Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kami Bukan Barang Dagangan

31 Agustus 2019   09:19 Diperbarui: 1 September 2019   17:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi Anti Perdagangan Orang. Credit Foto: Amel Sesfaot

Sehabis mengecap ubi kayu rebus dan segelas kopi yang dihidangkan warga Desa Basmuti di Pelataran Gereja Immanuel Basmuti yang masih berlantaikan tanah. Kami bertolak ke Desa Kuanfatu. 5 kilometer jaraknya. Dengan jalan pengerasan dan tanaman perkebunan di sepanjang jalan menuju Kuanfatu.

Listrik di wilayah Kecamatan Kuanfatu hanya hidup dari pukul 12.00-00.00 WITA. Kalau di kota besar listrik yang hanya mati satu jam saja, jadi hits dan hujatan netizen. Pengelola bobroklah. Layanan listrik tidak profesionalah. 

Begitulah cacian yang sering beredar di media sosial. Di sini di Kampung Batu-demikian arti dari Kuan Fatu bila diindonesiakan-anak anak menikmati kondisi yang separuh gelap itu dengan mengejar kunang kunang.

Mungkin, mereka lebih solider dengan para pekerja di tambang batubara di Kalimantan atau Sumatera yang hampir tiap harinya merenggang nyawa. Satu jam saja Perusahaan Listrik Negara tidak beroperasi, ada nyawa nyawa manusia yang terselamatkan dari lubang raksasa tambang batubara, kata seorang sepuh dalam obrolan di waktu senggang.  

Dari sekian tambang batubara di Negeri gemah ripah loh jinawi ini, salah satunya milik menteri cum wirausahawan yang mengkampanyekan industri ramah lingkungan di Afrika Selatan beberapa waktu lalu (baca kompas bulan Juli). Miris.

Jauh dari hiruk pikuk sentiment rasial yang dihidupi aparatus negara di Kota Pahlawan. Kami menikmati perayaan kemerdekaan melalui Pameran Pembangunan di samping Kantor Desa Kuanfatu malam harinya dengan tajuk 'Pameran Pembangunan.' Entah apa yang dibangun. Anak manusianya terjual. Jalanan kota kecamatan masih saja berkerikil lepas.

Menarik tuturan pengalaman seorang penjual Salome di salah satu stand yang kami kunjungi. Dia telah hidup selama 20 tahun di Kota Kupang. Kembali ke kampung halamannya di Kuanfatu setelah belajar berdagang dari para pedagang asal Jawa. Hampir semua pekerjaan pernah dilakoninya, mulai dari jadi buruh kapal, tukang sol sepatu, ojek, pedagang kelontong keliling sampai kini berjualan Salome dan es kelapa.

"Saya kerja apa saja yang bisa menghasilkan uang. Anak saya ada lima. Yang paling besar sudah selesai kuliah. Dua orang lainnya sementara kuliah di Kupang. Saat saya sol sepatu keliling, saya bawa ayam atau asam, kalau ada pelanggan yang mau beli itu rejeki. Semua kerja bisa hasilkan uang. Yang penting mau kerja." Tutur bapak ini sembari meminta anak lelakinya yang berumur 9 tahun untuk pergi membeli telur untuk dibaluri pada Salome.

Beberapa perempuan separuh baya duduk rapi sembari menguyah sirih pinang. Remaja yang baru tumbuh cengingikan di sampingnya. Ada pula ibu yang menggendong anaknya. Mereka hendak mendengarkan dan berbagai pengalaman mengenai bahaya perdagangan orang dan bagaimana menghadapinya di Gereja Betesda Kuanfatu.

Saat penyampaian materi terdengar desisan kaget diantara hadirin karena hingga Agustus 2019 sudah 78 PMI (Pekerja Migran Indonesia) asal NTT meninggal di luar negeri. Menurut para perempuan yang hadir di Gereja Ora et Labora, Nunle'u Dusun I Desa Kuanfatu, sejak pukul 15.00-18.00 WITA.  

Memang yang hadir hanya para ibu dan anak anak. Alasan warga Kuanfatu pergi ke luar daerah adalah untuk mencari uang. Apakah tidak ada uang di tanahnya sendiri? Uang ada di kantong orang lain, bagaimana mengeluarannya itu yang sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun