Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Penyebab Kekerasan Terjadi di Sekolah?

18 Februari 2020   08:59 Diperbarui: 18 Februari 2020   09:00 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Satu persatu video kekerasan yang terjadi di sekolah, viral. Kekerasan yang terjadi ada yang dilakukan oleh guru kepada murid, ada pula yang dilakukan oleh murid kepada temannya sendiri. Kekerasan yang terjadi kalau kita lihat di berita atau keterangan dari pihak sekolah, segera diselesaikan oleh pihak sekolah. 

Ada yang diselesaikan dengan cara kekeluargaan namun ada pula pelakuknya diproses secara hukum, di mana beberapa pelajar ditangkap oleh polisi karena mengeroyok temannya di kelas.

Kekerasan di tempat pendidikan, sekolah atau kampus, heboh bukan saat ini. Sebelumnya kejadian-kejadian serupa juga pernah viral sehingga sama seperti saat ini, menjadi berita nasional.

Beberapa tahun yang lalu, di salah satu perguruan tinggi negeri kedinasan, kekerasan itu kerap terjadi karena perpeloncoan yang dilakukan oleh senior kepada junior. Kekerasan dengan cara perpeloncoan itu sering terjadi di sana sehingga di kampus itu sering terjadi korban jiwa.

Sebagai salah satu orang yang pernah menempuh pendidikan dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, saya pernah menyaksikan kekerasan itu terjadi. Guru jaman dulu, mungkin di tahun 1970 atau 180-an, biasa dalam kelas saat mengajar membawa kayu yang panjang, semacam tongkat, entah itu penggaris. 

Alat itu biasa digunakan untuk mengetuk papan tulis, misalnya untuk pelajaran berhitung, namun sering alat itu digunakan oleh guru untuk memukul dengan alasan mendisiplinkan murid atau entah alasan lainnya. Saat di SMP, seorang guru tanpa babibu, kerap memukuli siswa dengan penggaris.

Meski gaya guru di sekolah saat mengajar dengan membawa kayu semacam tongkat tidak ada lagi namun terbukti kekerasan masih juga ada yang dilakukan oleh guru. Apa factor yang menyebabkan kekerasan itu terjadi? Di sini ada beberapa kemungkinan yang bisa membuat kekerasan terjadi di sekolah atau kampus. 

Pertama, jumlah siswa di sekolah di Indonesia bisa jadi sangat banyak sehingga kondisi yang demikian bisa mempengaruhi psikologi pendidik. Kalau kita lihat kejadian di salah satu SMA, di mana seorang guru yang memukul dua siswa, di situ tidak hanya dua siswa yang dirasa melakukan pelanggaran masuk sekolah namun ada ratusan siswa lain yang melakukan hal serupa. 

Nah di sinilah faktor banyaknya jumlah murid mempengaruhi manage dan psikologis dalam mendidikan. Tentu mendidik murid dalam jumlah yang banyak lebih susah daripada mendidik dalam jumlah yang bisa terkendali.

Di negara-negara maju, mungkin situasi pendidikan lebih nyaman dan tenang sebab rasio guru dan pendidik imbang. Sebagai negara yang terbilang minus kelahiran membuat jumlah anak yang bersekolah di negara maju menurun. 

Dalam situasi yang demikian maka suasana di sekolah juga tida segaduh dengan negara-negara yang jumlah penduduknya melimpah. Dengan jumlah murid yang kecil, otomatis permasalahan yang ada juga tidak besar.

Kedua, yang masuk di suatu sekolah memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan dari orangtua yang berbeda-beda. Di sebuah sekolah, ada anaknya orang kaya, ada yang berpenghasilan rendah, ada pula yang orangtuanya bisa dikatakan miskin. 

Ada pula orangtuanya yang mempunyai latar pendidikan yang tinggi, sedang, bahkan ada pula yang berpendidikan tidak tinggi. Kondisi yang demikian pasti mempengaruhi perilaku anak, perilaku anak menjadi tidak sama. 

Di sinilah faktor-faktor yang tidak diinginkan itu bisa terjadi. Di tengah kondisi ekonomi dan latar belakang pendidikan orangtua yang berbeda membuat suasana di kelas atau di sekolah menjadi 'tidak imbang', hal demikian bisa membuat problem sosial di sekolah, seperti anak meminta uang kepada anak yang lain baik dengan cara halus maupun kasar.

Hal demikian berbeda dengan sebuah sekolah di mana kondisi orangtuanya memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang relatif sama. Di suatu tempat pendidikan yang terbilang elit dan mapan, meski tidak menjamin, namun sepertinya faktor kekerasan minim terjadi sebab anak-anak di sana berasal dari orangtua yang mempunyai pendidikan dan latar belakang yang lebih sehingga anak-anak itu dari segi kebutuhan jasmani dan rohani tercukupi. Ketimpangan sosial tidak ada sehingga konflik sosial pun juga bisa teratasi.

Dua hal di ataslah yang bisa jadi membuat di sekolah bisa terjadi kekerasan. Untuk itu di sini penting mensiasati agar lubang-lubang yang terjadi bisa diatasi atau ditutupi. Kapan kekerasan di sekolah itu munculnya kita tidak tahu namun dengan melihat 'peta' di sekolah, yakni jumlah siswa dan tingkat pendidikan dan ekonomi orangtua anak membuat pihak sekolah bisa menjaga-jaga atau mengantisipasi agar kekerasan tidak terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun