Mohon tunggu...
yoyok supriono
yoyok supriono Mohon Tunggu... -

suka sesuatu yang menantang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebaran di Pedalaman Hutan Borneo

14 Agustus 2015   19:45 Diperbarui: 14 Agustus 2015   19:47 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jalan dipedalaman hutan Borneo"][/caption]Lebaran di Pedalaman hutan Borneo

Sejak kecil setiap mendengar gema takbir diakhir bulan Ramadhan, selalu membuat merinding hati saya, malam Takbir seperti menebarkan suasana mistik di hati, campuran antara senang, sedih, takut, dan takjub bercampur aduk dihati. Tapi kali ini beda, benar-benar beda karena Lebaran kali ini saya harus berada di tengah-tengah hutan Borneo, jaraknya 200 kilometer jalan tanah atau 8 jam perjalanan darat dari jalan raya terdekat! Tidak terbayangkan dalam benak saya untuk mengalami Idul Fitri jauh dari kampung halaman, Anak Istri dan keluarga. Selepas membatalkan puasa di kantin, dari Musholah Camp saya mendengar kumandang Takbir, benar-benar menimbulkan ‘Khasanah Mistik’ hati saya campur aduk, benar-benar pengalaman ‘Spiritual’ yang baru bagi saya, campuran rasa sedih, rindu kepada Kampung halaman serta Keluarga begitu kuat. Tapi ya sudahlah karena tugas dan tanggung jawab.. eh pd-nya… (padahal karena intensif dan bonus huzz..)

Dimulai malam Takbiran di Camp tercinta kami, yang alhamdulilah diikuti Empat orang, dengan semangat 45 akhirnya jam Delapan WIB kami semua menyerah untuk terus mengumandangkan takbir karena tidak ada yang mengantikan ketika capek, karena bingung untuk mengisi acara malam takbir yang biasanya di kampung halaman berlangsung semalam suntuk, maka untuk killing time kami isi dengan bertelpon ria kekeluarga, untuk bercuhat ria membagi duka lara lebaran jauh dengan keluarga.. (lebay.com), jam Sepuluh WIB Camp benar-benar sepi, semua penghuni yang memang tinggal sedikit karena mudik lebaran sudah banyak yang tidur, tidak ada acara dan teman-teman pada asik di ‘Kaleng’ Sardennya (julukan tempat tinggal kami) masing- masing, saya pun memutuskan berlayar kepulau impian, sambil berharap bermimpi lebaran bersama keluarga nun jauh diseberang lautan…..

[caption caption="Sholat Id di Camp Site Jeliwan"]

[/caption]
Allahu Akbar.. 3x
Laa Ilaha Illallohu Allohu Akbar..
Allahu Akbar Walillahilhamd.. Kumandang takbir dari Musolah Camp membangunkan saya dari 'asyiknya' bermimpi lebaran di kampung halaman tercinta(sesuai keinginan bermimpi lebaran di kampung halaman), mimpi yang membuat saya terisak-isak ketika saya bangun (lebay ya.. tapi saya benar-benar mimpi lho…), dalam mimpi itu, saya akhirnya bisa pulang kekampung halaman setelah berpuluh-puluh tahun merantau (aktualnya baru Enam tahun), ketika sudah dirumah saya bertanya kepada kakak saya dimana saudara, keluarga dan teman-teman saya kok tidak kelihatan semua, dengan marah dan sedih kakak saya berkata “berapa puluh tahun kamu tidak pulang? Semua keluarga dan teman-teman kamu telah tiada, coba lihat wajah kamu di Cermin” kata kakak saya marah, ketika melihat wajah saya di Cermin, saya pun langsung teriak histeris dan menangis sejadi-jadinya, untung gema Takbir membangunkan saya….

[caption caption="Ramah tamah setelah sholat Id"]

[/caption]

Dengan mata masih mengantuk dan hati masih terguncang karena mimpi yang baru saja saya alami, saya segera ambil air wudhu, lalu sholat Subuh berjamaah di Mushola Camp yang diikuti Empat orang, karena muslim yang tidak mudik hanya tinggal empat orang. Setelah selesai sholat kami langsung membersihkan musholah untuk persiapan sholat Idul Fitri.

Dengan mengumpulkan semua teman-teman yang masih ada disekitar Camp, termasuk karyawan kontraktor, akhirnya kami dapat mengumpulkan Dua puluhan orang untuk sholad Id. Dengan khusyu, Sedih, dan Bahagia bercampur aduk Karena harus berlebaran jauh dari keluarga kami menjalankan sholat Idul Fitri, kemudian dilanjutkan makan kue dan makan rawon bersama-sama, benar-benar suasana yang mengharukan disamping sedih kami bersyukur dipedalaman ini kami masih bisa berkumpul bersama dengan teman-teman senasib untuk merayakan Lebaran, terima kasih ibu Mar, Acil Ida, dan Ibu Siti yang rela berlebaran jauh dari keluarga untuk tetap melaksanakan tugas dan kewajibannya di dapur, sehingga acara makan bersama habis lebaran terlaksana dan kami tidak kelaparan di Camp selama lebaran.
Setelah selesai lebaran acara kami adalah bertelepon ria, semua teman-teman di Camp telepon kekeluarga dan temannya masing-masing untuk mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, pada pukul Sepuluh WIB karena tidak ada acara dan jenuh bosan di Camp, kami memutuskan mengunjungi salah satu teman kami orang Dayak muslim yang rumahnya ‘tidak’ terlalu jauh, benar-benar penasaran dengan budaya lebaran orang lokal Hulu sungai Kapuas, apalagi di Borneo yang sangat terkenal akan Toleransi beragamanya, disini adalah hal biasa dalam satu keluarga menganut dua atau tiga agama berbeda, sungguh toleransi yang luar biasa dan perlu dicontoh.

[caption caption="Buras, makanan khusus Lebaran Dayak Kapuas hulu"]

[/caption]

Tempat teman saya Sadianur namanya, berada di kec. Pujon, salah satu kecamatan di Hilir sungai Kapuas Kabupaten Kuala Kapuas. Setelah menempuh perjalanan darat Tiga jam dengan menembus lebatnya hutan Borneo, dan menyusuri sungai Kapuas akhirnya kami sampai di kecamatan Pujon, benar-benar khas perkampungan asli Borneo, dimana kebanyakan rumah menghadap ke Sungai, karena memang jalur transportasi utama masyarakat disini adalah sungai. Kota Pujon adalah salah satu kota tua di Borneo, bahkan bekas Kawedanan jaman pendudukan Belanda masih ada disini, dan suasana lebaran juga berasa disini (memang tidak semeriah di Jawa), penduduknya mayoritas suku Dayak Ngajo. Sesampainya di rumah Sadianur kami langsung disambut minuman dingin plus Makan siang Buras makanan ‘khas’ Borneo sejenis Lontong dikasih kuah Soto ayam, benar2 yummy, dengan lahapnya kami habiskan menu tersebut, disusul makanan pencuci mulut, orang sini bilang Wadai. Benar-benar kekenyangan perut kami, sepertinya tuan rumah mengerti kami kelaparan karena perjalanan jauh. Setelah istirahat sebentar kami pun pamit ke tuan rumah untuk siap-siap pulang ke Camp, karena perjalanan yang jauh dan tentu kami tidak mau kegelapan diperjalanan yang masih berupa hutan rimba.

[caption caption="Sungai Kapuas, Kalimantan Tengah"]

[/caption]

Benar-benar pengalaman yang luar biasa dalam kesedihan harus jauh dari keluarga ketika hari Raya Idul Fitri, kami bisa merasakan kehangatan suasana lebaran dan kekeluargaan di pedalaman hutan Borneo. Terima kasih untuk mas Sadianur dan keluarga atas kehangatan dan keramahtamahannya kepada kami. Dan kepada teman-teman yang bisa berlebaran bersama keluarga di kampung halaman, bersyukurlah dengan karunia itu, karena tidak semua orang mendapat kesempatan berkumpul dengan keluarga dan teman-teman terdekat di hari yang Fitri ini…
Pergi ke sungai Kapuas dan Kahayan
Jangan lupa makan Ketupat Buras
Untuk sikap dan ucap ulun yang tak terjaga
Mohon maaf lahir dan Batin…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun