Tidak hanya faktor ketidakkonsistenan dan perubahan sosial-politik di masyarakat yang membuat janji mereka tidak terealisasi. Kejadian luar biasa seperti bencana alam, wabah penyakit, kondisi global yang tak sehat, bahkan juga disebut Perang Rusia-Ukraina, membuat banyak janji tidak ditepati. Ketika wabah Covid-19 melanda, pemerintah mengatakan banyak anggaran program pembangunan yang dialihkan untuk mengatasi wabah itu. Akibat yang demikian maka program yang sudah direncanakan menjadi berhenti, terhambat, atau terganggu karena ketiadaan uang.
Berakhirnya kekuasaan juga membuat janji-janji itu tidak menjadi kenyataan. Adanya pembangunan yang mangkrak itu juga dikarenakan tidak berlanjutnya kekuasaan.
Jadi mereka yang berkuasa tidak menepati janji disebabkan tidak hanya karena faktor ketiadaan uang seperti yang diungkap SBY namun juga dikarenakan ada perubahan skala prioritas, ketidakkonsistenan, berakhirnya kekuasaan, krisis keuangan, bencana alam, wabah, dan imbas perang. Untuk itulah wahai mereka yang saat ini maju sebagai capres-cawapres dan caleg, silahkan memberi janji dan harapan kepada rakyat namun jangan sampai janji yang ditebar muluk-muluk atau di luar nalar kemampuan. Sebab bila sudah berjanji namun tidak ditepati maka hal yang demikian akan menjadi catatan hitam bagi mereka.
Sebagai pemilih, rakyat, juga harus cerdas menilai janji yang ditebar. Pemilih harus bisa memilah mana janji yang realistis (masuk akal) dan mana janji yang menjadi jebakan (tidak masuk akal). Janji-janji yang tidak masuk akal inilah yang kerap disodorkan ke masyarakat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H