Mohon tunggu...
Ardy Wira Jaya
Ardy Wira Jaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Art

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Globalisasi Terhadap Memudarnya Kesenian Genjek Dalam Membangun Rasa Toleransi Di Desa Ngis

21 Desember 2024   13:35 Diperbarui: 22 Desember 2024   15:05 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenian Genjek adalah salah satu bentuk kesenian tradisional yg kaya akan nilai-nilai budaya & sejarah, berasal dari Bali, Indonesia. Di Desa Ngis, Genjek tidak hanya berfungsi menjadi hiburan, namun pula menjadi wahana buat membicarakan pesan moral, kebiasaan sosial, & bukti diri komunitas.Genjek umumnya ditampilkan pada aneka macam program adat, upacara keagamaan, & perayaan, menjadikannya bagian integral menurut kehidupan rakyat setempat. Melalui deretan antara musik, tari, & drama, Genjek membangun pengalaman yg mendalam bagi penontonnya & sebagai cermin menurut kearifan lokal. Namun, pada beberapa dasa warsa terakhir, kesenian Genjek menghadapi tantangan berfokus dampak efek globalisasi. Globalisasi, yg ditandai menggunakan meningkatnya hubungan antarbudaya & kemajuan teknologi komunikasi, sudah mengganti cara hayati rakyat secara drastis.Masyarakat sekarang lebih gampang terpapar dalam budaya luar melalui media sosial, film, musik pop, & hiburan terkini lainnya.Hal ini mengakibatkan pergeseran minat pada kalangan generasi belia yg lebih menentukan hiburan pada masa ini dibandingkan menggunakan kesenian tradisional misalnya Genjek. Perubahan ini tidak hanya berdampak dalam minat rakyat terhadap kesenian tradisional namun pula mengancam keberlangsungan nilai-nilai budaya yg terkandung pada dalamnya.Kesenian Genjek yg dulunya sebagai wahana pengikat sosial & bukti diri komunitas sekarang mulai memudar seiring menggunakan berkurangnya partisipasi generasi belia pada pelestarian seni ini.Selain itu, poly artis & praktisi Genjek yg merasa bahwa dukungan menurut pemerintah & forum budaya buat melestarikan kesenian ini semakin berkurang. Di tengah tantangan tersebut, krusial buat tahu bagaimana globalisasi mensugesti eksistensi kesenian Genjek pada Desa Ngis. Penelitian ini bertujuan buat mengeksplorasi impak globalisasi terhadap pelestarian kesenian Genjek dan mencari solusi buat mengatasi konflik yg dihadapi. Dengan tahu konteks ini, dibutuhkan rakyat bisa lebih menghargai & melestarikan warisan budaya mereka supaya permanen relevan pada era terkini ini. Melalui esai ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai efek globalisasi terhadap kesenian Genjek pada Desa Ngis dan upaya-upaya yg bisa dilakukan buat mempertahankan keberadaannya pada tengah arus perubahan zaman yg cepat. Dengan demikian, kita bisa menemukan cara buat menjaga supaya kesenian tradisional permanen hayati & berkontribusi dalam bukti diri budaya rakyat Bali.

Globalisasi ditandai dengan meningkatnya interaksi antarbudaya dan aksesibilitas informasi yang lebih luas. Di Bali, fenomena ini terlihat dari pergeseran minat masyarakat yang lebih menyukai hiburan modern seperti musik pop dan film, yang lebih mudah diakses berkat kemajuan teknologi. Hal ini menyebabkan kesenian tradisional seperti Genjek mulai terlupakan, terutama oleh generasi muda yang lebih tertarik pada budaya popular. Globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam pola hiburan dan interaksi budaya di Bali, yang berdampak langsung pada kesenian tradisional seperti Genjek. Globalisasi menciptakan tantangan bagi masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal, yang merupakan fondasi identitas budaya. Dalam menghadapi arus globalisasi, penting bagi generasi muda untuk memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tradisional, seperti Genjek, agar warisan budaya ini tidak hilang dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan meningkatnya aksesibilitas informasi dan hiburan modern, generasi muda cenderung mengabaikan kesenian tradisional. Sebagaimana diungkapkan dalam penelitian tentang Drama Gong di Bali, generasi Z lebih memilih hiburan yang dapat diakses melalui gadget mereka, sehingga mengurangi ketertarikan terhadap pertunjukan seni tradisional. Kemudahan akses terhadap konten digital, seperti film dan musik pop, membuat banyak anak muda lebih tertarik pada budaya populer dibandingkan dengan kesenian lokal yang membutuhkan keterlibatan langsung. Selain itu, globalisasi sering kali membawa nilai-nilai baru yang bertentangan dengan tradisi lokal. Masyarakat mulai mengadopsi gaya hidup yang lebih individualis dan konsumtif, yang berdampak pada pelestarian budaya. Hal ini terlihat dari berkurangnya partisipasi dalam pertunjukan Genjek dan kesenian lainnya. Akibatnya, makna sosial dan budaya dari Genjek sebagai sarana komunikasi dan penguatan identitas komunitas mulai memudar. Fokus pada pariwisata dan industri kreatif modern juga sering kali mengabaikan dukungan untuk kesenian tradisional. Banyak pertunjukan Genjek yang tidak mendapatkan perhatian yang layak dibandingkan dengan atraksi wisata yang lebih komersial. Ketika perhatian masyarakat lebih terfokus pada kegiatan pariwisata, kesenian lokal seperti Genjek seringkali terpinggirkan, sehingga sulit untuk mendapatkan dukungan finansial dan promosi yang diperlukan untuk keberlangsungan seni tersebut. 

Menurut I Gusti Ngurah Jayanti (2022), Genjek adalah sebuah genre seni Karawitan Bali yang menggunakan vocal sebagai sumber bunyi utama. Sumber vocal dari sepuluh sampai dua puluh orang pemain duduk membentuk sebuah lingkaran atau setengah lingkaran dengan menyanyi disertai gerakan-gerakan tubuh dan menghasilkan sebuah paduan bunyi. Sebelum mengungkap tentang asal-usul terbentuknya seni genjek, sekiranya perlu diketahui apa arti kata genjek itu. Secara etimologis arti kata “genjek” berasal dari kata “gonjak” yang artinya bersenda gurau. Memang kata “gonjak” yang dalam bentuk kata kerjanya menjadi “megonjakan” memiliki sifat yang sama dengan Seni Genjek, yaitu bersenda gurau untuk menghibur diri yang diselingi nyanyian ( Tinggen, I Nengah,1994:23). Persepsi lain menyatakan bahwa “genjek” merupakan peniruan bunyi atau onomatopia dari pendengaran sepintas berbagai jenis suara, yaitu genjek , gen-jak, gen-jek, gen-jek....dan seterusnya. Ada juga interpretasi lain bahwa kata genjek berasal dari kata “ngejek” atau “ngenyek” yang artinya lebih mengkritisi , karena tidak sedikit isi lagu dari Seni genjek sebagai kritik sosial (Purna,2018:3). Nilainilai yang terkandung dalam kesenian genjek antara lain: 1. Nilai pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak hanya disampaikan melalui jalur formal, tetapi juga melalui jalur nonformal, seperti pentas seni. Genjek dengan syair lagunya menjadi media penyampaian pesan moral yang dapat diserap dan dihayati oleh penonton. Nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya antara lain kejujuran, sportifitas, integritas dalam perkataan dan perbuatan, berpikir, berkata, dan bertindak positif, serta cinta damai, kasih sayang, saling menghargai, dan kesadaran kolektif. 2. Nilai spiritual. Setiap pentas seni diawali dengan sesaji kepada Sanghyang Taksu, agar pementasan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuannya, yaitu menghibur penonton. Untuk menghadapi tantangan yang disebabkan oleh globalisasi, beberapa langkah pelestarian dapat diambil untuk menjaga kesenian Genjek tetap hidup dan relevan. Pertama, edukasi dan kesadaran budaya sangat penting; program pelatihan dan pendidikan tentang Genjek perlu diperkenalkan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan minat generasi muda. Dengan cara ini, anakanak dapat memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kesenian ini sejak dini. Kedua, promosi melalui media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk menarik perhatian lebih banyak orang, terutama anak muda. Menampilkan pertunjukan Genjek secara online dapat membantu menyebarluaskan informasi dan menarik minat generasi yang lebih muda terhadap seni tradisional ini. Ketiga, kolaborasi dengan seniman modern juga dapat memberikan nuansa baru pada Genjek dan menarik penonton yang lebih luas. Dengan menggandeng seniman dari genre lain, pertunjukan Genjek dapat beradaptasi dengan tren modern tanpa kehilangan esensi tradisionalnya. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan kesenian Genjek dapat terus berkembang dan mendapatkan tempat di hati masyarakat, meskipun dalam era globalisasi yang serba cepat ini. 

Kesenian tradisional, seperti Genjek di Bali, telah mengalami dampak signifikan akibat globalisasi. Perubahan ini terlihat dalam pergeseran preferensi terhadap hiburan, penurunan pengenalan terhadap identitas budaya, serta komersialisasi yang sering kali mengesampingkan ekspresi seni lokal. Terutama pada generasi muda, terlihat kecenderungan yang lebih besar untuk memilih hiburan modern yang lebih mudah diakses, yang pada gilirannya mengurangi minat mereka terhadap pertunjukan tradisional. Namun, di balik tantangan ini, terdapat peluang bagi strategi inovatif dan kreatif yang bertujuan untuk melestarikan Genjek. Dengan mengimplementasikan inisiatif pendidikan dan meningkatkan kesadaran budaya di sekolah-sekolah, memanfaatkan media sosial untuk promosi yang lebih efektif, serta menjalin kemitraan dengan seniman kontemporer, Genjek dapat tetap relevan dan menarik bagi generasi masa kini. Melalui langkah-langkah pelestarian yang tepat, diharapkan seni Genjek tidak hanya akan terus bertahan, tetapi juga berkembang dan memperkaya budaya Bali di tengah arus globalisasi yang terus berlangsung. 

DAFTAR PUSTAKA 

Ahimsa Putra, Heddy. (2019). Magening: Kesenian Genjek di Bali. Widyadari, Jurnal Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. DOI: 10.5281/zenodo.3517929. 

Astika, I Made. (2022). Revitalisasi Kesenian Tradisional di Era Digital. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 

BASAbaliWiki. (2022). Performance Genjek Karangasem. Retrieved from https://dictionary.basabali.org/Performance_Genjek_Karangasem 

Cover, D. (1970). Inventarisasi Genjek: Seni Karawitan Bali di Desa Ngis, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Retrieved from https://library.unmas.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4237 

Dampak Globalisasi, Budaya dan Mata Pencaharian Masyarakat Bali Semakin “Tergerus.” (2022). Retrieved from https://spiritnews.co.id/2022/12/27/dampak-globalisasi-budaya-dan-matapencaharian-masyarakat-bali-semakin-tergerus/ 

Genjek. (n.d.). Retrieved from https://referensi.data.kemdikbud.go.id/budayakita/wbtb/objek/AA001178 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun