Ning tidak pernah membantah kedua ibunya ini. Masalahnya, kedua Ibu ini tidak selalu akur. Puncaknya adalah ketika Ning dianggap cukup umur untuk menikah. Rupanya, sebelum jadi TKW, Ibu Kandung pernah berjanji menikahkan Ning dengan anak seseorang yang dianggap berjasa padanya, sebagai bentuk balas budi. Ketika Ning dewasa, janji itu ditagih.
Di sisi lain, Ibu Angkat ingin Ning menikmati masa mudanya. Sadar bahwa dia tidak bisa memberi banyak, Ibu Angkat ingin Ning bekerja sampai puas dulu sebelum menikah. Karena itu dia menahan Ning supaya tidak cepat-cepat kawin.
Ning jadi galau. Akhirnya kedua Ibu ini membuat kesepakatan. Ning boleh bekerja sampai batas waktu tertentu, setelah itu harus mau dinikahkan dengan laki-laki pilihan Ibu Kandung.
Walaupun lega, Ning tetap galau. Dia kenal laki-laki yang hendak dinikahkan dengannya itu, tapi tidak terlalu suka padanya karena, "Dia nganggur Bos, nanti aku makan apa kalo jadi sama dia?"
"Bos" adalah panggilan kesayangan Ning untukku.
Menjelang akhir batas waktu, Ning makin rajin kursus menjahit. Rupanya dia ingin memakai pakaian buatan sendiri dalam pernikahannya nanti. Ketika kutanya pakaian apa yang sedang dibuatnya, Ning menjawab, "Kebaya sama rok putri duyung, Bos."
Ketika kebaya dan rok itu jadi, guru menjahitnya melarang Ning membawa pulang pakaian itu. Jadilah, kedua pakaian itu 'menginap' dulu di rumah si Guru. Ketika Mama bertanya kenapa, si Guru bisik-bisik menjawab, "Tak permak sek Bu, supoyo iso digawe." Saya permak dulu Bu, supaya bisa dipakai.
Pada hari Ning meninggalkan kami, aku sengaja pergi dari pagi sampai malam. Lebih baik kami tidak bertemu daripada aku nangis bombay. Ning pun paham, karena itu dia tidak menungguku untuk berpamitan.
Setelah menikah, Ning masih sering berkunjung sambil membawa anak-anaknya. Segunung hasil kebun tak lupa dibawanya.
Suaminya yang semula pengangguran kini mau bekerja. Kubayangkan si Suami mengkerut diomeli Ning bila malas bekerja... hehehehe... L-300 tua milik mertua laris disewakan untuk petani-petani di desanya yang hendak membawa hasil bumi ke pasar. Walaupun sudah ada jalan raya, memang belum ada angkutan umum yang menjangkau desa mereka.
Kebunnya yang semula hanya sepetak pun kini sudah bertambah luas. Dia bahkan mempertimbangkan untuk menukar Mitsubishi tua itu dengan yang lebih baru.