Akibat sering scrolling media sosial dan platform lainnya, ditambah dengan algoritma sisi gelap dari dunia ini. Lebih baik diri ini bikin thread, bikin konten bahwa dunia dan isinya sedang tidak baik-baik saja. Bahkan ternyata lebih baik di abad 6 sebelum Masehi lho. Wow!!
4. Atensi, Pengen direspon "Terimakasih" dan "Wah Bener Juga!"
Dopamine adalah salah satu hormon reward yang dibutuhkan manusia. Mungkin mencari atensi  menjadi jalan "mereka" untuk mendapatkan respon masyarakat digital yang nantinya akan memenuhi kebutuhan dopamine sehari-hari. Terlihat "mereka" defisiensi dalam hormon serotonin yang merupakan hormon ketenangan dan kebahagiaan.
5. Penulis Fiksi yang salah Tempat
Banyak loh platform untuk belajar menulis terutama fiksi. Tapi kenapa kamu menulis panjang di grup WhatsApp dan Media Sosial? Sayang sekali! Padahal berbakat sekali kalau menulis fiksi, Bahkan Novel 1984 George Orwell kalah! Atau mungkin mau menulis buku Sains Populer? Tapi kok kayak salah semua.
6. Dunia Fana ini Penuh Konspirasi
Bagi yang sudah tenggelam dalam algoritma konspiratif bahkan hanyut, memang susah untuk bangkit dan berenang (atau tidak bisa ya?). Apalagi kalau sudah punya potensi menulis, pandangan yang berbeda dan "lain" ini memang jadi bahan bakar yang mantap membuat sesuatu yang baru, perspektif yang baru bagi masyarakat ekonomi kreatif. Negara ini sedang tidak baik-baik saja apalagi saat menjelang pemilihan umum. Sepertinya ya.
Sebenernya saya juga kesel sama orang yang nulis quotes bijaksana dan cerita penuh makna yang panjang banget di grup messenger dan media sosial. Yang harus di klik "baca selengkapnya" itu loh. Kok bisa ya mereka nulis sepanjang itu. Apa anda hanya ingin reward berupa stiker dari chat messenger saja atau bagaimana? Tapi lebih baik lah daripada nulis Hoaks.
Andai mereka iku pelatihan kepenulisan, bisa saja mereka jadi content writer, copy writer atau bahkan penulis skenario. Sayangnya "mereka" kayaknya cuma pengen buang uneg-uneg aja karena cemas berlebih yang ujungnya menyimpang sih.
Menurut saya daripada di perkarakan, tolong di fasilitasi orang-orang yang suka nulis Hoaks ini supaya bisa bersaing di industri kreatif! Kayaknya mereka bisa bikin novel juga! Kan lumayan isi grup dan media sosial udah bukan opini lagi, tapi lagi promo buku. Tapi literasi kita rendah juga ya. Aduh sama aja!
Kira-kira motif lainnya apa saja ya? Coba komentar ya!