Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Semalam di Semau

3 Februari 2019   22:18 Diperbarui: 17 April 2019   17:54 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gugusan Pantai Liman dari puncak Bukit. Sumber Foto: Tim Tapaleuk

Secara antropologis orang Semau menganut sistem Patrilineal. Bagi pemegang hak kesulungan dan marga tertua disebut Dale Lam Tua. Dale Lam Tua memliki kekuasaan penuh atas tanah marga (dale ngalak) dan berhak untuk memberikannya kepada pendatang atau marga lain yang mampu membarter tanah dengan ternak besar. Ia menguasan perkampungan (ingu), kebun (klapa) dan hutan (alas) (Arnoldus Lilong, dalam Dicky Lopulalan (Peny): 2016).

Jalan menuju pulau Tabui. Sumber Foto: Tim Tapaleuk
Jalan menuju pulau Tabui. Sumber Foto: Tim Tapaleuk
Dari samping bukit Liman, teruslah berjalan menyusuri jalan setapak di punggung bukit. Kurang lebih satu kilo meter, kita akan memasuki sebuah perkampungan. Dominan dengan tanaman holtikultura. Pohon kelapa berbaris rapi. Sampai perkampungan nelayan, tegar berdiri di hadapan Samudra Hindia yang sesewaktu bisa menghempas perkampungan itu.

Sekitar 5 KM dari pantai Liman, masih dalam garis pantai yang sama, terdapat sebuah pulau di depan gugusan pantai, namanya Pulau Tabui. Tekstur permukaannya terdiri dari bebatuan dan pasir. Asri. Alami. Jarang terjamah. Pulau ini dapat diakses ketika air laut surut atau meeting sekitar pukul 15.00 WITA.

Luas Pulau Tabui sekitar 15 Km2. Pada pertengahan jalan menuju Tabui, tumbuh sekumpulan pohon bakau, tampak eksotis dan memukau. Beberapa nelayan dengan giatnya mengail hasil laut yang dengan mudah diperoleh bila air laut surut. Menjelang pukul 19.00 WITA air laut akan kembali pasang, sebagian pulau Tabui akan tertutup air.

Perjalanan ke Semau adalah perjalanan menuju ketentraman batin. Gugusan pantai berpasir putih sejukan mata, deburan ombak pecah dipantai menyadarkan bahwa hidup harus terus maju tidak peduli berapa kali pernah jatuh, ramah sapaan dan senyuman warganya memastikan bahwa hidup yang keras tidak dapat menyurutkan niat untuk berbagi. 

Semoga anugerah alam ini, tidak jatuh pada tangan yang salah mengelola. Tetap bisa diakses oleh semua dan hasil pengelolaannya dapat dinikmati oleh pemilik aslinya, yakni warga Semau. Dengan mengatas namakan pengembangan parwisata, tidak dapat dibiarkan adanya penghisapan pada manusia lain oleh manusia pemilik pundi yang loba. 

Referensi

Lilong, Arnoldus, Perkenalkan ini Semau dalam Semau Beta-Suara Suara dari Pulau Magis, Dicky Lopulalan (Peny), Bali: Lite Institute, 2016.

Ratumakin, Paulus Adrianus K. L, Pantoro Tri Kuswardono, Margareth Johana Heo, Yersi Untung Putra Heo, Pengetahuan Lokal dalam Keberlanjutan Pengelolaan Air, Kupang: Perkumpulan PIKUL, 2016.

https://id.wikipedia.org/wiki/Semau, Kupang, diakses pada 3 Februari 2018 pukul 05.58 WITA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun