Ada yang menarik dari aksi massa #KawalPutusanMK menolak revisi UU Pilkada yang terjadi beberapa hari yang lalu. Di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, aksi massa yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat dengan mengepung komplek parlemen itu, juga diikuti oleh kalangan artis dan pekerja seni.
Mereka hadir tidak hanya menjadi penambah jumlah massa namun juga ikut melakukan orasi. Reza Rahardian, Arie Kriting, dan Komika lainnya datang ke kerumunan massa di depan Gedung DPR tak hanya duduk atau berdiri di antara ribuan demonstrans namun mereka juga berani melontarkan kata-kata yang pedas buat DPR dan Presiden.
Hadirnya para artis dalam aksi massa tersebut, termasuk sutradara film Joko Anwar, tidak hanya menambah kemeriahan namun juga menjadi sasaran para wartawan untuk diminta pendapat tentang kondisi demokrasi di tanah air saat ini.
Hadirnya mereka dalam aksi massa tolak revisi UU Pilkada menepis tuduhan yang selama ini dialamatkan kepada mereka bahwa artis kerap tidak peduli dengan masalah bangsa dan negara. Mereka selama ini hanya dikesankan sebagai komunitas yang glamour, mewah, dan ramai di televisi dan berbagai channel media sosial yang memiliki ribuan bahkan jutaan follower.
Dalam channel media sosial yang dimiliki, ditunjukan kehidupan keseharian dengan latar belakang rumah mewah, ada kolam renang, lebih dari dua mobil lux terparkir di garasi, serta simbol-simbol kekayaan lainnya. Dengan hadirnya artis ke dalam aksi massa itu menepis anggapan bahwa mereka tidak semuanya seperti yang dibayangkan oleh masyarakat. Ada juga di antara para artis yang mau berkeringat bersama rakyat untuk memperjuangkan nasib bangsa dan negara menjadi lebih baik dan demokratis.
Hadirnya sosok-sosok yang kerap dilihat oleh pemirsa televisi dan channel media sosial itu, selain menunjukan kepedulian mereka juga membuktikan kualitas dirinya. Reza Rahardian dalam orasinya berani mengatakan, negara ini bukan milik segelintir keluarga. Untuk itu ia mengumandangkan agar demokrasi Indonesia tidak dengan mudah dilupakan dan diinjak-injak.
Arie Kriting yang juga menjadi orator dalam aksi massa itu mengatakan, kita tunjukkan bahwa rakyat masih ada, tidak tidur. (Putusan MK) kita akan kawal terus. Pria yang memiliki nama asli Satriaddin Maharinga Djongki itu menyebut wakil rakyat tidak mewakili suara rakyat. Alasan dirinya ikut aksi massa itu untuk menunjukkan aksi solidaritas. Dirinya berharap mudah-mudahan (DPR) bisa terketuk.
Fenomena apa yang membuat banyak artis ikut aksi massa untuk menolak revisi UU Pilkada itu? Ada beberapa penyebab kalangan artis (di Indonesia) ramai-ramai ikut peduli pada masa depan bangsa dan negara. Pertama, inspirasi dari banyaknya artis dunia, seperti Gigi Hadid, Bella Hadid, Angelina Jolie, Mark Ruffalo, dan beberapa artis Hollywood lainnya yang lantang membela Palestina. Mereka menyatakan keprihatinan atas ulah Israel dalam melakukan invasi di Gaza dan mendukung kemerdekaan Palestina.
Dalam moment-moment penting, kepada wartawan, mereka menyatakan keprihatinan atas ulah Israel dan dukungan kepada kemerdekaan Palestina. Tak hanya itu, dalam channel media sosial mereka, mereka mengunggah dukungan kepada bangsa Palestina. Mereka juga menjadi donatur dan ada juga yang ikut aksi massa membela Palestina.
Sebagai artis dunia dan banyak mempunyai follower, suara dan sikap yang dilantangkan mempunyai pengaruh yang kuat di tengah rakyat Amerika Serikat dan Eropa. Suara-suara yang disampaikan akan menggalang kekuatan dunia agar agresi Israel dihentikan dan pengakuan adanya negara Palestina.
Gerakan artis dunia inilah yang juga menjadi pemicu artis di sini terpanggil dan ikut peduli pada masalah kondisi bangsa dan negara. Dengan kekuatan dirinya sebagai public figure, mereka percaya apa yang dilakukan akan mempunyai pengaruh yang kuat untuk menekan penguasa yang tidak adil dan demokratis.
Kedua, sebagai penyeimbang dari kalangan artis yang menjadi anggota parlemen. Sudah lama terutama beberapa tahun yang lalu, banyak artis yang menjadi politisi dan mereka terpilih menjadi wakil rakyat, anggota DPR. Keberadaan mereka, kualitasnya, selama ini dipertanyakan oleh banyak kalangan. Apakah kehadirannya di Senayan mampu memberi penguatan demokrasi dan kesejahteraan perekonomian rakyat.
Banyak yang menyebut hadirnya artis menjadi wakil rakyat hanya sebagai penarik atau pendulang suara tanpa atau kurang diimbangi dengan kuatnya peran mereka sebagai wakil rakyat yang benar-benar bisa diandalkan dalam membuat dan mempengaruhi kebijakan. Toh meski para artis yang menjadi wakil rakyat itu hebat namun mereka akan tetap tunduk pada kebijakan partai sehingga tidak bisa berbuat banyak.
Hal inilah yang ingin ditepis oleh para artis bahwa di luar parlemen pun bisa menyuarakan demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan buat rakyat.
Ketiga, menjadi rival bagi artis yang menjadi pemengaruh suara istana. Dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, banyak artis, pekerja seni, dan selebgram, yang diundang dan diajak jalan-jalan oleh presiden untuk meresmikan proyek-proyek strategis, seperti LRT, IKN, dan yang lainnya. Harapan dari mereka diundang dan diajak jalan-jalan agar mereka mengabarkan prestasi pemerintah lewat channel-channel media sosial.
Keberadaan pemengaruh ini sah-sah saja namun sayang ia hanya menyuarakan satu sisi saja sehingga akan memposisikan artis hanya sebagai penyambung lidah kekuasaan. Hal inilah yang ingin ditepis oleh artis yang ikut aksi massa menolak revisi UU Pilkada bahwa tidak semuanya mau menjadi penyambung lidah kekuasaan.
Dari paparan di atas, dengan munculnya Reza Rahardian khususnya, akan semakin meningkatkan kepedulian artis untuk ikut turun ke jalan membela demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H