Yang kedua adalah mengubah perspektif atau sudut pandang Anda. Secara praktisnya Anda melihat orangtua Anda hanyalah manusia biasa. Manusia yang tidak sempurna, yang pasti melakukan kesalahan. Mereka mengeluarkan bentuk "kasih sayang" mungkin dengan cara yang salah. Mungkin secara umur, orangtua memang berusia "dewasa" tapi secara emosi masih ada kelabilan, naik-turun sehingga terlihat belum dewasa. Tetapi coba lihat itu bukan sebagai "kejahatan" tapi sebagai "kekurangan" mereka.
Ketiga, Lakukan metode "Iya" ketika beradu argumen. ketika beradu argumen pada "umumnya" orangtua tidak mau pendapat mereka ditolak. Jadi dengan mengatakan kata "iya" (dengan nada yang sopan tentunya) terlebih dahulu itu akan membuat orangtua merasa pendapatnya diterima dan dihargai. Lalu teruskan kata atau kalimatnya dengan pendapatmu dan dari sudut pandangmu yang sejujurnya. Sehingga di sini Anda juga bisa mengemukakan pendapat kepada orangtua.
Terakhir, jangan terlalu berekspetasi. Karena ketika seseorang berekspetasi, itu akan mendikte apa yang nanti seseorang rasakan. Ketika ekspetasi seseorang tinggi dan berharap pendapatnya akan diterima oleh sang orangtua, ataupun orangtua Anda bisa berubah kepribadiannya 180 derajat dari "jahat" menjadi "super baik", lalu hal tersebut gagal terpenuhi. Anda malah menyakiti diri sendiri dan kecewa. Jaga ekspetasi Anda serendah mungkin atau berharap orangtua Anda tidak akan berubah dan Anda coba menerima mereka apa adanya, itu jauh lebih baik.
Kritik dan Saran Terbuka untuk Tulisan Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H