Mohon tunggu...
Djacka Artub
Djacka Artub Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tidak ada suatu kebetulan dalam hidup,, semua sudah di atur oleh Tuhan.. Namun kita tidak harus hanya berdiam diri berpangku tangan.. Segala sesuatu memerlukan proses dan perjuangan..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Liontin Ruby

26 Oktober 2014   20:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:40 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Judul: Liontin Ruby
Tema: Persahabatan
Jenis: Karya Fiksi
Penulis/ide cerita: Djacka Artub
***----*******

Terik mentari menyengat membakar bumi...
Diantara lalu lalang pengunjung pasar, tatapan
tajam seorang preman dan beberapa kawanannya
tetuju pada seorang gadis yang berbelanja di
pasar itu. Perlahan kawanan preman itu bergerak
mengikuti langkah kaki gadis yang mereka incar
saat gadis itu keluar dari pasar.
Merasa ada yang mengikuti, gadis berkerudung itu
mempercepat langkahnya untuk menghindar dari
kawanan preman tersebut.
"Berhenti.... aku minta serahkan uangmu...!!" tiba-tiba salah satu preman itu telah berada di depan
gadis sasaran mereka saat gadis itu sampai di
jalanan sepi.
"Maaf mas.... saya tidak punya uang... Uang
belanja dari majikan saya sudah habis aku belanjakan..." Dengan wajah gugup, gadis berkerudung itu ketakutan saat beberapa preman yang lain berdatangan mengerubutinya.
Karena sasaran yang di incarnya tak mau
menyerahkan uang, kawanan preman pun geram
dan mengobrak abrik barang belanjaan
korbannya.
Gadis itu hanya bisa menagis saat beberapa
preman bengis itu membuang dan menginjak-
injak barang belanjaannya. Sementara preman
yang lain masih memegangi tangan gadis itu dan
tetap memaksa meminta uang.
"Hey... Lepaskan dia...!!" Sebuah motor tiba-tiba
berhenti dan seorang gadis berjaket kulit turun
dari motor sport tersebut sembari meneriaki
kawanan preman jalanan yang memperdayai
korbannya.
Merasa ada yang mengganggu aksinya, salah
satu preman mendekati gadis bermotor sport
sambil mengancamnya.
"Wuuuzzz..... jleebb... " Sebuah tinju tepat
bersarang di muka sang preman, dan preman
tersebut jatuh tersungkur terjerembab ke tanah.
Melihat temannya di hajar seorang gadis,
kawanan preman yang lain berhambur ikut
mengeroyok gadis berjaket kulit itu. Perkelahian
yang tak seimbang, membuat sang gadis
kwalahan namun satu persatu kawanan preman
itu terjatuh juga oleh pukulan dan tendangan dari
gadis cantik dan bermata lentik itu.
"Terimakasih mbak telah menolong saya...." ucap
gadis lugu yang menjadi korban pemalakan itu
kepada gadis yang telah menolongnya..
"Sudahlah... gak usah berterimakasih.. mereka
memang pantas menerima akibat dari
perbuatannya.." balas gadis penolong itu sambil
segera naik motornya kemudian pergi...
Dengan muka kusut dan mata sembab, Andini,
gadis lugu yang malang itu berjalan kaki menuju
rumah majikannya yang ada di ujung jalan.
"Kamu kenapa An...?? kok nangis...?? mana
barang belanjaan kamu..???" cecar pertanyaan
dari majikannya membuat Andini semakin merasa
bersalah dan takut karena ia pulang tanpa barang
belanjaan.
"Maaf Bu... tadi di jalan saya di cegat orang-
orang jahat yang meminta uang.. tapi saya tak
punya uang, lalu barang belanjaan saya di rebut
dan di injak-injak kawanan mereka.." Dengan
terisak tangis Andini menjelaskan kepada
majikannya atas kejadian yang di alaminya.
Melihat pengakuan polos pembantunya itu, sang
majikan merasa tak tega dan segera menyuruh
Andini untuk istirahat di kamar.
"Sudahlah An.... yang penting kamu tidak apa-
apa.. sekarang kamu istirahat dulu.." Andini pun
segera masuk kamar dan istirahat.
Hari-hari berikutnya Andini tak lagi belanja ke
pasar sendiri, melainkan bersama majikannya.
Andini merasa aman karena sang majikan sangat
baik dan selalu menjaganya. **

Hingar bingar kehidupan malam mewarnai sebagian besar penduduk kota..
Di tempat parkir sebuah diskotik terkenal di kota itu, Bella, gadis energik yang pernah menolong Andini, malam itu menjadi bulan-bulanan kawanan preman yang pernah di hajarnya.
Rupanya kawanan preman itu tidak terima dengan kekalahannya dan mengajak teman-temannya untuk mbalas dendam.
Bella terkapar tak berdaya karena di keroyok oleh beberapa kawanan preman yang tidak terima atas aksinya yang di gagalkan Bella beberapa hari lalu. Dalam ketidak berdayaannya, seorang gadis tomboy yang rupanya pimpinan kawanan itu, menyerang Bella dengan pukulan dan tendangan pada perut Bella.
Gadis tomboy itu tak memperdulikan erangan kesakitan yang keluar dari mulut Bella.
"Rupanya ini jagoan kota, yang sok menjadi pahlawan..."?? Gadis tomboy itu menjambak rambut Bella seraya berkata di depan wajah Bella yang berlumuran darah.*
Bella tergeletak tak berdaya. Sedangkan para kawanan yang menghajarnya segera meninggalkan tempat parkir diskotik itu berama-ramai.
Tak ada satu pun orang yang berani menolong Bella saat kejadian. Baru setelah kawanan preman itu pergi, orang-orang yang ada di situ segera melarikan Bella ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.*****
Lima bulan telah berlalu..
Andini sudah mulai kembali terbiasa pergi berbelanja di pasar tanpa di temani majikannya. Ia sudah mengenal kehidupan kota, dan selalu waspada pada orang-orang di sekitar.
Seperti pada hari-hari biasanya, siang itu Andini pergi ke pasar untuk membeli bahan kebutuhan sehari-hari. Namun saat sampai di depan pasar, Andini di kagetkan dengan aksi perkelahian yang sepertinya antar preman di parkiran tempat perbelanjaan itu.
Diantara beberapa orang yang berkelahi itu, Andini melihat seorang gadis yang pernah menolongnya beberapa bulan yang lalu sedang berduel dengan seorang gadis tomboy.
Rasa penasaran Andini membuatnya ingin melihat lebih dekat aksi duel antar dua gadis itu. Sekilas ia melihat sebuah kalung yang melingkar di leher gadis tomboy itu mirip dengan kalung yang pakainya.
Serta merta Andini berteriak memanggil nama seseorang
"Dita....!!!!" Tanpa sadar Andini memanggil nama sahabatnya sewaktu kecil saat masih di kampung sebelum mereka terpisah karena suatu bencana.
Gadis tomboy itu pun menoleh ke arah Andini. Bersamaan dengan itu,, BHUUUKKK.... sebuah tendangan tepat mengenai perut gadis tomboy itu dan membuatnya jatuh.
Andini pun segera mencegah Bella, gadis yang pernah menolongnya itu agar menghentikan perkelahiannya.
"Kamu kan gadis yang pernah di palak para preman jalanan waktu...?? Dia ini pimpinan dari orang yang telah memalakmu beberapa bulan yang lalu.. Kenapa kamu ingin menolongnya...?? Dia itu pantas untuk mati...."!!! Dengan nada penuh dendam dan amarah, Bella membentak Andini yang mencegahnya untuk membalas dendam pada gadis tomboy yang pernah membuat Bella babak belur bersimbah darah.
"Dia ini Dita.. Sahabatku waktu kecil di kampung.. Kami terpisah saat bencana melanda desa kami.." Sambil menunjukkan kalung yang dia pakai sama dengan kalung yang di pakai Dita, Andini menjelaskan persahabatannya dengan Dita saat masih kecil.
Bella memperhatikan kalung yang ada di leher Andini dan Dita.Ia baru tau dengan kalung yang di pakai Dita setelah Andini menunjukkanya. Sebelumnya yang terlihat oleh Bella hanya dendam dan dendam.
"Apakah kalian dulu tiga bersahabat...?" Tiba-tiba Bella bertanya pada Andini sambil membuka sedikit kancing atas jaketnya, dan terlihat sebuah kalung berliontin kecil sebuah batu Ruby.
Keadaan menjadi hening, mereka hanya saling pandang antara satu dengan yang lain.
Dengan tercengang dan masih memegang perut menahan sakit, Dita duduk bersandar pada sebuah tiang penyangga atap parkiran kendaraan. Perasaan bahagia, haru, dan rasa malu bergejolak dalam diri Dita. Ia bahagia karena bisa bertemu dengan dua sahabatnya semasa kecil. Sungguh pertemuan yang mengharukan, tapi Dita malu karena keadaannya yang telah berubah menjadi manusia yang bisa di katakan sebagai sampah masyarakat.
Perlahan Bella mendekati Dita dan mengulurkan tangan.Dengan ragu Dita menyambut uluran tangan Bella, dan tanpa sadar bulir-bulir bening menetes membasahi pipinya. Dita segera bangkit dan merangkul Bella..
Andini tersenyum dan segera merangkul kedua sahabatnya. Tangis keharuan mewarnai pertemuan ketiga orang sahabat yang telah terpisah sejak mereka masih kecil.
Masih jelas dalam ingatan mereka, bagaimana bencana meluluh lantakan desanya hingga mereka pun harus terpisah di saat usia mereka belum genap sepuluh tahun.
Saat hari menjelang malam, di saat matahari mulai terbenam dan penduduk kampung sedang menjalankan sholat maghrib, suara gemuruh air bah dari gunung menerjang perkampungan dan menghancurkan rumah-rumah penduduk desa yang terletak di lereng perbukitan.
Suara jerit tangis kepanikan menyeruak memecah keheningan. Para penduduk berlarian menyelamatkan diri dan keluarga tanpa memikirkan harta benda. Banyak anak yang terpisah dari orang tua, suami terpisah dengan istrinya, semua berlarian tanpa arah untuk mencari perlindungan dari ganasnya bencana yang melanda..
Dari situlah awal berpisahnya ketiga gadis cilik yang bersahabat itu hingga ketiganya tak saling mengenali sahabatnya saat mereka bertemu ketika di usia remaja. Karena karakter dan sifat yang betolak dari sifat mereka semasa masih kecil, dan bentuk raut wajah mereka pun tak ada satu pun diantara ketiganya yang saling mengenali. Kecuali sebuah liontin batu ruby pemberian dari ibunya Andini yang masih menempel di leher mereka masing-masing.
Sebulan sebelum bencana itu melanda, ibunya Andini sering bermimpi bertemu dengan Almarhum ayahnya, dan berpesan agar membagikan ketiga liontin kepada Andini, Dita dan Bella.
Namun sebulan setelah liontin itu di bagikan, bencana datang melanda dan memisahkan persahabatan ketiga anak itu.
Bella kehilangan semua keluarganya dalam bencana itu. Ia di temukan seorang penyelamat di bawah reruntuhan dan kemudian di bawa ke kota oleh seorang dermawan yang waktu itu datang ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan. Dan kemudian Bella menjadi anak angkat dermawan tersebut.
Namun akibat dari sebuah kemewahan hidup, Bella lupa diri dan menjadi remaja yang suka berfoya-foya serta suka hidup bebas dalam gemerlapnya keindahan dunia. Perkelahian antar kelompok organisasi menjadi kebiasaan Bella.
Sedangkan Dita juga kehilangan sanak familinya. Namun nasibnya tak sebaik Bella.
Dita harus menjalani kerasnya kehidupan seorang diri, karena ayah dan ibunya meninggal dalam bencana itu. Ia menjadi anak jalanan, berkelana dari satu tempat ke tempat lain, hingga ia menjadi preman jalanan di kota dan sering melakukan pemalakan.
Andini dan ibunya yang waktu kejadian bencana memang berada di rumah pamannya yang berada di desa sebelah, ia dan ibunya selamat dari bencana. Tapi ayah dan kakaknya menjadi korban bencana yang melanda desanya.
Karena minimnya penanganan pasca bencana, banyak penduduk korban bencana yang terlantar hingga Andini dan ibunya di ijinkan tinggal di rumah sang paman.**

Sepuluh tahun pasca bencana, Andini meminta ijin kepada ibunya untuk merantau ke kota. Dan di kota inilah Andini bertemu kembali dengan kedua sahabatnya.
Dari pertemuan itu, akhirnya Dita dan Bella bersatu kembali tanpa ada rasa dendam diantara mereka. Teman-teman Dita dan Bella pun saling berangkulan dan tak ada lagi permusuhan.
"Mulai hari ini tak ada lagi permusuhan diantara kita.. Kita semua teman.. Tak ada lagi dendam...!!" Bella berseru kepada teman-temannya, sambil mengangkat tangan kedua sahabat semasa kecilnya itu.
"Liontin Ruby kini telah bersatu kembali.. Sebagai ucapan terimakasih atas berakhirnya permusuhan ini, aku ingin Andini menjadi pemimpin kelompok kita...!!" Dita pun menyatakan untuk menghentikan permusuhan dan mengangkat Andini sebagai pemimpin kelompok mereka.
Sorak gembira teman-teman mereka mewarnai berakhirnya perseteruan dan membuat Andini tercengang dengan pernyataan Dita.
Persahabatan pun semakin akrab, dan mereka menamai kelompoknya dengan sebutan Liontin Ruby, dan Andini sebagai pimpinannya. Kegiatan mereka pun berganti dari acara nongkrong-nongkrong di jalanan menjadi acara kegiatan sosial yang lebih bermanfaat…***
***......SEKIAN....***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun