Pernah pula saya pada malam-malam hari harus ke Denpasar untuk melakukan urusan. Selepas acara, saya segera bergegas naik motor. Saat itu, menunjukan pukul sekitar 21.00. Jalan yang harus saya lewati seperti saya ceritakan di atas masih banyak ladang, kebun pisang, hutan, serta jalan yang menikung dan berbelok. Pada malam hari pastinya jalan-jalan yang ada gelap, senyap, sunyi, sepi, tak ada orang melintas. Perasaan was-was pasti ada namun saya selalu berusaha untuk tenang dan tetap fokus ke depan. Selepas memasuki wilayah Kantor Desa Pelaga, hati menjadi plong sebab di sana sudah ada lampu-lampu jalan atau lampu yang memancar dari rumah penduduk. Syukur selama itu bila malam tiba, tak ada hal-hal yang aneh.
Selama kami mengabdikan diri sepanjang 2 bulan, syukur kami melakukan aktivitas dengan baik. Masyarakat dengan terbuka menerima kami. Di antara mahasiswa dan masyarakat saling mendukung. Ketika kami tiba di sana, di salah satu dusun, saluran air untuk kebutuhan masyarakat di sana terhambat. Air yang mengalir dari kran-kran kecil debitnya. Kami mencoba menganalisa apa yang terjadi, setelah dicari masalahnya rupanya sumbernya saluran itu tersumbat oleh ranting-ranting pepohonan. Setelah dibersihkan, air yang mengalir ke rumah-rumah penduduk tak hanya mengalir namun debitnya tinggi sehingga bak-bak yang biasanya kosong, terisi kembali dengan penuh dan melimpah. Inilah salah satu kebanggaan kami bisa memecahkan masalah pada masyarakat.
Tak hanya itu, peserta KKN juga memberi pelajaran tambahan pada anak-anak sekolah, SD. Anak-anak sekolah di sana gembira ketika para mahasiswa memberi pelajaran tambahan. Mereka datang penuh saat pemberian tambahan pelajaran dilaksanakan sore hari. Seperti peserta KKN sebelumnya, yang mengadakan pertandingan sepakbola antardusun, kami bersama dengan kelompok mahasiswa lainnya juga melakukan hal itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H