Tidak hanya di sini, tapi juga di Ethiopia, Niger, Sudan, Somalia, dan banyak negara lain yang memperhatikan Pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 2020 yang menghadapkan Joe Biden dari Partai Demokrat sebagai penantang dan Donald Trump dari Partai Republik sebagai petahana.
Masyarakat dunia terpancing untuk ikut-ikut berkomentar bahkan membully terhadap jalannya Pemilu Presiden di negerinya Paman Sam tersebut karena negara itu mempunyai pengaruh besar dalam berbagai bidang.Â
Bahkan budaya yang ada, cowboy, dijadikan mode oleh masyarakat dunia. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Amerika, langsung atau tidak langsung berdampak kepada kebijakan negara-negara lain.
Terlepas dari masalah ikut-ikutan tentang Pemilu Presiden Amerika Serikat yang dilakukan oleh orang-orang di sini dan orang-orang di belahan dunia lainnya, menunjukan Pemilu Presiden yang akhirnya dimenangi oleh Biden tersebut berlangsung sukses dalam bingkai demokrasi dan konstitusi.Â
Bukti kesuksesan tersebut adalah, pertama, kekalahan Trump menunjukan bahwa masyarakat Amerika Serikat adalah masyarakat yang cerdas. Cerdas dalam arti bahwa selama ini Amerika di bawah kepemimpinan Trump kondisi negaranya terlihat gaduh dan tidak menciptakan kenyamanan bagi warganya.Â
Hal demikian bisa terjadi karena sikap dan sifat Trump yang terbilang urakan, berkata yang tidak mencerminkan sikap sebagai negarawan, serta lontaran-lontaran yang ada bersifat merendahkan orang lain dan mengadudomba.
Kalau kita lihat kemenangan Trump dalam Pemilu Presiden 2016 penuh dengan kontroversi. Ada yang menduga kemenangan tersebut karena 'dukungan' Rusia sehingga ini menjadi polemik di kalangan pejabat di sana dan masyarakat Amerika sendiri. Akibat dugaan dukungan negara lain itulah yang membuat Hillary Clinton gagal mememangi Pemilu Presiden meski diprediksi menang.
Faktor ketidaknyamanan warga Amerika di bawah Trump, membuat masyarakat Amerika, pemilik sah suara, memilih calon yang lain. Masyarakat Amerika ingin ada perubahan, untuk itu mereka tidak memilih Trump.Â
Kalau meminjam istilah politik di sini, masyarakat Amerika bisa jadi memegang sikap politik 'Asal Bukan Trump' sehingga Biden atau calon lainnya dari Demokrat pun akan dipilihnya.
Kedua, meski Trump sebagai Presiden, kepala eksekutif di Amerika namun dalam Pemilu Presiden dirinya tetap patuh dengan aturan yang ada, baik konstitusi, undang-undang, maupun aturan KPU Amerika.Â
Sebagai petahana, Trump tidak mengerahkan polisi, tentara, lembaga intelejen, pegawai negeri, dan jaringan-jaringan kementerian dan lembaga yang dibawahnya sebagai tim sukses untuk memenangkan dirinya.Â