Di suatu pagi hari, kira-kira 1 bulan yang lalu, ketika saya sedang lari pagi bersama seseorang teman di car free day (CFD) di Sudirman, tiba-tiba ada sekumpulan anak SMA sepantaran kami berpapaasan dengan kami dan menyeletuk ke kami dengan maksud mengejek dan berkata “CINA, CINA!”. Lantas kamipun kaget dan berhenti sejenak dari kegiatan olah raga kami. Saya dan teman sayapun dengan muka kosongnya saling tatap satu sama lain dan terdiam. Seketika itu juga kami tersenyum dan tertawa kecil, lalu melanjutkan kembali aktivitas kami.
Ya, betul, kami merupakan remaja yang memiliki keturunan darah Tionghoa atau yang kerap disebut Chinese. Tetapi, apakah hal itu membuat kita berbeda di dalamnya? Apakah hal itu menjadi pemisah kita antar warga negara? Apakah hal tersebut membuat kita jadi lupa akan jati diri kita sebenarnya? Kami memang memiliki mata yang sipit dan kulit yang lebih terang dibanding dengan kaum pribumi. Kami memang merupakan etnis minoritas yang pernah menjadi target pembantaian pada zaman orde baru. Tetapi, kami juga merupakan WARGA NEGARA INDONESIA. Kami tinggal dan besar di Indonesia. Kami menghirup udara Indonesia sejak lahir. Kami diajarkan budaya dan kebiasaan Indonesia. Kami mengikuti aturan-aturan yang ada di Indonesia. Dan yang terpenting, kami MEMBELA dan CINTA terhadap Indonesia.
Satu hal penting yang menjadi pemicu akan konflik mengenai perbedaan SARA belakangan ini adalah bahwa Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dalam persaudaraan antar warga negara mulai dilupakan. Kita boleh berdebat tentang pendapat kita masing-masing, tetapi janganlah melupakan bahwa kita dibentuk dari ribuan suku, dan macam-macam ras dan agama. Penampilan luar bolehlah beda, tetapi kita semua sama di dalamnya. Kita sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan Maha Esa. Jangan sampai perbedaan yang kita miliki ini menjadi pemecah belah kita, melainkan harus menjadi pemersatu dan ciri khas yang Bangsa Indonesia miliki. Sejak menginjakkan kaki di Indonesia, kita sudah diajari akan Indonesia yang kaya akan pluralismenya, dan kebhinekaannya. Itu menjadi semboyan hidup Indonesia sejak Indonesia merdeka 71 tahun yang lalu.
Hidup di Indonesia pada era dunia moderen ini, banyak orang-orang jahat yang ingin memecahbelah Indonesia dengan menumbar kebencian dan fitnah hoax di sosial media dan berita-berita bohong di internet. Tetapi, menjadi warga negara Indonesia menunjukan bahwa kita juga sudah menyetujui konsep akan perbedaan ini dan berjuang melawan pihak yang ingin memecah belah dengan menggunakan perbedaan tersebut untuk senjata mereka. Tetapi, bagaimana cara melawannya? Sebagai warga Indonesia, kita harus cerdas dalam memilih berita atau artikel mana yang benar dan mana yang kebohongan belaka. Jangan mau dibohongi oleh informasi-informasi menyesatkan yang hanya menumbar kebencian terhadap suatu pihak. Kita juga harus selalu ingat akan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dan nilai-nilai penting yang terdapat di dalamnya. Indonesia tidak hanya dimiliki oleh warga pribumi saja yang sejak awal telah mendiami Nusantara, tetapi Indonesia merupakan milik kita bersama, seluruh warga negara Indonesia, apapun agama, ras dan sukunya.
Setelah selesai olah raga di CFD, saya dan teman saya duduk di pinggir jalan sambil makan bakso dan berbincang-bincang mengenai kejadian tadi. Dia tanya kepada saya apakah saya kesal mengenai kejadian tadi. Tentunya saya jengkel dan tersinggung akan perkataan mereka yang melecehkan etnis Tionghoa, atau lebih tepatnya melecehkan Indonesia. Tetapi, kejadian tersebut menggelitik perasaan saya juga karena membuat saya prihatin akan pemikiran mereka yang sangat dangkal tersebut. Jujur, saya sangat sedih bahwa masih ada saja anak-anak muda yang sudah memiliki pemikiran yang salah dan berpotensi memecah belahkan Indonesia dari pluralismenya.
Semoga para pembaca artikel ini tidak pernah mengalami kejadian yang sama seperti saya, dan kalaupun pernah, maafkanlah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Dan semoga para pembaca artikel ini tidak pernah melakukan perbuatan anak-anak muda tersebut kepada orang lain, dan kalau pernah, bertobatlah dan menyesallah karena kalian sudah mencoba merusak kedamaian dan keindahan yang Indonesia perjuangkan selama ini.
NKRI HARGA MATI!
#bersamamerawatperbedaan
- Ardyan Prayoga Halim, seorang pelajar SMA di Indonesia yang mencintai Indonesia dengan segala perbedaan yang terdapat di dalamnya
P.S. untuk mereka yang melecehkan saya dan teman saya
Saya sudah memaafkan kalian akan perbuatan kalian, dan semoga kalian semua kelak menjadi orang yang sukses yang memberi pengaruh positif kepada Indonesia akan perbedaan yang terdapat di negeri tercinta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H