Libur tlah tiba....
Hore - hore......" Tasya - Libur Tlah Tiba
Reff lagu mantan penyanyi cilik itulah yag sering saya nyanyikan ketika sore hari sebelum pulang
kantor menjelang long weekend. Namun tidak untuk 4 bulan terakhir dan beberapa tahun ke depan.
****
Hari itu Senin 14 Mei 2012, dimulai ketika jam istirahat kantor. Beberapa social media yang saya ikuti di dunia maya membahas long weekend untuk tanggal 17 - 20 Mei, begitu juga tawaran teman - teman chating di beberapa social media tersebut. Harapan long weekend seperti yang saya dambakan hanya tinggal harapan, saya hanya bisa menolaknya dengan halus karena saya hanya libur pas pada tanggal 17 Mei 2012 itu saja :( , derita korban #robotindustri. Tak disangka 2 hari berlalu , 16 Mei 2012 datang sms dari kawan SMA saya (Wendy) yang selalu meracuni saya dengan ide gila tentang bolos sekolah waktu SMA dulu, dan "penyakit" itu masih tetap ada di jiwanya hingga sekarang. Bodohnya, saya selalu termakan akan ide bolosnya yang gila, seperti yang saya alami sekarang. Berbekal ilmu bersilat lidah yang saya pelajari dari kawan saya itu, saya berhasil melobi atasan saya untuk dapat ijin sehari di hari Jumat tanggal 18 Mei untuk tidak masuk kerja.
Ranu Kumbolo (2400 mdpl), yap!!!! danau tertinggi di pulau jawa yang berada di Jalur pendakian Gunung Semeru itu lah yang membuat saya termakan ide gila teman saya, disamping juga bujuk rayu dia yang hampir sama seperti setan.
Setelah Packing ala "kadarnya", perjalanan menggunakan motor kami mulai pada Rabu 16 Mei 2012 dari Surabaya menuju Malang untuk bergabung dengan 2 orang teman dari Jakarta (Diah dan Mas Cokro "yoMan") dan dua orang teman dari Malang (Ali dan Bang Abidin) yang sudah standby di sana. Setelah kami bertemu dan membahas perencanaan perjalanan esok, kami menumpang di rumah teman kami di daerah Blimbing Malang.
[caption id="attachment_188931" align="alignright" width="255" caption="persiapan perijinan di desa Tumpang"][/caption] Kamis, 17 Mei 2012, pagi itu waktu menunjukan pukul 08.00 WIB dan kami sudah berangkat menuju desa Ranu Pani yang merupakan desa terakhir sebelum melakukan pendakian menuju Ranu Kumbolo. Tiba di desa Tumpang, kami harus mengajukan perijinan untuk pendakian ke Ranu Kumbolo*. Jalur perjalanan yang kami lalui dari Blimbing menuju Ranu Pani di dominsi oleh pemandangan khas pedesaan dengan hamparan sawahnya. Jalur yang kami lalui merupakan jalur yang sama dengan jalur hardtop yang akan membawa para pendaki ke pos Ranu Pani, di jalur ini kami juga melewati jalur lautan pasir Bromo yang akan menuju Ranu pani dengan pemandangan bukit Telletubis. Pemandangan akan berubah drasitis ketika kita sampai pada desa Ngadas, disini pemandangan mulai di dominasi oleh perkebunan khas dataran tinggi dengan sistim terasiring.
[caption id="attachment_188932" align="alignleft" width="246" caption="1. Kaldera Selatan Bromo dengan bukit Telletubisnya, 2. Bantengan, 3. Desa Ngadas, 4. Desa Ranu Pani"]
Jalur pendakian Ranu Kumbolo sama dengan jalur pendakian ke Gunung Semeru. Jalur ini dimulai dengan trek aspal melewati perkebunan penduduk Suku Tengger yang ditinggal di desa Ranu Pani*. Setelah melewati trek aspal yang panjangnya kurang lebih 1 km, kami langsung di suguhi oleh trek yang menanjak. Saya yang sudah lama tidak bermain dengan trek tanjakan dan baru pertama kali kesini langsung syok (berlebihan gak?), kelima teman saya yang ahli tanjakan sudah jauh meninggalkan saya.
[caption id="attachment_188933" align="aligncenter" width="638" caption="perkebunan Suku Tengger Ranu Pani"]
Dalam pikran saya tanjakan ini akan berhenti ketika saya sampai Ranu Kumbolo nanti, tapi pikiran saya itu salah. Tanjakan pertama ini hanya berjarak kurang dari 1 km dan dalam waktu kurang dari 30 menit saya sudah berada di ujung tanjakan. "Inilah tanjakan pertama jalur Ranu Kumbolo, selebihnya landai" bisik teman saya, dan saya bahagia mendengar bisikan itu.
Setelah tanjakan pertama tadi, jalur pendakian ke Ranu Kumbolo dilakukan dengan menyisir pinggiran bukit yang sudah terlihat jelas jalur treknya. Jalur ini di dominasi oleh pepohonan rimbun khas hutan hujan topis
[caption id="attachment_188934" align="alignleft" width="283" caption="Kondisi Jalur pendakian ke Ranu Kumbolo"]
Tepat setelah shelter ketiga kami dihadapkan dengan tanjakan kedua, tanjakan kedua ini lebih parah ekstremnya daripada tanjakan pertama (sekali lagi bujuk rayu Wendy berhasil). Dengan sudut kemiringan hampir 45 derajat dan panjang hampir 500 m (CMIIW soalnya gak bawa busur derajat dan meteran :D) membuat saya sedikit drop, dan kaki saya mulai "njahit" (istilah untuk kaki gemetar karena kelelahan). Hal ini dikarenakan saya salah tempat beristirahat yaitu di jembatan 100 m sebelum shelter ketiga*.
Setelah kurang lebih setengah jam mendaki dari tanjakan kedua itu Wendy berbisik (lagi) "Ini tanjakan terakhir benar - benar terakhir bila HANYA untuk ke Ranu Kumbolo", tapi saya sudah tidak percaya lagi akan bujuk rayunya (untuk saat ini). Lama perjalanan yang hampir 4 jam dari Ranu Pani akhirmya terbayar dengan terlihatnya danau Ranu Kumbolo dari kejauhan. Indah, keren, mengagungkan,takjub dan beribu kata pujian lain keluar dari mulut saya. Menyisir bukit selepas tanjakan terakhir itu dengan view danau Ranu Kumbolo membuat saya mempercepat langkah saya agar segera di tiba dipinggiran danau yang berada di ketinggian 2400 mdpl dan merasakan hawa dingin dan sejuk udara disana.
Pukul 17.30 WIB tepat saya sudah berada di pinggiran Ranu Kumbolo, dan sudah disambut dengan coklat
[caption id="attachment_188935" align="alignright" width="323" caption="selamat datang di Ranu Pani"]
[caption id="attachment_188936" align="alignleft" width="283" caption="sunrise Ranu Kumbolo"]
Setelah puas dengan matahari terbit saatnya membuat coklat panas dan sarapan untuk teman - teman saya yang belum bangun. Menu andalan mie goreng menjadi santapan pembuka kami di awal hari itu. Setelah selesai makan, kami pun berkeliling di sekitaran Ranu Kumbolo untuk mendokumentasikan beberapa view menarik. Tanjakan Cinta*, perkampungan pendaki Ranu Kumbolo, Oro - Oro Ombo dan Puncak Mahameru
[caption id="attachment_188937" align="alignright" width="294" caption="1. Si Ali bantui bikin sarapan, 2. Diah, penikmat coklat panas, 3. Wendy si tukang racun, 4. Selamat pagi bang Abidin"]
Tepat pukul 10.00 WIB kami semua telah selesai packing dan berfoto bersama dengan latar Ranu Kumbolo, kami siap meninggalkan Ranu Kumbol untuk kembali lagi menjadi korban derita #robotindustri di kota kami masing - masing. Salah satu teman kami (bang Abidin) tetap tinggal di Ranu Kumbolo untuk bertemu dengan teman - teman dari Jakarta.
[caption id="attachment_188938" align="alignnone" width="208" caption="Tanjakan cinta dan kampung pendaki Ranu Kumbolo"]
[caption id="attachment_188941" align="alignnone" width="300" caption="Oro - oro ombo dengan background Puncak Mahameru di balik bukit"]
FYI :
- Syarat - syarat formalitas yang wajib untuk perijinan pendakian ke Gunung Semeru atau Ranu Kumbolo lebih baik disiapkan di kota asal yaitu : dua lembar fotocopy surat keterangan sehat dari dokter, dan dua lembar fotocopy idientitas diri;
- Penduduk Tengger yang berada di Ranu Pani selain pekerjaan utamanya berkebun, kaum pria nya juga sesekali bekerja sebagai porter atau guide untuk pendakian ke Gunung semeu ataupun hanya sekedar ke Ranu Kumbolo, dengan biaya 100rb - 150 rb/guide/hari. Note : silakan hubungi pos perijinan Ranu Pani untuk info lebih lanjut;
- 100 m sebelum shelter ketiga ada jembatan untuk beristirahat, sebaiknya beristirahat di shelter ketiga saja, karena setelah itu akan ada tanjakan yang lumayan menguras tenaga;
- Tanjakan Cinta adalah jalur pendakian di depan danau dari Ranu Kumbolo menuju ke Kalimati (base camp terakhir sebelum mecapai puncak Mahameru). Tanjakan yang memiliki panjang kurang lebih 500m dan kemiringan hampir 60 derajat ini memiliki mitos unik yaitu, bila pendaki berjalan pada tanjakan ini tanpa berhenti, istirahat ataupun menoleh kebelakang, maka cintanya dengan kekasihnya akan langgeng, atau bila belum mempunyai kekasih dipercaya waktu kembali dari Ranu Kumbolo akan dipertemukan dengan jodohnya. Begitu juga sebaliknya, bila syarat itu dilanggar maka pendaki yang telah mempunyai kekasih dimitoskan akan putus dengan kekasihnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H