Judul buku : Revolusi dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat
Penulis        : Dr. Yansen TP., M.Si
Penerbit      : PT. Elex Media Komputindo
Halaman     : xxv + 180 hal, cet 1, 2014
ISBNÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-02-5099-1
Resensi
Proses perkembangan sosial dewasa ini mempunyai kecenderungan untuk menciptakan sebuah pertarungan yang menciptakan kondisi kalah dan menang. Pihak yang merasa menang akan dengan leluasa membuat sebuah bentuk perubahan sosial yang hakiki menurut pandangan kelompoknya, sedangkan yang kalah membuat serangkaian cara melakukan aksi perlawanan menentang segala kebijakan yang dikeluarkan oleh sang pemenang. Di sini, penggunaan pendekatan proses sangat diperlukan ketimbang pendekatan hasil, karena sangat beresiko dalam tahap perkembangan sosial.
Revolusi Desa dalam hal pembangunan diharapkan menyeluruh dengan merujuk pada sifat kata "revolusi" mempunyai makna perubahan secara cepat dan menyeluruh pada suatu bidang. Buku yang disusun Dr, Yansen TP. M.Si. dengan topik Revolusi dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan Percaya Kepada Rakyat menyatakan suatu perubahan yang menyeluruh dengan menggunakan paradigma GERDEMA (Gerakan Desa Membangun).
Paradigma GERDEMA mempunyai konjungsi dengan konsep hegemoni dan determinan modern (budaya) yang ditawarkan oleh tokoh neo-Marxist Italia, Antonio Gramsci yang menekankan pada konsep hegemoni mengenai perjuangan kelas proletar terhadap kaum burjois. Kritik Gramsci terhadap Marxist Ortodoks bahwa perjuangan kelas proletar harus tertuang dalam sebuah pergerakan kelompok/massa dan menggunakan kaum intelektual dalam melakukan counter hegemoni.
Hegemoni sendiri menurut Gramsci yang kala itu menentang kepemimpinan fasis di Italia mengandung unsur penguasaan akan kesadaran melalui pemaksaan dan kekerasan serta puncak dari hegemoni sendiri terletak pada kepatuhan masyarakat secara sadar. Gramsci berpendapat bahwa cara untuk melawan hegemoni dari pemerintah dengan menggunakan kaum intelektual. Di sini, pergerakan kaum intelektual mengalami sebuah kecenderungan sesuai dengan konsepsinya. Gramsci mengklasifikasikan dua kaum intelektual dalam menghadapi hegemoni. Pertama, kaum intelektual organik yang mempunyai tujuan pergerakan yang pro terhadap rakyat, dan Kedua, kaum intelektual tradisional yang mempunyai peran ke arah sektor pemerintah. Gramsci beranggapan bahwa keberhasilan pergerakan massa kaum proletar terhadap kekuasaan kaum borjuis (kapitalisme dan imperialisme) dipengaruhi oleh peran kaum intelektual—baik itu tradisional maupun organik—dalam pencapaian tujuan revolusi perjuangan kelas pergerakan massa dari kaum proletar.
Hubungan ajaran Gramsci dengan buku yang disusun oleh Dr. Yansen TP, M.Si ialah dengan menekankan pada penggunaan kaum intelektual organik sebagai syarat sebuah pergerakan sosialis yang senantiasa berfokus kepada kepentingan masyarakat dalam melakukan sebuah revolusi dari desa. Pemaknaan dari Dr. Yansen TP, M.Si memberikan semangat perlawanan yang pro-rakyat dalam kajian perjuangan kelas untuk merebut solidaritas bersama bahwa seharusnya pembangunan yang hakiki seharusnya berasal dari desa. Negara seharusnya mempunyai peran serta dalam pembentukan kesejahteraan warga negaranya termasuk dalam hal ini warga masyarakat desa untuk memenuhi konsep walfare state. Karena ada juga sebuah pernyataan yang keras dari warga desa yang berasumsi "apabila negara tidak mengakui kami, maka kami pun tidak akan mengakui negara". Dr. Yansen TP, M.Si menjadikan dirinya sebagai kaum intelektual organik yang berfokus pada pembangunan dari desa dengan mempelopori GERDEMA.
Sejalan dengan itu, Dr, Yansen TP, M.Si menggunakan imajinasi konstruktif dalam menyusun sebuah buku yang berisikan pengalaman empirik dari sebuah proses penalaran mengenai suatu revolusi dari desa dan terlihat pada zaman ini kata "desa" kerap kali mendapat stereotype sebagai kata suatu aksi "perlawan". Bentuk paradigma baru yang ditawarkan dalam pembangunan yang dimulai dari desa. GERDEMA yang menjanjikan perubahan yang inovatif dengan metode bottom-up menyerap secara partisipatif segala aspirasi masyarakat dalam proses pembangunan. Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, konsep paradigma GERDEMA yang berfokus pada pendekatan local needs dalam pembangunan, sejalan dengan ini GERDEMA juga menggunakan metode bottom up yang menyerap aspirasi maayarakat dalam proses pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan pembangunan masyarakat.
GERDEMA merupakan penguatan yang bersifat asosiatif yang mempercayakan pembangunan kepada masyarakat dalam suatu lingkup pembentukan gerakan masyarakat yang tergabung dalam lembaga organisasi massa. Penguatan semacam ini kerap kali mempunyai hubungan dengan pembentukan jaringan sosial untuk pergerakan masyarakat desa.
Sebagai pembandingan makna pentingnya pembentukan jaringan sosial. Kita dapat melihat pemerintahan Yunani yang collapse diakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang mempengaruhi stabilitas politik, ekonomi, dan sosial. Kenyataan ini berkebalikan dengan negara Cina dan Jepang yang mempunyai tingkat jaringan sosial yang solid yang menyusun sendi-sendi kenegaraan, sehingga kita dapat melihat China menjadi salah satu negara yang kuat dalam hal ketahanan politik, ekonomi, dan sosial.
Saya berharap melalui buku ini bisa menjadi referensi bagi segala lapisan masyarakat untuk belajar serta memahami pentingnya sebuah gerakan sosial berbasis kemasyarakatan, bahwa desa merupakan salah satu lingkungan yang dijadikan acuan dalam pembangunan nasional ke depannnya. Di sisi lain, buku ini merupakan sarana untuk tercapainya teori Marx yang mengatakan bahwa democracy is the road to socialism.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H