Literasi diakui sebagai salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Namun, cara kita melihat konsep literasi seringkali masih terlalu sempit.
Gambar tersebut merupakan mesin kopi yang rusak. Sesuai dengan tulisannya, Mohon maaf mesin kopi rusak. Lantas saya dan orang-orang yang memiliki tingkat literasi yang cukup seharusnya paham bahwa mesin kopi tersebut rusak, sehingga tidak bisa digunakan.
Akan tetapi, apa yang terjadi? Plot twist, mesin kopi itu tetap bisa digunakan dan orang setelah saya tanpa berpikiran panjang (saya asumsikan tidak membaca atau tidak percaya dengan tulisan mohon maaf mesin kopi rusak) tetap memakainya, dengan lancar.
Pertanyaannya, siapa yang salah? Orang yang memasang tulisan Mohon maaf mesin kopi rusak atau orang yang tidak menghiraukan tulisan itu dan langsung menggunakan mesin kopi tersebut?
Contoh lain. Gambar ini diambil di salah satu kampus di Indonesia.
Pada gambar ini, terdapat rambu bertuliskan Pintu Masuk. Akan tetapi, dari sudut pandang manapun itu, saya tidak melihat bahwa seseorang bisa masuk apalagi dengan menggunakan kendaraan bermotor (asumsi pintu ini adalah pintu masuk parkir kendaraan bermotor). Justru pintu masuk sebenarnya malah ada di bagian kanan foto, letaknya agak jauh dari posisi foto di ambil, dan ironisnya, tidak ada tulisan Pintu Masuk.
Siapa yang salah? Saya karena menganggap ini sebagai pintu masuk atau orang yang memasang rambu Pintu Masuk?
Satu contoh lagi, masih di salah satu universitas di Indonesia.