Laga antara Indonesia melawan Malaysia dalam berbagai moment pertandingan. mulai dari persahabatan, SEA Games, kualifikasi Piala Asia, Piala Dunia, selalu menyisakan masalah, yakni ricuh sebelum, saat, dan selepas pertandingan. Kericuhan terakhir terjadi saat Indonesia menjamu Malaysia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 5 September 2019.
Menjelang pertandingan, suasana di sekitar stadion demikian panas. Teriakan menyemangati Timnas Indonesia menggelora dari ribuan supporter. Di antara teriakan dukungan itu, juga terdengar cemooh, caci maki, bahkan suara rasis kepada Malaysia. Bila Indonesia mampu menggulung pada pertandingan malam itu, semangat, emosi, dan amarah para pendukung terbayar namun sayang Indonesia justru takluk kepada Harimau Malaya sehingga ketidakmenangan itu menjadi suatu masalah bagi beberapa pendukung.Â
Akibatnya tidak hanya Timnas Malaysia yang tertahan di Stadion GBK, Menpora Malaysia Syed Saddiq bahkan 600-an penyokong Malaysia juga mengalami hal serupa, tertahan hingga tengah malam. Syukur mereka berhasil dievakuasi dengan aman setelah dirasa kondisi berjalan normal dan tertib. Akibat perlakuan yang demikian membuat Malaysia hendak melaporkan masalah ini kepada badan sepakbola tertinggi di dunia, FIFA.
Suasana yang tidak menyenangkan bagi Timnas Malaysia, Menpora Malaysia, dan penyokongnya tentu menjadi sesuatu 'ancaman' bagi Timnas Indonesia dan suporternya ketika harus tandang. Tak ramahnya Indonesia sebagai tuan rumah bisa jadi akan dibalas di sana meski kita tidak berharap yang demikian. Namun sesuatu bisa terjadi atas pengalaman pahit yang mereka alami.
Laga antarbangsa di Asia Tenggara, intensitas pertemuan antara Indonesia melawan Malaysia sebenarnya juga sama banyaknya Indonesia berlaga dengan Thailand, Singapura, dan pendatang baru yang menjadi ancaman sepakbola Asia Tenggara, Vietnam. Namun ketika Indonesia berhadapan dengan Thailand, Singapura, dan Vietnam, hal-hal yang mengkhawatirkan tidak pernah terjadi.Â
Suasana menjelang, saat, dan selepas pertandingan bisa dikatakan normal-normal saja, bahkan pendukung negara-negara itu aman-aman saja bahkan ada yang selfie bareng antar supporter. Pun ketika Indonesia ditaklukan oleh Tim Gajah Putih, tidak ada supporter Thailand yang tertahan di stadion.
Dengan melihat perbandingan pertandingan antara Indonesia melawan Malaysia dan Indonesia melawan Timnas negara Asia Tenggara lain, tentu kita mencari apa sebenarnya pertandingan negara serumpun ini selalu panas apalagi saat pertandingan digelar di Jakarta.
Pertandingan antara Indonesia melawan Malaysia selalu dirundung kericuhan sebab masalah-masalah yang berada di luar lapangan dibawa ke dalam lapangan. Sebagai negara yang bersinggungan langsung, baik di darat, laut, dan udara, serta negara dengan kesejahteraan ekonomi yang tak sebanding membuat Malaysia dan Indonesia sering mengalami konflik.Â
Seringnya Malaysia mengklaim wilayah dan budaya asli Indonesia sebagai miliknya menjadi pemicu kemarahan rakyat Indonesia kepada negara itu. Masalah akan cepat selesai bila negeri jiran itu hanya sekali melakukan. Sayangnya negara itu kerap melakukan hal yang sama sehingga perasaan bangsa ini seolah-olah dipermainkan, direndahkan, dan dilecehkan.
Perasaan inilah yang selanjutnya menjadi sentiment orang Indonesia kepada bangsa Malaysia. Berbagai hal yang berbau Malaysia diemohi oleh masyarakat di sini. Kehadiran SPBU Petronas yang awal tahun 2000-an bertebaran di Jakarta dan sekitarnya, selanjutnya satu persatu tutup. Masyarakat tidak mau ke SPBU itu sebab selain dirasa harganya lebih tinggi dari pada SPBU Pertamina juga untuk menunjukan ketidaksukaan masyarakat kepada Malaysia. Sementara SPBU asing yang lain, masih bertahan di sini.
Di sisi yang lain, sebagai negara yang perekonomian dan mata uangnya lebih tinggi dibanding Indonesia, negara itu menjadi tempat bagi orang Indonesia mencari pekerjaan. Ribuaan bahkan jutaan orang Indonesia mencari nafkah di sana. Banyaknya posisi sebagai pekerja kasar dan ada yang illegal menimbulkan pandangan yang buruk orang Malaysia kepada orang Indonesia.Â
Apa gambaran orang Malaysia kepada orang Indonesia? Seperti yang dikatakan oleh CEO Big Blue Taxi, Datuk Shamsubahrin Ismail, beberapa waktu yang lalu, yang menyebut Indonesia negara miskin. Meski Datuk Ismail sudah minta maaf atas cakapannya namun itulah gambaran orang Malaysia kepada Indonesia, dipandang rendah. Sebutan tak senonoh yang kerap ditujukan kepada orang-orang Indonesia yang berada di sana, menambah menyulut kebencian masyarakat kepada negerinya Siti Nurhaliza itu.
Faktor-faktor kerapnya Malaysia mengklaim wilayah dan budaya Indonesia serta ketimpangan ekonomi inilah yang menjadi hilir kebencian masyarakat kepada mereka. Untuk melampiaskan amarah maka hal-hal yang mewakili pemerintahan Malaysia 'dilawan'.
Sebagai momentum menghadapkan secara langsung, baik fisik dan taktik, sepakbola merupakan peristiswa yang penuh prestise untuk menunjukan siapa yang lebih unggul. Di banyak benua, sepakbola juga mengalami hal yang sama. Masalah yang ada tidak hanya di dalam lapangan, di luar lapangan pun juga menjadi faktor riuh rendahnya pertandingan.Â
Peristiwa Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang penuh kepahitan, membawa pertandingan antara Jerman dengan negara lain seperti Perancis, Inggris, Polandia, dan Belanda; sebelum, saat, dan sesudah pertandingan juga disesaki dengan unsur kebencian dan rasis. Syukur pendukung Timnas negara-negara di Eropa sudah meninggalkan kekerasan sehingga yang panas hanya di media resmi dan media sosial.
Kita 'bersyukur' masalah di luar lapangan yang dibawa ke dalam lapangan bagi Indonesia hanya dengan Malaysia. Bayangkan kalau kita memiliki cerita yang sama dengan Singapura, Thailand, dan Vietnam, bisa-bisa sepakbola di Asia Tenggara hanya penuh dengan kericuhan. Kericuhan ini sangat menyakitkan apalagi ditambah dengan prestasi sepakbola di kawasan tenggara ini hanya mutar-mutar di situ saja, tak ada yang lolos ke putaran Piala Dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI