Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memutuskan Putusan, Memilih Pilihan (Pembacaan atas Karya Albert Camus "Sang Pemberontak")

20 Januari 2019   13:15 Diperbarui: 20 Januari 2019   14:47 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: theguardian.com

Judul              : L'Etranger/ The Outsider/ Sang Pemberontak

Penulis            : Albert Camus

Penerbit          : Liris, Surabaya

Tebal              : viii + 164 halaman

Tahun terbit  : 2010

Karya Camus, The Outsider terdiri atas dua bagian. Camus mengawali cerita pada bagian pertama dengan kematian. Kematian ibu Mersaulut, yang mengharuskannya untuk segera pergi ke Panti Wreda di Marengo, 50 mil jaraknya dari Aljiers; tempat ibunya mengakhiri masa tuanya. Mersaulut pun bergegas pergi untuk mengikuti pemakaman ibunya, setelah mendapatkan izin dari kepala kantornya. 

Selama hidup, ibunya tidak memeluk salah satu agama pun walau pada akhirnya memilih untuk dimakamkan secara religius. Ibunya punya pilihan bebas: tidak ingin terikat pada suatu agama tertentu namun disaat terakhir kebebasannya harus tunduk pada kerinduannya untuk mengikuti kebiasaan yang berlaku.

Rasa duka cuma mampir sebentar dalam diri Mersaulut. Sepulang dari pemakaman Mersaulut mulai bekerja lebih keras karena sudah mengambil cuti dua hari lamanya, untuk menghadiri pemakaman ibunya. Bahkan, kematian ibunya tak mempengaruhi kondisi psikologisnya hingga tak lama kemudian ia sudah mulai dekat dengan Marie. 

Mereka sering menghabiskan waktu bersama diakhir pekan. Hubungan mereka rumit; Marie mencintai Mersaulut namun Mersaulut tak memikirkan cintanya pada Marie. Mersaulut ingin bebas dan tidak terikat dengan cinta karena itu ia tak ingin tenggelam dalam cinta. Camus rupanya ingin menempatkan paham kebebasannya dalam diri Mersaulut, bahwasanya setiap orang bebas untuk menentukan pilihannya; tidak terikat pada sesuatu apa pun akan tetapi wajib bertanggungjawab bila telah memutuskan putusan untuk memilih pilihan dalam kehidupannya.

Relasi sosial Mersaulut dengan tetangganya nampaknya cukup bagus. Mersaulut mampu membina hubungan dengan Raymond yang tidak terlalu dianggap kehadirannya oleh tetangga se-apartemen  mereka. Ia rela mendengarkan curahan hati Raymond tentang gadis yang mengecewakannya. Lagi, Mersaulut bersedia  menuliskan surat bagi Raymond kepada gadis yang dibencinya karena telah mengecewakannya. Hubungan mereka menjadi lebih akrab setelah Mersaulut turut melewati masa masa sulit bersamanya. 

Keakraban mereka kian bertambah dengan diundangnya Mersaulut dan Marie untuk menghabiskan akhir pekan di challet (rumah peristirahatan) milik temannya, Raymond di pinggiran pantai Aljiers. Mersaulut dilukiskan sebagai pribadi yang punya kesetia kawanan yang tinggi meski ia acuh tak acuh dengan hidupnya sendiri. Ia bersedia mendengarkan keluhan Salomon: tetangganya, tentang hidupnya, pekerjaannya dan bahkan anjing peliharaannya yang dekat dengannya namun kemudian menghilang.

Akhir pekan di tepian pantai Aljiers membawa petaka. Inilah awal dari konflik yang menjadi klimaks dalam The Outsider. Pada bab terakhir bagian pertama, Camus menutupnya dengan perkelahian antara Raymond dan Mersaulut melawan dua orang Arab yang membuntuti mereka sejak di Aljiers. Pertentangan ini berujung pada kematian orang arab itu. Lagi-lagi, camus menempatkan kematian sebagai awal dan akhir dalam bagian pertama dari karyanya The Outsider. 

Menarik untuk disimak, kematian dijadikannya sebagai pembuka cerita yang menarik rasa penasaran pembaca untuk terus mengikuti jalannya cerita dan pada bagian akhir cerita pula ditempatkannya kematian sebagai klimaks demi membuka pintu menuju pembacaan lebih lanjut pada bagian kedua dari cerita ini.

Kebebasan mutlak antara manusia yang satu dengan yang lainnya merupakan gagasan yang ingin dikembangkan Camus dalam roman ini. Kebebasan ini dapat teraktualisasi bila setiap subjek mampu memutuskan putusan yang tepat demi memilih pilihan yang benar. Manusia pada dasarnya bebas untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas pilihannya. Namun, ketika berhadapan dengan ada yang lain, kebebasan ini harus sedikit dikekang agar tidak menghalangi kebebasan pilihan orang lain.

Manusia dengan kebebasannya harus menjadi manusia yang otentik. Pandangan Eksistensialisme Camus ini sama dengan Sarte, mereka bertolak dari kritik Nietzsche yang ingin menjungkirbalikkan tatanan nilai dan mengembalikan manusia pada keasliannya. Namun, dalam pandangan tentang kebebasan Camus bersebrangan dengan Sarte; sahabatnya, yang melihat orang lain sebagai ancaman atas kebebasan dirinya.

Dalam The Outsider dapat dilihat kepiawaian Camus dalam mengolah pengalaman tokoh Mersaulut dan tokoh lainnya menjadi suatu kemasan cerita yang runut dan kompatibel. Apa yang telah dan sedang terjadi dikupasnya secara tajam dengan pisau metafora yang menarik. Camus menempatkan Mersaulut sebagai tokoh yang selalu menalari fenomen hasil tangkapan indranya. 

Setiap objek dilukiskan dengan cukup detail sehingga menuntut ketelitian dalam mengikuti alur ceritanya. The Outsider- nya Camus tampil mengesankan dengan tidak melewatkan bagian-bagian terkecil yang biasanya luput dari perhatian. Hampir setiap inci tubuh dan gerakannya serta apa yang terjadi di sekitarnya dilukiskannya dengan seksama. Seperti dalam kutipan dari halaman 76 berikut ini:

Pantai masih sama menyilaukan. Ombak-ombak kecil berdebur tanpa henti menerpa pasir sementara laut yang tercekik megap-megap. Aku berjalan pelan menuju karang. Bisa kurasakan dahiku berkeringat di bawah terik matahari. Panas begitu menyengat...tiap kali ku merasakan panasnya di wajah, kukertakan gigi.. merenggangkan seluruh badan melawan sinar matahari dan hawa panas yang menamparku..

 Camus menempatkan Mersaulut sebagai pria yang fenomologis, yang mengamati apa yang tampak padanya kemudian menalarinya dalam akal. Objek hasil tangkapan indra itu, diindrai, kemudian dihasilkanlah konsep konsep yang mengalir dalam alur-alur cerita dalam The Outsider. Setiap objek mempunyai nilai secara in se , hingga butuh penjelasan atas objek tersebut. Itulah yang ingin dikedepankan Camus dalam The Outsider_nya.

Bagian kedua The Outsider, dimulai dengan penangkapan Mersaulut atas tuduhan membunuh orang Arab tadi. Mersaulut dijebloskan dalam penjara dan harus menempuh proses panjang sebelum diadili. Camus menaruh pandangan kebebasannya dalam mulut Mersaulut yang tidak menanggapi peristiwa kematian ibunya sebagai sesuatu yang luar biasa; determinasi atas kepribadiannya. Kematian dipahaminya sebagai kepastian yang wajar saja terjadi atas semua orang. Kehilangan orang tercinta itu suatu kedukaan tapi kedukaan itu tak boleh membuat orang larut di dalam perasaan kehilangan.

Camus menggambarkan bagaimana dalam bagian kedua ini: hakim dan pengacara yang memeriksa Mersaulut mengambil kesimpulan bahwa peristiwa kematian ibunya dan peristiwa pembunuhan orang Arab itu memiliki relevansi dengan pribadi Mersaulut. Mersaulut disimpulkan punya masalah dengan kepribadiannya sehingga tidak menaruh respek atas kematian ibunya hingga berujung pada pembunuhan orang Arab itu yang dipandang Mersaulut sebagai bukan apa-apa. 

Pada bagian ini juga Camus menampilkan pandangan ketuhanannya yang ateistik. Ia mengagungkan kebebasan sampai pada taraf radikal; kebebasannya tidak berhubungan dengan Tuhan hingga kesadaran akan adanya sesuatu yang melampaui segala sesuatu tidak ada dalam kamus hidupnya Camus.

 Selama masa penahanan, Camus mengelontarkan pandangan kebebasannya dalam diri Mersaulut yang tetap saja merasa bebas meski berada dalam tahanan: rupanya Camus ingin menekankan paham kebebasannya yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Penggunaan diksi yang membentuk frase menarik melahirkan keingintahuan untuk terus mengikuti alur ceritanya. Disini dapat ditemukan bagaimana pemahaman kebebasan eksistensial Camus menggema dalam pembahasaannya yang metaforis dan puitis;

Ketika pertama kali aku ditahan, hal terburuk adalah aku terus berpikir seperti orang bebas. Misalnya aku tiba-tiba ingin ke pantai dan bebas berjalan turun ke laut. Ketika kubayangkan suara ombak-ombak kecil di bawah alas kaki, rasa air di tubuhku dan kebebasan yang diberikannya,...

Dalam diri Mersaulut yang dialami bukan saja kebebasan yang semarak berkobar namun juga kebosanan yang sangat hingga membutuhkan wadah untuk melepaskan keterasingannya saat berada dalam penjara. Camus menenggelamkan Mersaulut dalam situasi kebosanan akibat dari rutinitas yang membelenggu. Akhirnya, Camus memberi solusi mengatasi kebosanan dalam diri Mersaulut dengan berusaha membunuh waktu dan menempiaskan keterasingannya. 

Pengalaman Mersaulut selama di penjara menumbuhkan pemahamannya bahwasanya melalui keterasingan kesadaran diri dapat menemukan identitasnya. Keterasingan ini dapat dieliminasi jika diri mendapati dirinya dalam keterasingan diri. Dalam bahasa Hegel "Fur-sich-sein" (ada-bagi-diri-sendiri, menyadari diri) hanya dapat tercapai sebagai hasil pengasingan diri ke dalam "An-sich-sein" (ada-pada-dirinya-sendiri, secara objektif, tanpa menyadari diri sebagai itu) yang disadarinya sebagai An-sich-nya Fur-sich-sein itu. Identitas diri menyeluruh atau "das absolute Wissen" (pengertian mutlak) dapat tercapai dalam "An-und-fur-sich-sein" (ada-pada-dan-bagi-dirinya-sendiri), sebagai "Bei-sich-sein-im-beim-endern-sein" (memiliki-diri-sendiri-dalam-berada-pada-yang-lain).

Setelah lima bulan lamanya berada di penjara Mersaulut sudah mampu untuk mengatasi keterasingannya. Setelah waktu itu pula ia mulai disidangkan untuk pertama kalinya. Setiap orang yang pernah berhubungan dengannya diminta untuk menjadi saksi dalam kasusnya. Selama proses persidangan, Camus berusaha mengkonfrontasikan fragmen-fragmen pengalaman hidup Mersaulut melalui pernyataan jaksa penuntut umum yang memberatkan hukuman baginya.

Mersaulut dituduh tidak menaruh peduli atas kematian ibunya; mengangapnya sebagai bukan peristiwa luar biasa hingga setelah pemakaman ibunya ia segera berkencan dengan Marie. Mersaulut juga dituduh berkonspirasi dengan Raymond untuk mencelakakan gadis yang mengecewakan temannya itu. Akibat dari ketidakpeduliannya itu, Mersaulut membunuh orang Arab tersebut. Rentetan dari ketidakpedulian ini menjadi asumsi dasar untuk memvonis Mersaulut dengan hukuman mati sebab pada dasarnya Mersaulut tidak punya hati atas pengalaman emosionalnya; yang menurut para hakim dan jaksa ia seharusnya mempunyai perhatian lebih atas kematiannya ibunya.

Melalui pertentangan dalam diri Mersaulut dan vonis yang diterimanya, Camus hendak menegaskan pemahamannya atas kebebasan eksistensial pribadi seseorang yang dalam aktualisasinya tidak dapat diterima secara rasional oleh orang-orang disekitarnya. Camus membawah pemisahan bagaimana pemahaman atas kebebasan yang dikemukakan dalam diri Mersaulut sekalipun mendapat penolakan namun tetap bergaung dalam kepribadiannya.

Setelah Mersaulut divonis untuk menjalani hukuman mati, ia selalu berupaya untuk menerima hukuman ini sebagai sebuah tantangan atas kebebasan dirinya. Camus menggambarkan pencarian Mersaulut untuk menemukan sebab rasional atas alasan yang dituduhkan padanya sehingga membuatnya menerima hukuman mati. Kebebasan yang dikekang menjadikan Mersaulut memepertanyakan rasionalisasi atas alasan yang memaksanya untuk menerima hukuman mati.

Akhirnya, Camus mengarak Mersaulut pada suatu penerimaan atas keputusan hukuman mati yang dijatuhkan pada dirinya. Mersaulut pun mengamini keputusan ibunya yang secara bebas siap menjalan kehidupannya menjelang kematiannya. Dengan kesiapan hati yang penuh dan kebebasan yang mutlak Mersaulut diarak menuju tiang gantungan. Camus menekankan bahwasanya hukuman mati yang dialami Mersaulut tidak sama sekali mengoyahkan kebebasannya. Bahkan dengan bahagia, Mersaulut siap menerima hukuman mati itu. Dunia yang mengabaikannnya pun diterimanya sebagai suatu penyempurnaan atas kebebasan yang dijalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun