Katanya dunia sedang absurd tapi nyatanya sedang chaos kekasih
Terimalah sejarah ini dengan segala kerendahan hati agar menjadi kisah
Dekaplah segala puisi ini agar menjadi kasih
Bukankah dengan sastra jalanan kita menemukan cinta
Dan prosa yang panjang adalah pelaksanaan perjuangan
Lalu agama akan menjadi rumah bagi hati kita
Kebingungan besar melanda umat manusia
Dan pertanyaan-pertanyaan memenuhi atmosfer bumi
Melahirkan awan- awan pemberontakan
Serta membesarkan pohon revolusi
Duhai kekasih....
Masih ingatkah kah kau pertemuan kita di jembatan air mata, diantara batas waktu sore dan malam kau berbisik
" Tolong, aku yang takut kegelapan cakrawala".
Wahai wanita ku....
Tak ada perlu ditakutkan oleh kegelapan, tapi yang perlu kita takutkan adalah dimana politik dan birahi merebut waktu bercinta kita
Kekasihku....
Jika kau bersedih diperlukan
Menangislah
Biarkan air matamu jatuh ke tanah yang tandus
Dan angin pun tak akan mampu mengurangi gaya gravitasi antara air mata dan tanah
Kekasih...
Mari sini, disampingku berdoa untuk segala kebaikan agar semesta dan kejancukan menjadi lebih indah
Bahari, 28 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H