Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika "Game dan Drama Korea" Hanya Menjadi Pelarian dari Permasalahan yang Sebenarnya

15 Januari 2020   02:57 Diperbarui: 15 Januari 2020   07:42 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : 51bzi.com, edit menggunakan aplikasi Canva

Ketika mengalami permasalahan, manusia akan cenderung melakukan beberapa tindakan. Menyelesaikan permasalahan secara langsung, atau melarikan diri dari permasalahan tersebut.

"Lari dari permasalahan" adalah bentuk perilaku berdasarkan pemaknaan besarnya beban permasalahan yang ada di pikiran maupun perasaan manusia. Tentunya ini subjektif dan berbeda untuk setiap orang. Menurut American Psychological Association, hal ini bisa disebut dengan Escapism.

Perilaku Escapism adalah kecenderungan individu untuk melarikan diri dari hal-hal yang bersifat nyata dan realita menuju pada suatu fantasi yang menyenangkan serta membuat nyaman. Perilaku ini bisa terlihat normal saja tetapi jika berlebihan mungkin bisa menjadi salah satu bukti jika individu mengalami patologi dalam dirinya (butuh diagnosis ahli tentunya, tidak asal melabeli saja).

Apalagi di era teknologi zaman sekarang, sangat memberi potensi untuk individu melakukan perilaku "escapism" secara berlebihan. Seperti contohnya bermain "Game Online" ataupun menonton "Drama Korea" yang mungkin juga memberi dampak pada kontrol diri Individu sehingga lari dari tanggung jawab dalam menghadapi permasalahan yang menimpanya.

Misal ketika ada siswa yang tidak pernah bisa mendapatkan nilai baik (nilainya selalu jelek), serta mengalami permasalahan untuk mempunyai teman, dan terus membandingkan diri dengan yang lain, alhasil dia kurang percaya diri ketika berada di lingkungannya. Lalu dia melampiaskan hal tersebut dengan menyendiri dan bermain game online seharian. Individu tersebut tetap akan mendapatkan kesenangan meskipun itu "tidak nyata".

Sama halnya ketika individu sering menonton "Drakor" bahkan dalam seminggu nyaman berada dalam kamar tidurnya dan tidak pernah keluar rumah. Kenapa dia bisa seperti itu? Karena ia mendapatkan "Gejolak" naik turun dari semua aspek emosi (seperti tertawa, bahagia, marah, jengkel, sedih) hanya dengan menonton "Drakor" tanpa harus berinteraksi ataupun bersosialisasi di lingkungan dengan teman sebayanya, dan akibatnya mungkin ia akan lebih memilih menghindar ketika mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya.

Merasakan semua aspek emosi ini yang mungkin hanya bisa di dapatkan melalui menonton "Drakor" dan mungkin tidak mereka dapatkan ketika berada di lingkungannya. Sehingga mungkin lebih nyaman untuk terus melakukan hal tersebut.

Mungkin ada juga yang merasakan dan melihat, contohnya orang tua yang selalu menonton sinetron dan acara komedi daripada memilih untuk nongkrong dengan teman-teman lingkungannya di Balai RW ataupun di Masjid. Saya tidak tahu benar atau salah itu prefensi masing-masing memang, tapi yang saya tekankan adalah acara-acara TV tersebut bisa memberikan semua aspek emosi yang kita butuhkan untuk kita rasakan tanpa kita harus melakukan interaksi atau hubungan sosial.

Perkembangan era teknologi informasi sekarang ini memang bisa memberikan dampak negatif pada beberapa individu dalam merefleksikan diri ketika berada di kehidupan sosial. Individu bisa mengabaikan tanggung jawabnya sebagai makhluk "sosial" serta dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada dan lebih memilih untuk melarikan diri hanya untuk mendapatkan sesuatu yang bisa di katakan itu "tidak nyata".

Meskipun perilaku escapism ini tidak selamanya buruk dan ternyata bisa meredakan stress ketika ada masalah, tetapi jika terlalu berlebihan itu akan berdampak negatif bagi individu tersebut. Contohnya seperti yang diatas, melarikan diri dari tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang ada atau lebih ekstrem menjadi penyendiri dan merasa " kesepian".

Menurut saya cobalah berusaha untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada daripada hanya mencoba berlari dan mengabaikannya. Ubahlah apa yang bisa anda ubah dan coba kurangi penderitaanmu dengan melakukan hal yang nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun