Buku ini membahas tentang psikologi moral manusia, dan menjelaskan sebenarnya tidak ada orang yang pasti baik dan pasti buruk di dunia ini. Meskipun terpecah belah antara politik dan agama.Â
Dan sangat normal sekali jika manusia keras kepala dalam menasihati orang lain, karena memang itu sudah hakikatnya.Â
Dengan memahami sifat moral manusia yang intuitif dan tidak rasional. Jonathan Haidt,ahli psikologi moral memaparkan bahwa narasi kepentingan dan perbedaan antara satu kelompok dengan yang lain berpotensi membuat masyarakat semakin terpolarisasi dan berkonflik.Â
Beliau mengajak pembaca untuk lebih fokus pada persamaan daripada perbedaan dan menyadari bahwa semua manusia menghadapi permasalahan dunia yang sama.Â
Daripada berfokus pada perdebatan ideologis politik dan moral agama yang tidak akan ada habisnya lebih baik bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang ada di depan mata.Â
3. Bagaimana Demokrasi Mati
Buku ini menjadi viral dan ramai dibicarakan karena postingan Anies Baswedan di media sosial. Terlepas dari postingannya yang menggambarkan pemerintahan saat ini atau tidak, buku "Bagaimana Demokrasi Mati" sangat layak dibaca semua orang sebelum pemilu atau pilihan presiden.Â
Berkaca dari fenomena Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 di Indonesia serta terpilihnya Trump sebagai presiden Amerika Serikat, buku ini memberikan sejarah bagaimana era diktator dan otoriter lahir di berbagai negara.
Pihak yang menggunakan narasi populisme, narasi yang memecah belah, mengahasut, menggunakan politik identitas, anti asing, menggunakan kelompok mayoritas (etnis, ras, agama) ekstrimis sebagai senjata dan tameng partai politik dan calonnya, merupakan beberapa ciri yang patut diwaspadai untuk menjaga demokrasi tidak mengalami kemunduran. Dan partai politik merupakan gerbang pertama dalam menjaga keutuhan demokrasi sebuah negara.Â