Mohon tunggu...
Ania
Ania Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi Berbagi dari Pare yang Memotivasi

1 Oktober 2016   23:52 Diperbarui: 2 Oktober 2016   00:26 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, hari itu.

Untuk ke Malang aku perlu naik angkutan kota seharga Rp5 ribu dan bus antar kota Rp15ribu. Aku masih awam dengan Pare dan sewajarnya bila bertanya untuk memastikan transprtasi yang ditumpangi benar. Waktu itu di angkutan kota aku duduk bersebelahan dengan pasangan suami istri. Usianya mungkin sekitar 40 tahunan ke atas.

Aku bertanya pada ibu di sebelahku, apakah aku naik angkot yang benar dan dimana harus berhenti untuk naik bus antar kota menuju Malang? Ibu itu dan juga suaminya sangat humble. Mereka tak hanya mengatakan “ya, benar” atau “nanti turun di sini ...”. Mereka menjelaskan berapa menit lagi akan sampai dan bagaimana cara cepat mendapatkan bus yang langsung berangkat, tanpa menunggu lama. Mereka juga sempat bertanya sedikit tentang studiku dan bercerita singkat tentang anaknya.

Sesampainya di lokasi bus antar kota, Si Ibu bilang, “tunggu sebentar nak.” Dia dan suaminya ikut turun dari angkutan umum.

“Lho, Ibu sama Bapak bukannya masih jauh. Kok turun sini?”

“Iya, nanti naik lagi. Kita antar kamu dulu sampai dapat bus. Biar cepat,” kata Si Ibu.

Sementara itu, aku sama sekali tidak membayar uang angkutan umum karena sudah dibayar mereka. Bahkan sampai aku naik bus pun, ongkosnya juga sudah dibayar dan diberikan ke kenek bus di awal, untukku. Semua terjadi begitu cepat, bus yang ku tumpangi sudah berangkat, dan waktu itu otakku masih mencerna dengan lambat. Aku tidak sempat bertanya nama mereka dan tahu banyak, karena semuanya terjadi sangat singkat. Uangku masih utuh Rp20 ribu, setibaku di Malang.

Apa kamu berpikir ini hal biasa? Atau sesuatu yang mencurigakan? Ya, ada banyak kemungkinan. Tapi bagiku yang serba terbatas dan terdesak kala itu, ini adalah keajaiban dan keindahan dari berbagi. Aku senang, terharu, dan jantungku berdegup kencang kala itu. Apalagi bila mengingat kata-kata Si Bapak, “Jangan ditolak nduk, rezekimu. Nantinya kamu juga dapat amanah. Bapak Ibu doakan sukses kuliahnya.”

Ya, apa yang ku dapat hari ini adalah rezekiku dari kebaikan yang sudah kulakukan, sekaligus amanah untuk melakukan lebih banyak kebaikan di masa mendatang. Berbagi pada sesama manusia, tanpa pandang bulu. Panggilan dari hati untuk menebarkan kebaikan dan kasih sayang pada siapapun. Menjaga pikiran positif dalam setiap pilihan langkah yang diambil.

Aku membuktikannya sendiri dan ini bukanlah pengalaman satu-satunya. Dimana kamu tak akan pernah miskin dan kekurangan dengan berbagi. Utamanya berbagi hal positif, seperti ilmu, rezeki, dan lain-lain. Tema Kompasianival Berbagi juga mengingatkanku pada kata-kata Moersia Zaafril Ilyas, Pendiri Koperasi dengan Sistem Tanggung Renteng dan Murid Sutan Syahrir. Beliau sempat memberikan kata-kata yang melekat erat diingatanku.

“Bila kamu memikirkan makanan untuk 100 orang, maka 100 orang itu yang akan memikirkan bagaimana makananmu. Jadi, jangan takut miskin dengan berbagi. Justru kamu akan menjadi kaya dan lebih bahagia.”

Semoga menginspirasi dan terimakasih ^_^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun