Di tengah upaya untuk mempererat rasa persatuan bangsa, kita dikejutkan dengan pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyatakan Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Bila kenyataan itu benar, dihitung mulai tahun ini, maka sisa hidup bangsa Indonesia adalah 12 tahun. Sebuah waktu yang pendek.
Tentu semua tidak ingin Indonesia yang diperjuangkan oleh para pendahulu kita, bubar. Sudah banyak jiwa, raga, dan harta dipersembahkan untuk demi Indonesia. Meski demikian, apa yang dikatakan Prabowo itu merupakan masukan yang sangat berharga bagi kita untuk mengevaluasi semua pihak dalam mengisi dan merawat perjalanan bangsa.
Secara alamiah, di dunia ini memang tidak ada yang abadi. Peradaban manusia silih berganti di muka bumi. Peradaban masa lalu yang monumental dikenang sebagai kenangan yang indah dan terus diingat. Di nusantara sendiri, sebelum ada Indonesia ada banyak 'negara' yang berdiri dan mengisi ruang kehidupan peradaban.Â
Selain Sriwijaya dan Majapahit sebagai negara yang mempunyai pengaruh yang luas, sebelum dan sesudahnya ada negara-negara lain yang juga mempunyai peran besar dalam mengisi perjalanan nusantara dan menjadi cikal bakal Indonesia.
Belajar pada masa lalu, baik belajar pada sejarah nusantara maupun pasca Perang Dingin, kita bisa mengambil hikmah mengapa negara-negara yang mempunyai peradaban besar itu bubar dan runtuh. Dengan belajar pada mereka maka kita bisa menghindari keruntuhan atau bubarnya sebuah Indonesia.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sebuah bangsa itu runtuh atau bubar, Â pertama, konflik yang selalu terjadi. Baik di 'negara' feodal (monarkhi) atau demokrasi, konflik selalu menjadi catatan dalam sejarah. Konflik memang menjadi naluri dasar manusia namun menjadi masalah bila konflik tersebut tak bisa terselesaikan dengan baik maka negara itu akan dirudung perpecahan hingga akhirnya menjadi runtuh.
Konflik yang menyebabkan sebuah negara bubar, kita tak usah belajar jauh-jauh. Di nusantara banyak yang mengisahkan konflik antarkeluarga yang menyebabkan kerajaan-kerajaan di nusantara bubar. Konflik keluarga di Kerajaan Singasari dan Majapahit menyebabkan kedua negara yang ada di Jawa Timur itu mengalami perpecahan hingga negara itu bubar.
Dalam Perang Paregreg, antara Wikramawardhana Bhre Wirabhumi, demi sebuah kekuasaan, kedua saudara itu lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan yang lebih besar (Majapahit). Dalam konflik itu memang ada yang menang dan ada yang meneruskan kekuasaan namun kekuasaan yang ada menjadi rapuh.
Konflik yang terjadi bisa disebabkan perbedaan kepentingan namun juga bisa dikarenakan faktor ras dan agama. Fisi negara-negara Eropa disebabkan oleh ras dan agama, seperti terpecahnya Jugoslavia dan Cekoslowakia menjadi beberapa negara.
Kedua, kekuasaan yang otoriter. Kekuasaan yang otoriter dan terpusat merupakan sebuah faktor yang menyebabkan wilayah-wilayah yang di bawahnya tidak 'kerasan' bernaung dalam satu negara. Wilayah-wilayah itu menunggu waktu yang tepat untuk bisa melepaskan diri.Â
Bubarnya Uni Soviet merupakan akibat sistem pemerintahan yang kaku, otoriter, dan terpusat. Negara-negara yang menyusun uni tersebut selama dalam cengkraman kekuatan militer yang bengis tak bisa berbuat banyak. Mereka dengan terpaksa mengikuti apa maunya Moskow namun ketika ada peluang yang tepat, era keterbukaan dan bebas menentukan nasibnya sendiri, maka mereka lebih memilih membentuk negara sendiri.Â