Mohon tunggu...
Muhammad Ardi
Muhammad Ardi Mohon Tunggu... -

Secret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlukah Adanya Ilmu Pengantar Perguruan Tinggi di SMA?

7 Februari 2015   05:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:40 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui bahwa jenjang SMA merupakan salah satu jenjang yang sangat menentukan kemana arah generasi muda akan membawa citra Indonesia. Sebagai negara yang masih berada pada fase berkembang dalam pendidikan, kita tahu bahwa Indonesia perlu sebuah terobosan yang ampuh untuk “memfasilitasi” generasi muda ini agar tidak salah arah.

Bagi para pembaca yang membaca artikel ini mungkin ada yang sudah menginjak bangku kuliah, atau mungkin baru menginjak. Penulis sendiri merupakan orang yang sedang menginjak bangku kuliah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai generasi muda yang pernah menginjak jenjang pendidikan SMA. Kita pasti pernah diterpa rasa “galau” dalam meneruskan jenjang pendidikan. Seperti yang kita tahu, sebagai generasi yang menginjakkan diri pada bangku SMA. Kita diprospekkan untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, sekolah dinas atau sebagainya. Hal ini berbeda dengan SMK yang memang sudah diprospekkan untuk langsung terjun untuk kedunia kerja.

Pada artikel ini penulis tidak memiliki maksud untuk mendeskriminasi pelajar Indonesia yang hanya duduk di bangku SMA. Dalam artikel ini, penulis berusaha ingin memberi pandangan dan pemikiran mengenai fenomena banyaknya pelajar SMA di Indonesia yang masih belum memiliki arah dan bimbang dalam melanjutkan pendidikan mereka. Penulis tidak akan membahas masalh finansial terhadap fenomena ini. Penulis akan mengkaji pada poin teknis atau dan program.

Pemikiran dalam artikel ini tidak lepas dari pengalaman penulis dalam melakukan kegiatan promosi Universitas Negeri ke SMA penulis. Penulis melihat banyak sekali dari para pelajar SMA yang merasa telah salah masuk jurusan di SMAnya, kurang mengetahui universitas negeri bonafid di Indonesia, hingga detil-detil jurusan yang akan dipilih nantinya.

Fenomena ini tentu sangatlah memprihatinkan, internet mungkin bisa menjadi salah satu penutup “alibi” minimnya pengetahuan siswa mengetahui perguruan tinggi yang akan dituju. Namun, peran guru harus bisa menjadi stimulus siswa untuk mencari informasi-informasi tersebut. Menurut hemat saya, Seharusnya ketika siswa mulai memasuki jenjang SMA dibekali oleh sebuah “Pengantar Ilmu Perguruan Tinggi”. Mengapa demikian ?

Pertama, Masa-masa saat kelas sepuluh atau satu SMA dirasa paling tepat dalam pemberian mata pelajaran ini. Karena pada fase ini siswa SMA akan lari ke jurusan IPA, IPS atau Bahasa.

Kedua, masih banyaknya kasus pelajar SMA yang merasa salah jurusan makin menegaskan bahwa perlu adanya sebuah mata pelajaran pengantar kuliah ini. Peran semua guru terutama guru BK seharusnya pro aktif dalam merangkul siswanya agar memiliki arah. Setelah memiliki arah pasti siswa akan tergerak sendiri.

Ketiga, minimnya pengetahuan siswa mengenai jurusan-jurusan yang menjadi alasan yang kuat. Seringkali pelajar Indonesia memilih jurusan seperti “mengambil kucing dalam karung” tidak tahu jurusan itu prospek kedepannya bagaimana dan sesuai atau tidak dengan minat dan bakat mereka. Padahal pada faktanya ada banyak sekali jurusan di Indonesia yang dapat dieksplor tetapi hanya segelintir siswa yang mengetahui.

Keempat, minimnya pengetahuan pelajar SMA tentang Perguruan Tinggi Bonafid di Indonesia. Fenomena ini tentu sangat menyedihkan karena juga akan berpengaruh pada pendidikan Indonesia kedepannya. Pelajar SMA justru hanya akan cenderung pada zona nyaman dalam memilih perguruan tinggia dan tiada rasa ingin membangun dan orientasinya hanya menjaga prestige.

Kelima, Seandainya ilmu pengantar perguruan tinggi ini dapat menjadi program kurikulum, diharapkan dapat mendidik pelajar SMA Indonesia tentang pentingnya mereka untuk menyusun strategi yang sistematis mulai dari kejelian mereka dalam mengenal akreditasi suatu jurusan, universitas, mengenal tuntutan kemampuan penunjang dari jurusan, dan Aktifitas belajar apa saja yang akan mereka lakukan ketika mengambil jurusan tersebut.

Dalam artikel ini, penulis ingin menyimpulkan bahwa perlu adanya sebuah kurikulum pengantar kuliah bagi para pelajar SMA di Indonesia. Karena luasnya informasi mengenai jenjang perguruan tinggi. Diharapkan sejak kelas 10/1 para siswa sudah memiliki gambaran dan dan bijak dalam mengambil IPA/ IPS/ Bahasa dan seterusnya hingga pemilihan jurusan di Universitas. IPC mungkin bisa menjadi alternative namun hal tersebut tentu akan sangat menyita waktu si pelajar sendiri. Guru bimbingan konseling juga diharapkan seharusnya pro aktif dalam memberikan arah terhadap para siswa. Penulis sendiri pernah merasakan bangku SMA dan merasa guru bimbingan konseling seharusnya diwajibkan memberikan kurikulum ilmu pengantar perguruan tinggi agar apa yang disampaikan jelas ditangan para siswa. Dan para siswa diharapkan tidak akan memilih jurusan seperti mengambil kucing didalam karung yang dimana tiada yang tahu apa isinya?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun