Mereka yang Terlupakan
Kargo Bandara El Tari Kupang. Langit Mendung. Gerimis Turun. Jenazah PMI (Pekerja Migran Indonesia) tiba dengan Pesawat Garuda pukul 13.30 WITA pada Jumat 14 Desember 2018. Jenazah a.n Yasintus Nahak asal Desa Siri Kabupaten Malaka-NTT. Almarhum meninggal di Rumah Sakit Elizabeth Batam
Bersama kerabat, istri sanak saudara, petugas kargo, Kepala Dinas Sosial Pemprov NTT, Pegawai BP3TKI, para relawan dan simpatisan Kargo. Semua diam. Istri dan kerabat keluarga pecah tangisnya. Air mata tumpah. Kedua pelupuk mata banjir kesedihan. Harapan keluarga pupus ketika peti jenazah keluar dari terminal kedatangan Kargo Bandara El Tari.
Entah ke mana lagi arah hidup tanpa pengayom. Bila anak-anaknya dewasa nanti, apa yang hendak diceritakan bila mereka menanyakan tentang ayahnya? Apa mau diceritakan bahwa ayahnya'pahlawan devisa'? Istilah ciptaan rezim penghisap yang membiarkan warganya menyabung nyawa hingga pulang dalam peti jenazah?
Ya! Hari Ini Nusa Tenggara Timur menjelang ulang tahunnya ke 60 mendapatkan 'kado' 98 Jenazah PMI. Di manakah negara? Apakah mereka bagian dari warga negara yang tanpa negara?
Malam sebelumnnya (13/12/18) di ruang Jenazah RSUD Prof WZ Yohanes-Kupang. Dalam sunyi. Tiada pelayat. Terbaring tenang. Tanpa bisa memandang wajahnya. Alhm. Vinsensius Darman. PMI asal Compang Lawi-Sambi Rampas-Manggarai Timur. Beliau meninggal di Sarawak Malaysia akibat menderitta Kencing Manis dan dan terjangkit kuman. Sudah malam ke dua beliau bersemayam di Ruang Jenazah.
Esoknya pukul 13.30 WITA akan dipulangkan ke Borong melalui penerbangan pesawat Lion Air tujuan Kupang-Maumere Sekitar pukul 19.00 WITA Relawan J-RUK Kupang, Suster JPIC PI, Pdt. Ina Bara Pa dan Suami serta Suster-Suster dari berbagai konggregasi datang melayat.
Memahami derita dan turut merasakan hingga tergerak untuk membangun gerakan perubahan adalah upaya dari memajukan peradaban serta menghargai martabat kehidupan manusia.
Bila negara abai, tidak mampu menjamin keadilan bagi warganya, manusia yang berkesadaran hendaknya memiliki hati yang tak mati. Sebab, ketika acuh dan abai terhadap manusia maka percumalah mengonggong tentang revolusi mental atau kebangkitan yang maju dan sejahtera.