Pengalaman yang demikian terjadi pada masa Presiden Joko Widodo. Dengan resep merangkul semua kekuatan yang ada, baik di luar dan dalam parlemen ditambah bumbu sikap otoriter membuat stabilitas politik selama 10 tahun di bawah kekuasaan Joko Widodo mampu terjaga. Meski ada perbedaan pendapat, hal demikian tidak mengganggu stabilitas politik.
Ketiga, seperti di paparkan di awal-awal tulisan ini, Prabowo selain mengakomodasi partai politik, dirinya juga merekrut menteri dari kalangan seniman, aktivis, pengurus ormas, dan pejabat-pejabat di daerah. Dari sinilah komposisi pembantu presiden seperti gado-gado, semua unsur dicampur dalam satu piring namun masalahnya kepantasan mereka mengurus bidangnya itu bisa apa tidak. Mengurus negara tentu perlu pengalaman dan tidak boleh coba-coba. Di sinilah faktor 'suka-suka' presiden terlihat dan membawa resiko besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H