Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Social Dilemma" Tipisnya Batas Utopia dan Distopia Dunia Digital

14 September 2020   15:59 Diperbarui: 22 September 2020   04:45 4738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Social Dilemma (Property of Netflix via thenewsminute.com)

Misalnya satu orang mencari tentang informasi dengan kata kunci "Agama adalah..." rekomendasi dibawahnya yang muncul adalah "Agama adalah kepercayaan."

Orang lain yang mencari informasi yang sama di atas bisa saja mendapatkan rekomendasi yang berbeda seperti, "Agama adalah candu", "Agama adalah obat" ataupun "Agama adalah Konspirasi"

Artinya apa yang manusia cari di internet belum tentu suatu kebenaran atau realitas absolut, melainkan informasi berkaitan yang sering dicari sebelumnya berdasarkan histori digital mereka masing-masing. Sehingga manusia melihat dunia secara berbeda dan mempunyai sudut pandang ataupun "kebenaran" yang berbeda.

Konflik politik sampai membuat masyarakat terpecah belah dan melakukan kekerasan terjadi akibat hal ini.

Masifnya berita hoax di Youtube, Instagram, Facebook dan sebagainya, para manusia yang terikat dengan informasi palsu itu, dan banjiran rekomendasi berita provokatif terkait melalui sistem AI dan machine learning, menjadi dasar "kebenaran" dari para dalang kerusuhan yang mengakibatkan konflik, kebencian dan perpecahan di masyarakat.

Seorang Data Scientist yakni Cathy O'Neil, PhD mengatakan bahwa AI dan machine learning tidak bisa mengatasi masalah yang berkaitan dengan berita palsu tersebut.

AI dan machine learning tidak bisa mengetahui apa itu kebenaran dan tidak bisa membedakan mana sumber terpercaya dan mana yang konspirasi, kebenaran yang dipercayai mereka (AI dan machine learning) tidak lebih sekedar informasi yang didapatkan melalui klik dari seorang individu. Itulah kebenaran yang dipercayai oleh mereka.

Menonton film dokumenter "The Social Dilemma" memberikan perspektif baru bahwa dunia digital selain menguntungkan juga memberikan dampak buruk pada peradaban manusia. Meski mereka mudah mendapatkan kesenangan, mereka menjadi terikat dan bisa saja mengalami adiksi. Sehingga gangguan mental bisa saja terjadi.

Selain itu mereka bisa menjadi pasif di dunia nyata, namun konsumtif dengan informasi dari internet. Konflik dan kebencian akibat berita bohong serta mudahnya manusia terpengaruh olehnya. Peran AI dan machine learning yang membuat ini bisa terjadi.

Tipisnya batas antara utopia dan distopia di dunia digital, membuat manusia bisa mendapatkan kesenangan dengan mudahnya, meski itu semu. Dan manusia juga bisa dihadapkan oleh kehancuran akibat informasi ataupun berita dari internet dan mungkin itu bisa saja semu.

Kata dilema dalam "The Social Dilemma", mungkin merujuk pada bagian itu. Memiliki dampak yang baik jika digunakan dengan bijak, namun dunia digital bisa memberikan dampak yang buruk pada lingkup sosial, jika tidak digunakan dengan benar. Seperti masalah kesehatan mental dan masalah sosial, budaya, dan politik.

Ya, semua tergantung penggunanya kan?

Kritik dan saran terbuka untuk tulisan ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun