Mohon tunggu...
aRdy
aRdy Mohon Tunggu... Peternak - Penikmat The Doors

Farmer Family Activists Work || Berkarya Network || Saung Berkarya || Bale Latihan Berkarya'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panen Raya HMSI, Yadinu Rabithah, dan Bendera yang Sungkan

14 Januari 2020   11:55 Diperbarui: 14 Januari 2020   12:19 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yayasan Yadinu Rabithah adalah salah satu dari banyak Ponpes yang menyimpan sejarah kiprah pak Harto dalam Pembangunan Pendidikan di Indonesia.  

Pada tahun 1967 Ponpes ini mendapat bantuan langsung dari HM. Soeharto, presiden RI ke dua. Kala itu bantuan biaya pembangunan gedung diterima langsung oleh pimpinan Ponpes di Binagraha Jakarta, serta berbagai bantuan peralatan penunjang pendidikan lainya.

Ponpes Yadinu Rabithah terletak di kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Ponpes yang dulu kekar itu kini menguatkan diri. Siswanya tetap melimpah.

"Kami ini Ponpes miskin, mas, dan Santri kami rata-rata Yatim, dan dari kalangan kurang mampu."

"Selama reformasi ini kami tak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah, dan kami-pun tak berharap."

"Alhamdulilah, walau kadang terseok, kami masih mampu berjalan tegap." Saya teringat ucap pak Kiyai di kediamannya, saat saya sampai di halaman Yayasan Pendidikan Yadinuh yang cukup besar itu. Madrasah Aliyah, Mts, SMP, SMA, Madrasah Ibtidaiyah, dan SD Islam Terpadu. Ada sebelas cabang terletak di tiga kecamatan.

Bangunan Ponpes Yadinu berciri khas bangunan sekolah yang umum kita jumpai di era pak Harto, delapan lokal gedung berhadapan dengan jejeran tiang persegi empat  yang menopang atap teras di halaman tiap-tiap kelas, beratap seng, membetuk lorong-lorong panjang.

Ada lapangan untuk berbagai kegiatan di tengah tengahnya, termasuk untuk melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin yang tetap dilaksanakan sejak Yayasan Ponpes ini berdiri.

Sambil berjalan ke arah ruang Ustad Pengajar, saya memandang bendera Merah Putih yang tampak berusaha untuk tetap anggun berkibar di halaman depan yayasan pendidikan yang telah sepuh itu. Sepuh, namu masih kekar. Bangunan dan para Ustad yang tetap tegar untuk terus melahirkan ribuan santri, di gedung-gedung kelas yang tampak sudah kusam. (aRd)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun