Mohon tunggu...
Ardiyan Rio Permadi
Ardiyan Rio Permadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alhamdulillah

"Bakarlah surga dan siramlah neraka, ketika prosa Tuhan kehilangan pendengarnya." ardiyan.rio27@gmail.com twitter | instagram @ardiyan_rio #INYONGISME - #IAMUNITED

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tercerahkan! Malam Satu Suro di Gunung Slamet (part1)

16 Oktober 2015   12:52 Diperbarui: 16 Oktober 2015   12:52 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam satu suro atau tahun baru islam adalah malam yang sakral bagi beberapa kalangan penduduk di Indonesia khususnya Jawa. Terlepas dari cerita yang menggelitik untuk dibahas dalam kemasan mistik, malam ini hanyalah malam pergantian tahun bagi umat islam yang menggunakan kalender bulan sebagai perhitungan hari yang digunakan.

Pada malam 1 Muharram 1437 H saya berkesempatan mengunjungi Desa Bambangan - Purbalingga yang notabene adalah basecamp dari pendakian Gunung Slamet yang kental akan sejarah dan aroma supranatural yang hidup hingga saat ini.

Pada selasa 13 Oktober 2015 saya dan sembilan anggota komunitas pecinta alam dari MAHATMA BANYUMAS (Manunggaling Hayat Marang Alam) sudah bersiap di sekre untuk kembali mengecek ulang perlengkapan untuk mendaki dan berkemah di Gunung Slamet. Kami pun menuju Bambangan seusai ba'da maghrib dengan mengendarai sepeda motor.

Ada yang membuat kami sempat sedikit panik saat tiba di Pratin (daerah sebelum Bambangan) saya terpisah dengan leader kami didepan karena disambut dengan badai kabut dengan jarak pandang hanya 10m. Karena pandangan yang terbatas saya sempat tersesat sampai menjumpai warga sekitar untuk bertanya arah menuju basecamp. Saya tertawa kecil dan merasa heran setelah tiba di basecamp karena sempat tersesat meski sudah kali ketiga mendaki Gunung tertinggi di Jawa Tengah ini.

Didesa Bambangan, suasana sudah terasa hangat dan ramai karena warga sekitar mulai keluar rumah menggunakan obor untuk berkumpul dan bershalawat lengkap dengan rebana dan pengeras suara sehingga dingin pada malam itu tak lagi kami hiraukan karena warga menghangatkan malam itu.

Kami memutuskan untuk istirahat sebentar di warung makan depan basecamp Bambangan tentunya setelah melakukan registrasi pendaftaran pendakian. Karena sudah diputuskan untuk mengambil trek malam tepat jam 00, kami dapat makan malam terlebih dahulu dan adaptasi dengan suhu yang rendah.

Kami berkenalan dengan teman pendaki dari Bintaro Jakarta yang sedang menikmati kopi didepan basecamp, bercerita tentang pengalaman mendaki dan sua duka sebagai pendaki sampai hal-hal yang berbau mistis. Untuk kali pertama dia mendaki Gunung Slamet, dia kapok dengan trek jalur pendakian yang ekstrim dan berat, badai kabut yang tiba-tiba menyerang serta hal-hal mistis diluar logika yang dia rasakan dalam pendakian.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 23.45 WIB dan kami bersiap-siap untuk pendakian. Setelah berpamitan dan berdoa demi keselamatan dan kelancaran selama pendakian, kami langsung saja melalukan perjalanan dengan target pos dua atau tiga sebelum subuh.

Semua berjalan lancar sampai di pos 1 Gemirung setelah dua jam berjalan. Setengah jam yang diputuskan untuk beristirahat, aku menggunakan waktu ini untuk kembali merasakan rindu setelah 1 bulan lebih tak melihat pemandangan langit seindah ini. 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang menciptakan langit dan bumi serta seisinya untuk hambanya', gumamku dalam hati yang takjub sembari bersyukur.

"Tidak ada pendaki kecuali mereka yang memaknai bahwa setiap hela hembus nafas adalah dzikir, dan menapaki jalan terjal dan curamnya takdir." Adalah kutipan yang aku dapatkan setelah paham bahwa irama ketukan nafas dan melangkah itu selaras dengan dzikir. Sedangkan langkah kami disepanjang trek pendakian mengajarkan bahwa hidup sejatinya menjalankan setiap ketetapan-ketetapan yang Tuhan berikan, tidak ada daya selain dari-Nya, tak ada yang dapat disombongkan dari diri manusia dan akhirnya itu akan terbawa sebagai pengalaman untuk kehidupan kita sehari-hari.

--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun