"Kerja apa saja yang penting halal, dan tidak makan dari keringat orang lain."Â
Kalimat lugas tersebut mengalir dari mulut seorang anak berusia 13 tahun di sebuah persawahan di daerah Flores. Kami sementara getol mendorong traktor yang terbenam di dalam lumpur.Â
Hampir setengah jam lamanya berjibaku mengeluarkan traktor yang terbenam di sana, akhirnya traktor yang terbenam dalam lumpur berhasil keluar setelah dijembatani dengan sepotong kayu sebagai katrol untuk menariknya keluar dari kubangan lumpur.
Setelah selesai mengeluarkan traktor dari dalam lumpur, kami terlibat dalam percakapan ringan untuk mengusir kepenatan.Â
Saya iseng menanyakan padanya kenapa memilih bekerja di sawah dari pada melanjutkan sekolah. Jawaban yang diberikan tadi cukup mengejutkan. Menghantam kesadaran. Menguras nalar.
Bila menyimak realitas terkini banyak pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan bidangnya hingga frustasi, ada pula pekerja yang tidak mampu mengaktualisasikan apa yang telah dipelajarinya di bangku pendidikan tinggi dalam dunia kerja meskipun mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jurusannya dan ada yang tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali.
Kerja Mandek, Tak Sesuai Bidang
Pernyataan anak tersebut seolah melecut daya pacu setiap orang yang telah menempuh pendidikan tinggi.Â
Kesadaran kritis seorang anak dalam tataran tertentu melampaui pemikiran tamatan perguruan tinggi yang tak mampu menentukan bagaimana dirinya harus bekerja ketika di dunia kerja karena tidak sesuai dengan bidang studi yang digelutinya selama ini.