Pramuka tak ayal merupakan kata yang sangat familiar bagi siapapun yang hidup di negeri Indonesia. Serba cokelat merupakan ciri khasnya. Tunas kelapa adalah lambangnya. Kegiatan lapangan, mendirikan tenda, tali temali, morse, dan semaphore adalah stereotipnya. Kebersamaan dan solidaritas adalah ikatan yang diciptakannya. Dan jiwa yang suka berkarya merupakan pemaknaan dari akronim Praja Muda Karana. Setidaknya itu semua yang kita ketahui perihal pramuka sebelum tahun 2020 datang. Tetapi kelihatannya semua hal tersebut sirna ketika pandemi Covid-19 menyerang. Tidak ada lagi kegiatan lapangan. Tidak ada lagi kumpul-kumpul bersama. Kegiatan perkemahan sirna. Kebersamaan dan solidaritas pun tidak lagi dapat terlihat sejelas dahulu kala. Semua hal harus dilakukan secara virtual. Itulah yang kita rasakan pada peringatan hari Pramuka ke-59 hari ini, 14 Agustus 2020, yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, jiwa yang suka berkarya tidak akan pernah hilang dari esensi pramuka.
Berbicara mengenai pramuka sendiri tentu tidak bisa dilepaskan dari sejarahnya yang bermula dari kepramukaan dunia. Gerakan kepramukaan dunia bermula di Inggris, tempat lahirnya Bapak Pandu Dunia, Sir Robert Baden-Powell. Menurut Baden Powell, kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama (Sunardi, Andri Bob:2016). Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, kepramukaan adalah segala kegiatan yang menyenangkan dilakukan di alam terbuka tanpa memandang usia.
Dalam perkembangannya, kepramukaan bukan hanya sekadar permainan menyenangkan di alam terbuka. Di masa perang dunia, kepramukaan dunia bergeser esensinya karena sangat erat dengan barisan pemuda seperti Seinendan di Indonesia, dan Hitlerjugend di Jerman. Tujuannya untuk melatih dan mendidik pemuda-pemuda terutama dalam bidang pertahanan dan keamanan. Hal ini diimplementasikan dalam bentuk latihan militer maupun semi militer seperti latihan menembak, survival di alam terbuka, dsb. Semenjak saat itu, kepramukaan menjadi tidak dapat dipisahkan dengan unsur pemuda.
Di tanah air, Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan suatu wadah proses pendidikan kepramukaan yang ada di Indonesia. Sebelum tahun 1961, di Indonesia terdapat puluhan bahkan ratusan organisasi kepanduan. Tetapi pada tahun 1961, semua organisasi kepanduan dilebur menjadi satu di bawah panji Gerakan Pramuka. Meskipun 14 Agustus bukanlah tanggal lahir secara de jure dari Gerakan Pramuka, namun secara resmi Gerakan Pramuka dikenalkan ke masyarakat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961. Hal inilah yang menyebabkan hari Pramuka selalu jatuh di tanggal 14 Agustus.
Tetapi ada yang berbeda pada kegiatan Pramuka tahun ini. Pramuka pada umumnya dilaksanakan dengan mengumpulkan banyak orang di suatu tempat. Sudah jelas ini merupakan hal yang sangat berisiko di masa pandemi Covid-19. Apalagi banyak juga kegiatan Pramuka yang bersifat mengabdi kepada masyarakat sehingga interaksi langsung juga tidak dapat dihindarkan. Meskipun demikian, semua hal tersebut tidak semata-mata menghilangkan esensi yang ada di Pramuka itu sendiri.
Pramuka bukan hanya sekadar kegiatan yang mengumpulkan banyak orang di suatu lapangan, kemah, morse, kebersamaan dan solidaritas. Pramuka juga tidak hanya suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama menurut Baden Powell. Tidak, pramuka sudah berkembang lebih dari itu. Di masa pandemi ini kita sudah melihat bahwa hal itu semua dapat sirna seketika. Pramuka pada esensi fundamentalnya adalah suatu wahana kaum muda suka berkarya. Karya yang dihasilkan pun dapat berubah seiring perkembangan teknologi seperti programming, coding, dan aksi sosial secara daring, tidak melulu berkumpul di lapangan. Tidak melulu keterampilan tali-temali. Tidak melulu keterampilan mendirikan tenda. Pramuka pun dapat dilakukan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh. Esensi inilah yang harus kita pegang erat-erat dalam rangka menjadikan pramuka sebagai kader pembangunan sebagai perekat bangsa yang tidak akan hilang seiring waktu berjalan, sekalipun pandemi Corona menyerang.
Selamat hari Pramuka ke-59, semoga jiwa anak muda suka berkarya tidak akan pernah sirna seiring perkembangan zaman. (AMN)
Referensi:
Sunardi, Andri Bob. 2016. Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung: Penerbit Darma Utama.
https://en.wikipedia.org/wiki/Hitler_Youth
https://www.romadecade.org/sejarah-pramuka/#!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H