Merayakan Kemanusiaan
Saya pertama kali merayakan dan memperingati peringatan Hari Hak Asasi Manusia di monument Tugu HAM, ketika masih berstatus mahasiswa semester VII di salah satu Universitas swasta di Kupang-NTT, 10 Desember 2015.Â
Peristiwa ini menjadi istimewa, karena dilangsungkan pada sebuah monument fenomenal dan kontraversial. Tidak terkenal.Â
Tidak diketahui oleh banyak warga Kota Kupang yang tinggal di 51 kelurahan dan 6 kecamatan. Dari prosentase ini, kemungkinan hanya sekitar 5 persen yang mengetahui bahwa tugu tersebut adalah Tugu HAM.
Letak tugu ini, menempati posisi strategis di pusat Kota Kupang, tepatnya dari arah di samping Jembatan Selam jalan masuk Kampung Solor, Kel. Lai-Lai Basi Kopan Kec. Kota Lama-Kupang NTT.
Sejak pertama kali mengikuti prosesi sederhana dengan nilai luar biasa di tugu HAM-bakar lilin, pernyataan refleksi mengenai kondisi Hak Asasi Manusia kini-pembacaan puisi-Saya terus rutin mengikuti dan merayakan Hari Hak Asasi Manusia berturut-turut 10 Desember 2015-10 Desember 2018. Pesertanya datang dari berbagai kalangan, pemuka agama Muslim, Protestan dan Katolik, Akademisi, Perwakilan CSO (Civil Society Organization) Nasional, Perwakilan Organisasi Kepemudaan Naional Lokal, Perwakilan Organisasi Mahasiswa, Lembaga Penelitian, Komunitas Relawan dan pemerhati perorangan.
Pada tanggal 10 Desember 2018 pukul 19.13-21.45, kami yang sempat berkumpul terdiri dari perwakilan dari OPSI (Organisasi Perubahan Sosial Indonesia), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Wil NTT), AKMI (Aksi Kaum Muda Indonesia-Kupang), GMKI (Gerakan Mahasiswa Indonesia), PERMASTIL (Perhimpunan Mahasiswa Timor Lorosae), FMN (Front Mahasiswa Nasional-Kupang), IRGSC (Institute of Resource Governance and Social Change), J-RUK Kupang (Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan-Kupang), KFK (Komunitas Film Kupang) dan Mas Gus Noy. Berjumlah sekitar 20-an orang laki-laki dan perempuan. Merayakan kemanusiaan dengan membakar lilin, merefleksikan peringatan Hari Hak Asasi Manusia, dan membacakan empat puisi, mengheningkan cipta bagi para korban kejahatan kemanusiaan, terutama bagi yang menjadi korban penembakan di Nduga-Papua dan mengakhirinya dengan membacakan puisinya Wiji Tukul, 'Peringatan' Solo,1986.Â
Dalam kesempatan ini, Domi Karangorang (WALHI Wil. NTT) menyatakan 'Merayakan kemanusiaan tidak saja dirayakan dalam momentum tertentu atau tempat tertentu, tetapi perayaan kemanusiaan adalah perayaan yang harus dirayakan setiap harinya'. Lanjut Domi, momentum perayaan HAM adalah upaya membangkitkan perlawanan atas 'memoria passionis'-ingatan akan penderitaan- yang menjadi awan kelabu dalam sejarah perjalanan bangsa Indoesia. Maka, moment Hari HAM adalah tonggak dalam membangkitkan kesadaran manusia negara bangsa Indonesia untuk menuntut negara menuntaskan pelanggaran-pelanggaran HAM sejak masa 1965 sampai peristiwa pembunuhan 30 orang di Nduga. Ya! Selama napas berhembus, jantung berdetak kemanusiaan adalah jiwa dan juang adalah langkah.Â
 Usaha merawat ingatan demi melawan lupa, kian menjadi tonggak dari perayaan kebebasan dan kemerdekaan manusia ini.
Masyarakat NTT dan Indonesia boleh berbangga sebab tiga tahun sebelum adanya Deklarasi Universal Hari Hak Asasi Manusia, manusia NTT-Indonesia telah membakukan empat gagasan Franklin D Roosovelt menjadi sebuah monument abadi dalam rupa tugu.Â
Tugu HAM didirikan pada akhir November 1945 oleh para laskar pemuda yang pulang ke Kupang setelah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
 Sebagai peringatan bahwa Indonesia telah merdeka. Para pemuda itu mendirikan tugu HAM sebagai peringatan terhadap NICA yang saat itu masih menempati Benteng Concordia bekas peninggalan Portugis, Belanda dan Jepang.
Para pemuda hendak menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia telah tercapai melalui perjuangan senjata dan diplomasi.Â
Rakyat Indonesia menegaskan 'kemerdekaan adalah hak setiap  bangsa, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan'- bukan saja bangsa terhadap bangsa, juga manusia atas manusia- sebab, HAM adalah hak asali (natura codrata) yang terberi kepada manusia karena dia adalah manusia.Â
Maka, isi keempat pernyataan dalam nisan tugu HAM; bebas mengemukakan pendapat, bebas dari kemiskinan, bebas beribadah dan bebas dari ketakutan-adalah deklarasi atas kemanusiaan dan perjuangan pengakuan akan martabat manusia.
Tokoh yang Menggerakan
Peter Apolonius Rohi. Seorang mantan wartawan Suara Pembaharuan dan sejarahwan yang mulai memelopori perayaan Hari Hak Asasi Manusia di tugu HAM.Â
Beliau menghembuskan kesadaran historis melalui tutur dan karya tulis tentang sejarah Indonesia terhadap para pemuda yang mengikuti acara peringatan Hari Hak Asasi Manusia dari tahun 2012 sampai 2018 agar mampu berdiri di atas kaki sendiri, memaknai historisitas sebagai akumulasi dari darah dan keringat pendahulu, kesadaran bahwasanya masa lalu selalu relevan dan punya nilai aktual terhadap kondisi kini dan dalam konteks NTT, beliau membangkitkan inferioritas orang Timur melalui bangunan kesadaran sejarah langgengnya diskrepansi antara Timur dan Barat. Manusia NTT hendaknya sadar akan peranan dalam sejarah peradaban Dunia dan Indonesia.
Melalui beliau, Saya mengetahui kisah Tilman Brother sebuah Band asal Camplong NTT. Menelurkan genre music rock'n roll pertama di dunia. Mereka berpindah dari Camplong ke Surabaya dari Surabaya ke Belanda dan di sana mereka mengganti nama menjadi Timor Brothers. Suatu waktu mereka konser di Perancis. Konser mereka ditonton John Lenon dan Paul MccCarty yang kemudian menginspirasi Jhon Lenon dan Paul MccCarty mendirikan The Beatles-kini dikenal sebagai band kelas dunia perintis music rock'n roll. Padahal, sebelum The Beatles lahir, sudah ada Timor Brothers yang merintis gaya rock'n roll.
Dalam sejarah pergerakan Indonesia 'Riwu Ga' adalah tokoh yang terlupakan_asal Sabu Raijua_dalam catatan sejarah. Riwu Ga adalah penyebar berita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan menaiki mobil ke seluruh daerah pinggiran Jakarta atas perintah Soekarno. Riwu Ga adalah salah satu ajudannya Soekarno, demikian penggalan kisah dari pribadi yang sering disapa Opa Peter.
Salah satu Bapa pendiri Bangsa ini: Soekarno-sangat menghargai keberadaan Tugu HAM di Kupang NTT, maka dalam dua kali lawatannya ke Kota Kupang selama masih menjabat sebagai Presiden Indonesia, beliau menyempatkan diri berziarah dan menempatkan karangan bunga di tugu HAM. Tutur Opa Peter.
Hasil pantauan saya terhadap tanggapan media, nyatanya perayaan ini cukup mendapat tanggapan publik dan media, seperti dalam link yang saya sertakan berikut ini: http://www.seputar-ntt.com/pemuda-ntt-bangun-tugu-ham-pertama-di-dunia/ https://idraya.blogspot.com/2016/12/peringati-hari-ham-aktivis-kupang.html? https://www.youtube.com/watch?v=CnYtk_j-evI&feature=share
Sejarah Tugu HAM Â
MENGAPA DI KUPANG ADA TUGU HAM?[1]
10 Desember 2014 * Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Catatan atas Hari HAM 10 Desember 2018
Dalam peringatan Hari HAM 10 Desember 2018, Saya menulis di akun Media Sosial saya demikian:
[1] Catatan ini diambil dari akun Facebook Peter Apolonius Rohi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H