Becermin dari fakta ini, sudah saatnya revolusi desa dimulai! Badan Pusat Statistik merilis bahwa jumlah desa tertinggal di NTT mencapai 1.094 desa (35,89 persen), sementara desa berkembang jumlahnya 1.945 desa (63,81 persen), dan desa mandiri hanya 9 desa (0,30 persen), (PODES BPS: 2018). Ketiadaan anggaran tidak dapat lagi menjadi dalih. Dana Desa sudah tersedia. Kini, itikad baik demi kebaikan bersama untuk membangun harapan bahwa desa masih merupakan rumah bagi warga negara harus dimulai sekarang juga.
Dengan kesadaran penuh bahwa kita masih tertinggal dan terbelakang, 3.048 desa dan 305 kelurahan di bumi Cendana (BPS, 2018) hendaknya memaksimalkan potensi pemudanya agar jargon NTT Bangkit NTT Sejahtera, tidak sebatas jargon kosong. Sementara, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa terdapat 78 lembaga pendidikan Tinggi dan 15.101 orang lulusan dari Perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur per tahun 2018. Jumlah angkatan kerja yang memadai tersebut merupakan peluang dalam merevolusi desa bangkit dari ketertinggalan. Sekarang, pekerjaan rumahnya, adalah bagaimana desa memanfatkan potensi angkatan kerja produk perguruan tinggi ini untuk kembali ke desa, membangun rumah dan desanya.
*Tulisan ini pernah diterbitkan di Victory News, 8 Februari 2020. Dirilis di sini untuk tujuan pendidikan dengan perubahan seperlunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H