Mohon tunggu...
Aliffiardy Mohammad Habibie
Aliffiardy Mohammad Habibie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030046 | Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu 2024 Didominasi Generasi Muda, Apa yang Harus Diperhatikan?

7 Mei 2023   21:44 Diperbarui: 7 Mei 2023   22:18 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumen pribadi

Pada hari Jumat tanggal 5 April 2023 diadakan acara Forum Sosialisasi Pemilu : "Pemuda Sadar Pemilu" yang berlangsung di Convention Hall Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sosialisasi ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Bawaslu, KPU, dan pihak UIN Sunan Kalijaga. Adanya sosialisasi ini bertujuan untuk menyadarkan kepada para pemuda khususnya milenial dan gen z akan pentingnya pemilu, mengingat pada tahun 2024 mendatang, mayoritas pemilihnya adalah para milenial dan gen z.

Aacara ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain Bapak Hamdan Kurniawan,S.I.P., MA selaku ketua KPU Daerah Istimewa Yogyakarta, Ibu Sutrisnowati, SH., MH., M.Psi selaku Ketua Bawaslu Daerah Istimewa Yogyakarta, Vania Yoanda N. S.I.P. sebagai influencer, dan Ahmad Makarim Pramudita selaku Presiden BEM UIN Sunan Kalijaga.

Dari beberapa influencer diatas, penulis merangkum materi yang disampaikan oleh Presiden UIN Sunan Kalijaga, Ahmad Makarim Pramudita. Berangkat dari data bahwasanya KPU menyatakan di pemilu di tahun 2024 nanti bakal didominasi oleh pemilih muda dengan usia rentang 17 hingga 40 tahun dalam presentase sekitar 55% atau secara kuantitas sekitar 107 juta pemilih. Para pemuda pada usia tersebut nantinya memiliki peran lebih atau menjadi main character dalam pesta demokrasi untuk memberikan dampak-dampak yang positif. Sebenarnya apa saja yang perlu diperhatikan para generasi muda terkait pemilu 2024 nanti?

1. "Endgame" Transisi menuju konsolidasi demokrasi

Secara historis negara kita sudah memiliki berbagai macam dinamika terkait demokrasi dan pasca reformasi itu memasuki masa transisi untuk menuju konsolidasi demokrasi. Pakar politik, Larry Diamond, dalam bukunya Developing toward Consolidation (1999), mengungkapkan definisi konsolidasi demokrasi sebagai persoalan bagaimana merawat stabilitas dan persistensi demokrasi. 

Jadi setelah reformasi selama dua dekade lebih dalam penelitian Ecomist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan bahwasanya indeks demokrasi Indonesia sekarang menempati urutan 57 dari sekitar 160 negara dengan nilai sekitar 6,7. 

Demokrasi akan dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, jadi rakyat disini akan menjadi main character dalam proses demokrasi itu sendiri dan ini akan menjadi syarat mutlak pemilu dalam sebuah negara yang mengamini sistem demokrasi tersebut. Diharapkan, para pemilih bisa memberikan potensinya semaksimal mungkin untuk menjadi orang yang berperan aktif dalam mewujudkan asas-asas pemilu.

2. Potensi konflik horizontal di media sosial

Akan ada dua mata pisau dalam penyelenggaraan pemilu 2024 mendatang. Yang pertama bahwasanya edukasi atau sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu untuk mewujudkan pemahaman atau kesadaran kolektif masyarakat terkait pemilu akan lebih mudah, akan tetapi pada mata pisau yang lain akan lebih mudah adanya hoax-hoax, isu-isu sara yang nantinya akan ditujukan untuk menciptakan konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat. 

Melihat pada pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE disebutkan "Setiap orang yang sengaja menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik." Dengan adanya larangan tersebut, jadi yang diperlukan adalah bagaimana kita dapat berpikir secara kritis dan melakukan analisis secara mendalam agar informasi yang sampai kepada kita itu tersaring dengan baik untuk menghindari konflik-konflik horizontal yang sekiranya akan terjadi.

Lalu bagaimana tanggapan salah satu peserta yang hadir pada acara forum sosialisasi tersebut. Menurut salah satu peserta bernama Zalfa, Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga yang menghadiri acara tersebut, adanya acara sosialisi ini membantu untuk menambah wawasan seputar pemilu, terutama bagi dirinya yang masih pemula. "dan yang paling penting saya semakin yakin bahwa keputusan untuk golput bukanlah keputusan yang perlu dipertimbangkan, dan harus dihindari" tambah Zalfa.

Kesimpulannya adalah sebagai generasi mayoritas yang akan menjadi pemilih atau sebagai main character di Pemilu 2024 mendatang, milenial dan gen z harus berperan aktif dalam mewujudkan pemilu yang sehat, aman, dan baik. Menjelang pemilihan nanti, pastinya akan ada banyak isu-isu atau berbagai hoax yang beredar di kalangan masyarakat khususnya via jejaring media sosial. Oleh karenanya, kita dituntut untuk menyaring informasi yang beredar dengan cara berpikiran kritis. Mari wujudkan pemilu yang benar-benar LUBERJURDIL (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun