Mohon tunggu...
ardyani putri
ardyani putri Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 SURABAYA

saya merupakan seorang ibu, dan juga masih menempuh pendidikan jurusan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bias Gender pada Media Sosial

9 Januari 2024   00:36 Diperbarui: 9 Januari 2024   00:41 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: beautynesia.id

surabaya(9/01/2024)- saya Ardyani Putri Utami merupakan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, jurusan Psikologi dengan dosen pengampu mata kuliah Komunikasi dan Gender Dr. Merry Fridha Tripalupi., M.Si.

Bias Gender merupakan ketidakadilan perlakuan terhadap salah satu gender, yang menyebabkan salah satunya mengalami kerugian. Bias gender dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi seringnya lebih banyak menimpa perempuan. Akibatnya, terjadi banyak perselisihan antara laki-laki dan Perempuan.

Media sosial adalah alat komunikasi yang berpengaruh besar di masyarakat. Namun, seringkali terdapat bias gender dalam konten yang dihasilkan, yang dapat membentuk persepsi dan perilaku.

Tanpa disadari saat ini salah satu bagian dari kehidupan masyarakat adalah media sosial. Warganet atau Netizen merupakan penyebutan yang biasa digunakan masyarakat yang aktif dalam menggunakan internet/media sosial. Untuk menjadi penghubung dan berinteraksi satu sama lain melalui kolom komentar pada unggahan foto, tulisan, atau bahkan video yang di dalam media sosial.

Salah satu media sosial yang populer di kalangan masyarakat Indonesia adalah Instagram. Juga berdasarkan dari data situs statistik yang dirilis oleh Statista pada bulan Maret 2022, Indonesia memiliki 99,15 juta pengguna Instagram. Instagram sendiri merupakan media sosial yang memudahkan penggunanya untuk berbagi tulisan, foto, serta video.

Bentuk Bias Gender dalam Media Sosial, dalam hal ini perempuan sering digambarkan sebagai objek seksual, sementara pria sebagai lambang kekuatan. Sedangkan, penghargaan dan perhatian paling sering diberikan pada konten yang dibuat oleh pria. Perempuan lebih rentan mengalami pelecehan dan kekerasan verbal di media sosial.

Interaksi warganet yang terjadi media sosial, dalam hal ini Instagram, juga dapat menggambarkan nilai-nilai serta konstruksi masyarakat di dunia nyata di dalam media sosial, dalam hal ini adalah instagram. Setiap warganet memiliki nilai-nilai serta konstruksi masyarakat masing-masing yang terbentuk karena adanya interaksi di dunia nyata. Sehingga nilai-nilai serta kontruksi masyarakat yang mereka peroleh pada dunia nyata juga dapat terbawa pada saat mereka berinteraksi di Instagram. Karena itu, bias gender yang terdapat dalam lingkungan masyarakat di dunia nyata juga dapat ditemukan di Instagram.

Menurut teori konstruksi sosial, Peter L. Berger, gender terbentuk dari konstruksi sosial masyarakat yang membedakan antara laki-laki dan Perempuan. Paradigma konstruktivis, realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia yg bebas yang melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai media produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi dunia sosialnya (Basrowi dan Sukidin, 2002 : 194).

contoh kasus:

Dalam kasus bias gender pada media social banyak sekali kasus yang menyudutkan perempuan. Khususnya kasus pelecehan seksual di Indonesia kerapkali disangkut pautkan dengan pakaian yang digunakan oleh korban. Namun banyak masyarakat lupa bahwa kita harus berdiri dengan korban terlepas dari atribut apapun yang dikenakannya. Salah satu kasus terbaru yang terjadi dialami oleh host dari channel konten edukasi anak Kinderflix bernama Nisa.

Nisa seorang host chanel "kinderflix" merupakan konten edukatif untuk balita dalam platform youtube, Instagram, tiktok dan media sosial lainnya. Nisa  berumur 23 tahun ini memiliki pembawaan yang ceria, edukatif, dan membuat penontonnya nyaman. Menyajikan konten untuk edukasi anak, justru Nisa lebih sering mendapatkan fans dari penonton laki-laki dewasa. Baru-baru ini saking meledaknya "fans" dari Nisa, sang host sendiri justru menerima komentar-komentar negatif yang termasuk ke pelecehan seksual. Hal ini sangat disayangkan mengingat bahwa kejadian ini terjadi di platform edukasi anak.

berdasarkan kasus tersebut pentingnya kesadaran diri dalam bias gender dalam media sosial memiliki dampak negatif yang signifikan. Untuk mencapai masyarakat yang adil dan inklusif, perlu upaya bersama untuk mengatasi bias gender dan mempromosikan kesetaraan gender di media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Agus (2019). Bentuk-Bentuk Perilaku Bias Gender. Lentera: Journal of Gender and Children Studies, 1(1), 1--18.

Atmawati, Dwi (2018). Gender Bias in Javanese Society: A Study in Language Forms Choice to Men and Women. Humaniora, 9(3), 257-- 264

Lestari, Fitri (2015). Seks, Gender, dan Konstruksi Sosial. Jurnal Perempuan.

Statista (2021). Countries with the Most Instagram Users 2021. Diambil dari: https://www.statista.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun