Mohon tunggu...
Susi Diah Hardaniati
Susi Diah Hardaniati Mohon Tunggu... Lainnya - IBU DARI SEORANG ANAK LELAKI YANG MEMBANGGAKAN

life is nothing but a daring adventure - helen keller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Uklam Jogja #1: ke Tamansari, Aku Kembali

26 Juli 2013   18:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:59 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tamansari ada di urutan paling atas tempat yang ingin aku sambangi di Yogyakarta tahun ini. Sebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena alasan sentimentil. Alkisah dulu, aku dan teman-teman SD mengunjungi Tamansari waktu rekreasi perpisahan SD. Masa puluhan tahun yang lewat ternyata bikin kangen, ingin ke sana lagi. [caption id="attachment_277691" align="aligncenter" width="300" caption="foto nostalgia"][/caption] [caption id="attachment_277692" align="aligncenter" width="300" caption="kolamnya masih kosong"]

137483306519680565
137483306519680565
[/caption] Karena aku tidak tahu jalan ke Tamansari, maka satu-satunya pilihan ke sana adalah dengan naik becak. Oleh Pak Becak, kami diantar melalui jalan-jalan padat di tengah pemukiman. Walaupun begitu, beberapa kali kami berpapasan dengan bis pariwisata. Jadilah becak kami terpaksa minggir jauh-jauh supaya tidak tersenggol. Benar-benar "sesuatu banget" rasanya, dipepet bis seukuran raksasa seperti itu, di jalan yang sempit pula. Walaupun aku banyak browsing tentang tempat-tempat wisata di sekitar Yogyakarta, terus terang aku tidak terlalu berharap Tamansari akan seindah foto-foto di situs internet. Maklumlah, untuk kepentingan promosi, foto bisa direkayasa untuk menarik wisatawan. Ternyata aku salah. Tamansari ternyata memang sudah bersolek. Aku masih ingat betul, ketika ke sana bersama teman-teman, aku membatin, "Ngapain sih kita disuruh lihat tempat seperti ini?" Maklum saja, saat itu Tamansari benar-benar tidak menarik di mataku. Bangunannya kusam, kolamnya kering tak berair. Kalaupun ada airnya, warnanya hijau penuh lumut dan ganggang. Sulit kiranya membayangkan Tamansari sebagai tempat pribadi Sultan. Raja gitu lho... kok mau-maunya tetirah di tempat seperti ini. Tapi sekarang... Pancuran-pancuran menyemburkan air bening. Kolam-kolam penuh berisi air yang jernih dan menggoda untuk bermain di dalamnya. Mata air yang mengisi Tamansari rupanya sudah di"hidupkan" kembali. Taman terawat dengan baik berisi pohon-pohon rindang, peneduh di bawah teriknya matahari tengah hari. Tamansari sudah mendekati kemegahan dan kemewahannya di masa lalu. [caption id="attachment_277696" align="aligncenter" width="300" caption="gerbang khusus sultan"]
13748343671368835118
13748343671368835118
[/caption] [caption id="attachment_277697" align="aligncenter" width="300" caption="kolam pribadi sultan"]
13748349761634983275
13748349761634983275
[/caption] Ditemani seorang pemandu wisata, aku dan Arjuno diajak memasuki ruangan-ruangan pribadi Sultan beserta keluarga bila berkunjung ke Tamansari. Mulai dari ruang "sauna", tempat  Sultan dan keluarga berganti pakaian (lengkap dengan lokernya), hingga menara tempat Sultan menonton istri-istri yang sedang mandi untuk dipilih menemani beliau di kolam yang lebih pribadi. [caption id="attachment_277698" align="aligncenter" width="300" caption="loker sultan"]
13748359112113019417
13748359112113019417
[/caption] [caption id="attachment_277701" align="aligncenter" width="300" caption="ruang tidur sultan"]
1374836767486653957
1374836767486653957
[/caption] [caption id="attachment_277703" align="aligncenter" width="300" caption="sultan mengamati tamansari dari menara ini"]
1374837627781739010
1374837627781739010
[/caption] Untukku pribadi, daya tarik utama Tamansari tetaplah kolam-kolam itu. Bukankah dulunya Tamansari adalah bagian dari kompleks istana air yang kini sudah jadi perkampungan padat itu? Aku ingat, dulu guru-guru pendamping sibuk menghalau teman-temanku yang lelaki, yang sudah gatal ingin melompat masuk ke dalam kolam yang kering. Sekarang ganti aku yang setengah mati menahan diri agar tidak nyemplung ke dalam kolam dan berenang-renang di dalamnya. Widiiiiiiihhhhhh... Segaaaaarrr... Tayang selanjutnya: Uklam Jogja #2: Sensasi Masjid Dalam Tanah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun