Beberapa pekan lalui di suatu grup whatsapp, muncul suatu poster yang berisi pengumuman akan ada deklarasi jaringan alumni HMI yang akan mendukung salah satu pasangan capres dan cawapres. Dalam poster tersebut tertulis turut mengundang mantan: menteri, anggota DPR, dan anggota KPU, yang semuanya alumni HMI.
Poster tersebut tentu memancing berbagai respon dari kalangan alumni sebab selama ini belum pernah ada sekelompok orang yang mendukung pasangan capres dan cawapres yang mengatasnamakan alumni HMI sevulgar itu, Â Â
Memang saat ini semua pasangan capres dan cawapres giat merangkul berbagai ormas dan kelompok Masyarakat untuk dijadikan salah satu tim sukses. Dengan semakin banyaknya tim sukses selain untuk menunjukan bertambah banyaknya dukungan, juga untuk dijadikan mesin mobilisasi massa untuk mempengaruhi rakyat agar memilih pasangan capres dan cawapres yang didukung.
Tim kampanye pasangan capres dan cawapres akan terus menyisir atau mencari komunitas mana saja yang bisa 'disusupi' agar di tempat itu terbentuk organ tim sukses. Tim kampanye pastinya akan lebih dahulu melihat-lihat komunitas mana saja yang hendak digalang, di antara kriteria komunitas yang hendak digalang itu adalah memiliki anggota yang jumlahnya puluhan juta serta memiliki jaringan hingga ke pelosok nusantara. Tak hanya itu, komunitas itu juga memiliki nama besar.
HMI sebagai salah satu organisasi mahasiswa, saat ini merupakan organisasi massa terbesar di kalangan generasi muda dan pemuda. Organisasi ini memiliki puluhan juta anggota serta memiliki jaringan yang merata di seluruh Indonesia. Stuktur organisasi terbentang dari Cabang Banda Aceh hingga Cabang Merauke serta dari Cabang Manado hingga Cabang Kupang. Dari barat ke timur dan dari utara ke Selatan ada.
Di cabang-cabang tersebut terbentuk komisariat-komisariat yang berada di berbagai jurusan dan fakultas pada berbagai perguruan tinggi di kota masing-masing.
Tak hanya itu, organisasi yang berdiri pada 5 Februari 1947 itu juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat di kalangan mahasiswa. Berbagai jabatan penting di kampus seperti ketua jurusan, fakultas, hingga badan eksekutif mahasiswa di tingkat puncak organisasi intra kampus, kerap dikuasai oleh anak-anak HMI.
Sebagai organisasi yang umurnya tak beda jauh dengan usia republik ini, HMI telah melahirkan alumni yang banyak berkiprah di berbagai lini kehidupan masyarakat. Semua jabatan kekuasaan yang ada, semua pernah diisi oleh alumni HMI. Sudah banyak tercatat alumni mengisi jabatan menteri apalagi anggota DPR. Dari sekian alumni itu, di antara mereka ada yang menjadi pasangan capres dan cawapres.
Potensi yang besar dari HMI seperti di atas ditambah dengan adanya alumni yang ikut dalam pilpres membuat ada pihak-pihak yang ingin 'menjual' HMI. Mereka yakin nama HMI merupakan nama yang efektif untuk mempengaruhi mahasiswa Islam, angggota HMI, dan alumninya yang jumlahnya puluhan juta bisa tergiring pada salah satu pilihan pasangan capres dan cawapres.
Seperti NU dan Muhammadiyah, HMI selama ini merupakan organisasi yang independent. Meski banyak alumninya tersebar di berbagai partai politik namun HMI tetap mampu menjaga independensinya. Akibat yang demikian maka massa di HMI dan alumninya adalah masa mengambang. Dari sinilah pilihan yang diambil anggota HMI dan alumninya bukan dari satu komando namun beragam cara pilihan, ada yang berdasarkan hati nurani, ada pula karena pengaruh pihak lain, juga ada karena menjadi tim sukses dari salah satu pasangan capres dan cawapres.
Sebagai organisasi besar namun massanya mengambang maka HMI ingin ditarik ke salah satu pihak oleh tim kampanye salah satu pasangan capres dan cawapres yang ada. Menjadi masalah ketika semua alumni HMI tersebar di berbagai pasangan capres dan cawapres yang ada. Mereka yang tersebar itu bukan alumni sembarangan, mereka mempunyai pengaruh tidak hanya kekuasaan namun juga uang.
