Mohon tunggu...
Ryan Ardiansyah
Ryan Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Tak ada kosa kata yang mampu mengambarkan

Barangkali kopi kita kurang diaduk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangunan Tatanan Sosial Baru?

27 Mei 2020   22:18 Diperbarui: 27 Mei 2020   22:30 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang krisis ekonomi belum diketahui kapan akan mengalami puncaknya, tapi yang hari ini kita sudah mengalami krisis akal. Bagaimana mungkin, tidak dikatakan hari ini kita mengalami krisis akal?. Kondisi saat ini arus informasi yang membeludak membuat kita menjadi panik. Contohnya kepanikan atas respon informasi adalah berbedanya pernyataan satu sama lain. 

Ketika yang satu adanya pernyataan dilarang mudik atau tidak ada mudik sama sekali, lalu yang lain mengatakan adanya pernyataan membolehkan usia di bawah 40 tahun untuk beraktifitas kembali tentu hal ini memberikan dampak pada orang terdekatnya, misalnya jika orang usia dibawah usisa 40 tahun bertemu orang tua atau usia lanjut tentu yang sangat dikhawatirkan mereka yang usia lanjut dan disatu sisi curva kasus corona terus meningkat.

Krisisnya akal sehat merupakan salah satu kepanikan, dari semua pernyataan di atas tersebut bukan mengatasi persoalan tapi mengambarkan pemahaman yang bertabrakan satu sama lain. Kita sudah tergiring oleh informasi yang membeludak serta dikembangkan dengan argumentasi membuat kita bertindak konyol.

Dalam kondisi krisis akal seperti ini peran media sosial sebagai mercusuar, masyarakat hari ini membutuhkan informasi yang menjadi pijakan untuk melihat situasi dan dapat memutuskan tindakan bijaksana.

Saat ini hampir semua kabar kebanyakan memberitakan sisi buruk Covid-19, sehingga mayarakat menjadi semakin panik dan khawatir atas pemberitaan tersebut. Karena yang selama ini hadir dipemberitaan tentang jumlah korban dan penyebarannya makin meluas. 

Akan tetapi di manakah kabar para pasien yang berhasil sudah berjuang melawan Covid-19 dan dinyatakan pulih kembali. Padahal, pemberitaan seperti ini sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencari tau kiat-kiatnya, sehingga dapat mengurangi rasa kepanikan yang ada.  Artinya. Pengalaman seperti ini bisa menjadi masyarakat termotivasi agar lebih bersikap bijaksana, tetap patuh terhadap himbuan pemerintah untuk memutuskan penyebaran covid-19.

Maka untuk menghidari kepanikan dan tetap bertindak bijaksana, terkadang kita harus menjaga jarak terhadap teknologi atau media sosial atau pemberintaan yang terkait dengan Covid-19. Bukan hanya social distancing tapi media distancing juga perlu diterapkan.

Gerakan Sosial-Budaya Masyarakat

Di balik situsi seperti ini kita masih mempunyai sikap bijaksana yang tumbuh di tanah yang dipenuhi benih kepanikan. Secara tidak sengaja, kondisi ini membuat masyarakat bergerak pada bidang kemanusian untuk menolong sesama. Dari pengumpulan dana hingga pembagian sembako. Inilah ciri khas masyarakat Indonesia untuk saling bergotong royong yang mengedepankan rasa kemanusiaan dan masih mematuhi perintah pemerintah. Inilah harpan kita.

Kepecayaan diri serta harapan itu tumbuh atas respon wabah yang menoror kita tanpa henti-hentinya. Secara berani hal ini menginspirasi kita dan membantu seperti para pekerja konveksi yang membantu membuat APD dan masker kain, mendirikan dapur untuk para pekerja perantau yang mengalami kesusahan. Serta munculnya gerakan kerelawanan untuk mengahadapi situasi wabah ini.

Hingga hari ini memang Covid belum ada anti-virusnya, setidaknya pola kehidupaan masyarakat sudah mulai beradaptasi dengan virus ini. Artinya kita tidak bisa terus berdiam diri dan pasrah dalam menghadapi Covid-19, melalui pencegahan-pencegahan yang diatur dengan pola hidup yang baru atau kita membentuk tatanan kehidupan sosial baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun