Mungkin dari segi kualitas, pemerintah sudah mengadakan berbagai macam pelatihan terhadap petani seperti misal Pelatihan Master Tree Grower (MTG) ataupun pelatihan lainnya dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil pertanian.Â
Tetapi dari segi kuantitas, pemerintah tidak serta merta bisa membujuk orang untuk menjadi petani. Bahkan pada 2017 lalu Presiden Joko Widodo pernah menyindir dalam Sidang Terbuka Dies Natalis ke-54 di Kampus IPB. Presiden menyindir lulusan IPB yang notabene merupakan ahli di bidang pertanian tetapi kebanyakan malah bekerja di bank alih-alih bekerja sebagai petani. Lalu pertanyaannya, ditujukan kepada siapa program peningkatan produktivitas pertanian di atas?
Di akhir cerita, Robert Malthus mungkin tidak sepenuhnya salah. Pertumbuhan manusia memang pada dasarnya lebih cepat daripada pertumbuhan sumber daya pertanian. Tetapi hal ini bukan disebabkan karena pertumbuhan manusia yang dianalogikan seperti deret geometri, semakin lama semakin cepat sehingga pertumbuhan sumber daya pertanian tidak dapat mengikuti, tetapi karena pertumbuhan makanan yang semakin melambat akibat banyaknya generasi muda yang kurang berminat menjadi petani.Â
Oleh karena itu, perlunya kesadaran di generasi muda betapa pentingnya sektor pertanian. Selain itu, sosialisasi mengenai sektor pertanian juga harus lebih sering diadakan untuk mengajak para kawula muda agar terjun ke dunia pertanian untuk menyokong masa depan pertanian Indonesia. Karena kalau semua orang bekerja di bank, siapa yang akan menanam padi untuk makan kita sepulang kerja? (CuriouSniff)
#P3SEKPI Â #KementerianLHK #ACIAR #CBCF Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI