"...yang pasti bulan April atau bulan puasa ini, aku agak overload dan berlebihan kerjanya. Setiap hari aku bikin dua video itu. Kayaknya agak kewalahan secara fisik dan secara mental juga kelelahan..." Ucap Hansol pada video terbarunya yang berjudul Mas Hansol, Kok Ngilang Kenapa?
Dalam video tersebut, Hansol (Korea Reomit) mengungkapkan jika dirinya merasa lelah secara fisik dan mental. Ia juga bercerita bahwa ada permasalahan lain dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hal itu berpengaruh besar pada dirinya.
Hansol merasa dirinya tidak dalam kondisi yang baik. Ia mengatakan jika dirinya sempat menceritakan permasalahan ini dengan orang-orang terdekatnya. Namun hal itu dirasa belum cukup untuk menyelesaikan masalahnya, Â Hansol pun akhirnya memutuskan untuk mencari bantuan profesional.
Bisa dilihat jika akhir-akhir ini, terutama saat bulan Ramadhan mulai tanggal 23 April 2020, Hansol (Korea Reomit) Â sudah mengunggah video sebanyak kurang lebih sekitar 60 video. Artinya banyak sekali jadwal dan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu satu hari. Wajar saja ia mengungkapkan jika merasa berlebihan dalam bekerja.
Mungkin saja, Hansol mengalami kondisi yang disebut dengan "burnout". Kondisi yang menyebabkan penderitanya merasa tidak bergairah dan semangat akibat banyaknya hal yang harus dikerjakan dan diselesaikan.
"Burnout" adalah kondisi yang tidak bisa dianggap remeh, karena dapat berdampak buruk pada rutinitas dan kehidupan sehari-hari. Apalagi untuk seorang konten kreator, yang secara tidak langsung "dituntut" untuk sering membuat  sesuatu yang baru agar memuaskan para pengikut atau penggemarnya.
Lalu apakah kondisi "burnout" pada konten kreator ini merupakan tanda bahwa mereka harus rehat sejenak?
Burnout, Kondisi Mental yang Lelah dan Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Dalam kasus konten kreator atau dunia pekerjaan, "burnout" diakibatkan kondisi mental dan fisik individu sudah tidak sanggup untuk menyelesaikan atau menerima pekerjaan yang terlalu banyak.
Meski kondisi tersebut kebanyakan terlihat dalam dunia pekerjaan, "burnout" bisa terjadi dalam banyak aspek kehidupan yang lain. Seperti saat menjadi orangtua (mengasuh), pernikahan dan hubungan romantis lain, serta pertemanan.
Kondisi "burnout" ini sangat berdampak buruk pada produktivitas kerja individu. Mereka yang berada dalam kondisi tersebut, merasa tidak bergairah dan kurang bersemangat.Â
Tidur mereka menjadi kurang nyenyak, sering merasa pusing dan merasa  ingin "meledakkan" emosi mereka. Mudah tersinggung dan meluapkan emosi secara "kurang tepat" kepada orang ataupun benda mati.Â
Dalam dunia kerja, kebanyakan orang yang berada dalam kondisi "burnout" tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, atau bahkan tidak akan mengerjakannya.
Menurut beberapa penelitian, kondisi "burnout" terjadi dikarenakan  oleh "effort"  mereka yang tidak sebanding dengan "reward" yang mereka dapatkan. Tentunya "reward" itu tidak selalu berbentuk uang.Â
"Reward" bisa berbentuk apa saja, contoh seperti "feedback" positif dari lingkungan kerja, merasa dihargai, atau bisa juga mempunyai kebebasan serta waktu istirahat yang cukup bagi dirinya dan menghabisakan waktu dengan keluarga ataupun orang terdekat.
Penyebab-penyebab Burnout pada Konten Kreator
Ada beberapa kemungkinan atau kejadian yang bisa menjadi penyebab seseorang mengalami "burnout", terutama bagi konten kreator.Â
Beratnya beban kerja, seorang konten kreator terutama untuk pemula akan merasakan beban kerja yang berat. Tentunya ini sangat subjektif bagi setiap individu dan harus melihat tingkat ketahanan mereka dalam menghadapi stresor.
Seorang yang masih baru, ketika diberi suatu tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan, pasti akan mengerjakannya dengan dan merasakan stres yang tiada henti, sehingga berujung pada kelelahan secara mental dan juga fisik. Namun ketika sudah menemukan "ritme" dan sudah mampu mengatasinya, maka hal itu akan meningkatkan "coping stress" (ketahanan stres) mereka.
Selanjutnya adalah mempunyai "deadline" yang padat. Hal ini yang membuat  seseorang merasa dikejar waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.Â
Pekerjaan harus dikerjakan secara baik dan cepat agar mereka bisa menyelesaikan dalam waktu yang sudah ditentukan. Jika "deadline" dan pekerjaan mereka semakin banyak, seseorang akan mengalami gejala dari kondisi "burnout"
Menemukan ide baru, untuk seorang konten kreator membuat hal yang baru adalah suatu "kewajiban" secara tidak langsung.Â
Dengan adanya sesuatu yang baru akan membuat para pengikut ataupun penggemar merasa menemukan sesuatu "segar" yang membuat mereka menunggu konten-konten selanjutnya dari para konten kreator.
Buruknya adalah ketika mereka berada dalam kondisi "buntu" untuk menemukan ide baru serta adanya perasaan "tanggung jawab" untuk menemukannya dan menyelesaikannya secepat mungkin. Apalagi dengan dikejarnya "deadline", membuat para konten kreator merasa jenuh dan lelah, untuk meneruskan membuat konten setiap harinya.
Yang terakhir adalah, mengalami pengalaman atau peristiwa buruk. Hal ini bisa apa saja, seperti ketika menjadi orangtua, lelah saat mengasuh dan akhirnya mempengaruhi psikis terutama perasaan dan pikiran saat bekerja.Â
Adanya konflik di lingkungan sosial, baik itu pertemanan, rekan kerja, pernikahan maupun hubungan romantis yang lain. Dan pengalaman ataupun peristiwa buruk lain yang dimaknai oleh seseorang sebagai "beban yang sangat berat" akhirnya berdampak pada rutinitas pekerjaan sebagai konten kreator dan berpotensi sebagai salah satu faktor individu mengalami "burnout".
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasi Burnout?
Sebelum mengetahui cara mencegah dan mengatasi "burnout", mari kita melihat beberapa tanda dari terjadinya kondisi "burnout":
- Kelelahan secara emosi, pikiran dan fisik diakibatkan stress berulang tak kunjung henti
- Menjadi sinis, selalu berpikir negatif, mudah tersinggung dan marah
- Semakin tidak efektif dalam bekerja (tidak bersemangat, pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik, dsb)
Jika melihat tanda-tanda umum tersebut, kondisi "burnout" tidak hanya berdampak pada fisik ataupun pekerjaan namun juga berdampak pada mental (perasaan dan pikiran) dan juga pada hubungan sosial (akibat pikiran negatif dan pengendalian emosi yang kurang baik; dampak dari stress berulang). Tentu untuk mendapatkan diagnosa atas kondisi "burnout" butuh seorang ahli profesional dalam menilai hal tersebut.
Kembali ke persoalan cara mencegah dan mengatasi "burnout" terutama pada para konten kreator. Hal pertama yang dilakukan adalah bercerita dan berbagi tentang perasaan dan pikiran yang dialami kepada orang-orang terdekat.Â
Meski belum tentu mendapat jalan keluar atas permasalahan ini, namun setidaknya perasaan dan pikiran menjadi lega karena telah menceritakan permasalahan dan orang-orang terdekat bisa memberikan perhatian dan pertolongan yang dibutuhkan.
Jika masih merasa kondisi belum membaik, coba untuk cari pertolongan profesional. Seperti konselor, psikolog ataupun psikiater. Mereka akan membantu dan bekerja sama untuk mencari akar permasalahan yang berdampak pada rutinitas dan kehidupan sehari-hari.
Namun cara yang paling tepat dan cepat untuk mengatasi dan mencegah individu mengalami kondisi "burnout" adalah rehat sejenak. Hal ini diungkapkan oleh Kati Morton, yang merupakan seorang konten kreator kesehatan mental di Youtube.
Disamping berolahraga, diet, makan-makanan bergizi dan tidur yang cukup, Kati Morton mengungkapkan jika hal yang penting adalah mencari berapa banyak waktu yang kita butuhkan untuk rehat, istirahat dan juga berlibur untuk memberikan dampak bagi pikiran, perasaan dan fisik kita agar kembali pada kondisi yang baik.
Selain itu, tentukan jenis rehat apa yang sesuai dengan kita, menonton serial Netflix? Â Santai rebahan dirumah? Berlibur sambil menikmati pemandangan? Coba cari kegiatan yang membuat otak kembali "fresh" dan terhindar dari stress.
Tinjau kembali dan ubah jadwal kegiatan dan pekerjaan pada setiap minggunya sesuai yang dibutuhkan. Tentukan berapa kali kita membutuhkan rehat dan istirahat pada setiap minggunya, sehingga pada hari tersebut kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan dan bisa melepas sejenak beban pekerjaan.
Dan jangan lupa saat sudah kembali beraktivitas dan bekerja, beristirahatlah kurang lebih selama 15 sampai 45 menit untuk setiap jamnya (satu jam kerja).Â
Hal ini membantu kita untuk bisa mengistirahatkan pikiran dan perasaan sejenak, sehingga ketika akan kembali melanjutkan pekerjaan, otak kita tidak terlalu menerima beban yang berat dan bisa fokus dengan baik untuk menyelesaikan "deadline" yang ada.
***
Akhir kata, bahwa dalam setiap pekerjaan atau aspek kehidupan yang lain, manusia bisa saja mengalami "burnout" atau kejenuhan secara fisik dan mental.Â
Hal yang dilakukan Hansol (Korea Reomit) untuk mencari bantuan profesional dan memutuskan rehat sejenak, menjadi salah satu contoh bahwa pekerjaan konten kreator terutama "Youtuber" yang terlihat  "mudah dan menyenangkan" ternyata memiliki beban kerja yang berat jika banyak "deadline" yang sudah ditentukan setiap harinya.
Tentunya keputusan untuk rehat sejenak merupakan hal yang baik bagi Hansol. akibat kerja berlebih yang dilakukannya sebagai konten kreator.
Semoga dengan mengetahui bahaya dari kondisi "burnout" serta bagaimana cara mengatasi dan mencegahnya, para konten kreator menjadi sehat selalu, baik secara fisik maupun mental. Â Sehingga bisa kembali menghasilkan konten-konten positif yang berdampak bagi orang banyak
Kritik dan Saran terbuka untuk tulisan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H