinai rintik gerimis yang mengharu...
"Senja.... Demi sebuah janji yang telah terucap, aku akan selalu setia menantimu hingga kau datang menemuiku.." luapan air mata Senja semakin deras saat ku ucapkan kata setiaku menanti Senja di tepi pantai ini..
"Kanda...betapa Senja akan bahagia selalu bersanding denganmu kanda... Kanda begitu teguh memegang janji setia walau beribu gelombang dan badai datang menerpa, tapi Kanda tetap teguh pendirian.. Tapi Kanda.... maafkan Senja yang tak bisa bersanding dengan Kanda..." ku lekatkan jemari tanganku pada bibir Senja yang bergetar menahan luapan lahar air mata...
"Sudahlah..... hapus air matamu.... jangan biarkan telaga air matamu mengering di tengah derasnya hujan..." aku berusaha membendung air mata Senja yang meluap bersama derasnya gemuruh hujan.
"Kanda.... mungkin bergelayutnya mendung hitam yang menutup keindahan warna jingga sang senja di hari ini adalah jawaban dari semua penantian.. Biarlah senja berlalu tanpa keindahan dalam hadirnya.. Biarkan senja tenggelam bersama mendung dan derai hujan... Tutuplah kenangan senja hari ini.. Rengkuhlah ketenangan malam bersama mimpi indah Kanda... Esok hari saat Kanda membuka mata dari mimpi, pasti akan kanda sambut hangatnya mentari pagi yang akan memberikan keindahan dalam hidup Kanda.. Ikhlaskanlah senja berjodoh dengan awan kelam...." ku terdiam, menerka penuh makna butir-butir kata yang terucap dari bibir Senja..
Menggelegar petir di angkasa,, hati bergetar tubuh menggigil, nyawa seakan terlepas dari raga,, melayang jauh di atas samudera yang tertutup kabut dan badai....
Aku jatuh berlutut di tengah derasnya hujan... Ingin ku berteriak memaki diri...Aku terdiam.... Tak ku hiraukan lagi lambaian Senja.. Di atas luka yang basah, ku biarkan Senja pergi bersama angin dan derasnya hujan..
Senja telah jauh dari pandangan... Senja telah hilang lenyap dalam kerumunan dan lalu lalang butir air hujan..
Dalam diam ku terpaku.. Hujan pun mulai mereda.... Di bawah rintik gerimis di senja hari, ku pandang luasnya samudera nan biru dalam kehampaan nan layu...
Dalam tangis Senja ku labuhkan rindu....
Sayup-sayup kudengar kumandang adzan maghrib..Dalam sayu ku melangkah dengan lelah... Aku bagai kembara yang melangkah dengan luka yang berdarah... Ku arahkan langkah kaki menuju rumah Allah.. Ku adukan masalah hidup pada sang pemilik kehidupan.. Ku labuhkan segala resah pada Allah... Ku tambatkan keluh dari hati yang kian bergemuruh.....Karena hanya DIA lah tempat pelarian dari segala keresahan.. Tiada cinta yang abadi selain cinta-NYA.. Karena hanya Allah lah sang pemilik cinta yang maha cinta..
Malam semakin gelap,, redup cahaya rembulan dan kerlip bintang menghias malam... Ku pacu kendaraan menerobos kegelapan malam.. Namun hati ini tenang.. tak seperti sebelum ku adukan segala resahku kepada-NYA...Kini aku telah tenang.. Tak ku harapkan lagi Senja yang telah tenggelam dalam kelam..
Terimakasih Senja.......
Aku yakin esok hari pasti akan ku rengkuh mentari pagi dengan senyumnya yang cerah, yang akan memberikan kehangatan dalam kehidupan...
Insya Allah........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun