Menjelang pemilu, peserta pemilu yang terdiri dari pasangan capres-cawapres, calon anggota legislatif baik untuk calon anggota DPR, DPRD, dan DPD, massif memasang berbagai alat peraga kampanye (APK) seperti spanduk, baliho, sticker, videotron di berbagai tempat terutama di kawasan yang strategis seperti jalan raya, pasar, pertigaan dan perempatan jalan yang ramai dilewati orang.
Dengan alat peraga kampanye tersebut peserta pemilu selain mensosialisasikan dirinya juga menyampaikan program-program unggulannya. Dengan alat peraga kampanye itulah mereka meminta dukungan kepada masyarakat atau pemilih untuk mencoblos dirinya.
Kalau kita lihat alat peraga kampanye tersebut, menjelang Pemilu 2024, banyak terpasang atau tergantung di tiang-tiang listrik, tembok-tembok bangunan, bahkan ada yang ditancapkan dengan paku di pohon-pohon. Sebab peserta pemilu jumlahnya tidak sedikit maka menjelang pemilu di berbagai kawasan menjadi kumuh. Satu sama lain bersaing tidak hanya soal program atau janji yang disodorkan kepada Masyarakat namun juga bersaing banyak-sedikit dan besar-kecilnya alat peraga kampanye.
Dalam soal kelestarian lingkungan hidup, sebaiknya peserta pemilu juga ikut memikirkan hal yang demikian. Jangan sampai terlalu semangat untuk mensosialisasikan diri dan programnya lalu merusak lingkungan seperti memasang alat peraga kampanye di pohon dengan cara dipaku.
Menurut berbagai sumber ilmiah, ketika pohon dipaku hal demikian akan menyebabkan luka. Ketika paku berkarat dapat mengakibatkan munculnya bakteri dan rayap yang memakan, menggerogoti, batang kayu. Bila rayap terus memakan batang kayu maka akan membuat batang pohon menjadi keropos hingga akhirnya tumbang.
Bila banyak pohon di jalan yang ditanam ditujukan untuk penghijauan dan menjaga lingkungan hidup, lalu digunakan memasang alat peraga kampanye dengan cara memakunya maka hal ini ke depannya akan membahayakan lingkungan hidup.
Pohon-pohon itu satu persatu bisa tumbang. Pohon-pohon yang berdiri kokoh, besar, dan menjulang yang sudah berumur itu akan hilang dari tepi-tepi jalan. Bila ini terjadi maka akan menyebabkan lingkungan yang tak rindang lagi. Jalan atau lingkungan yang awalnya sejuk dan segar menjadi panas karena tidak adanya pohon-pohon yang hijau dan menaungi.
Perlu diingatkan bahwa proses penghijauan di jalan-jalan itu memakan waktu yang tidak sekejap sehingga sangat disayangkan bila menjadi rusak karena pemasangan alat peraga kampanye yang sebenarnya hanya berguna selama sebulan, dua bulan, saja, hanya menjelang coblosan pemilu.
Untuk itu wahai masyarakat, bila ada peserta pemilu yang menancapkan alat peraga kampanye di pohon dengan cara dipaku atau memaku, sebaiknya, pertama, dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Kita harap lembaga itu tidak hanya memantau atau menerima masalah-masalah pelanggaran, sengketa, dan mengawasi peyekenggaraan pemilu namun juga memperhatikan masalah lingkungan hidup.
Aduan ke Bawaslu ini sangat penting sehingga pemilu yang digelar tidak hanya luber dan jurdil namun juga menjaga kelestarian lingkungan. Pemenang pemilu bisa terpilih secara luber dan jurdil, keberlanjutan lingkungan, Sustainable, pun tetap terjaga. Pemanfaatan Energi Berkelanjutan
Kedua, bila di antara kita kenal peserta pemilu atau tim suksesnya, kita bisa langsung mengingatkan kepada mereka agar tidak memasang alat peraga kampanye di pohon apalagi dengan cara memaku, dipaku, atau melukainya dalam berbagai bentuk. Kita dorong alat peraga kampanye yang ditancapkan di pohon dipindah ke tempat yang sesuai aturan pemilu dan lingkungan hidup.
Ketiga, bila peserta pemilu sudah kita ingatkan lewat berbagai cara pengaduan namun mereka bergeming maka hal demikian bisa menjadi dasar pemikiran kita untuk memilih atau tidak padanya. Alasannya, belum terpilih saja sudah merusak alam bagaimana nanti kalau terpilih.
Kita sampaikan kepada peserta pemilu dengan baik-baik agar tidak memasang alat peraga kampanye dipaku di pohon. Ini sangat penting sebab langkah yang dilakukan ke depannya akan berpengaruh pada kerusakan lingkungan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H