Mohon tunggu...
Susi Diah Hardaniati
Susi Diah Hardaniati Mohon Tunggu... Lainnya - IBU DARI SEORANG ANAK LELAKI YANG MEMBANGGAKAN

life is nothing but a daring adventure - helen keller

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Protes Tidur: Ketika Guru Mati Kutu

26 Maret 2014   15:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:27 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah panggilan telepon masuk ke ponselku menjelang jam bubar kantor kemarin. Wali kelas anakku menelepon, minta waktu bertemu di rumah sore itu. Sepanjang sejarah anakku bersekolah, baru kali ini wali kelasnya minta bertemu denganku, tapi tidak mau ditemui di sekolah.

Ada apa?

Walaupun deg-degan, aku berusaha berpikir positif, mengingat Arjuno bukan anak bermasalah (setahuku).

Teka-teki itu terjawab ketika Bu Wahyuni duduk manis di ruang tamu rumahku, lalu menyodorkan sebuah foto yang diambil diam-diam lewat kamera di dalam kelas anakku. Dalam foto itu, anakku beserta 3 teman sekelasnya yang laki-laki tidur di lantai di pojokan kelas ketika ada guru yang sedang mengajar di depan kelas. Posisi tidurnya benar-benar seperti ikan pindang sedang dijemur. Berserakan di mana-mana. Dan itu bukan yang pertama kali terjadi dalam mata pelajaran itu.

Bu Wahyuni (dan pihak sekolah secara umum) bingung. Anak-anak ini tidur karena memang mengantuk, atau sebagai bentuk protes terhadap guru yang sedang mengajar?

Dalam hati aku bersyukur karena sekolah tidak buru-buru menjatuhkan hukuman pada anakku dan ketiga temannya itu, dan memilih untuk membuka jalur komunikasi dengan keluarga di rumah sebelum mengambil sikap. Sebuah pilihan yang bijak dan mendidik mengingat jaman sekarang unsur pendidikan sering diabaikan, bahkan di sekolah.

Jawaban Arjuno ketika kutanya perihal foto itu singkat saja, "Salahnya gurunya, gak pinter ngajar. Cari dong cara ngajar yang enak."

Hahhh???

Untung Bu Wahyuni cukup lapang dada mendengar jawaban anakku dan bersedia menjadi jembatan antara Arjuno dan teman-temannya dengan guru yang bersangkutan.

Aku menghargai sikap Bu Wahyuni (dan pihak sekolah secara umum) yang tidak menyalahkan Arjuno dan teman-temannya atas protes tidur tersebut, dan mau bekerja sama mencari solusi terbaik. Aku juga menghargai pilihan protes yang dipilih anakku dan teman-temannya. Sebuah bentuk protes yang sederhana, tidak destruktif, tapi hasilnya maksimal.

Membesarkan anak yang tidak mainstream memang butuh pendekatan berbeda, dan aku bersyukur pihak sekolah sudah bertindak bijak. Siapa tahu, mungkin mereka sendiri sudah terbiasa berhadapan dengan "kecerdikan" siswa yang lain.

Aku jadi membayangkan... Seandainya rakyat mogok, lalu memilih protes tidur terhadap para pejabat dan anggota legislatif yang kerjanya gak karuan dan hobi menilep uang negara, apa jadinya yaaaa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun